🖤08. Pasar Malam Semawis

206 41 26
                                    

EGINA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

EGINA

Gue suka sama Semarang.

Waktu yang gue habiskan selama tiga minggu di kota ini cukup menyenangkan.

Terlebih gue masih bolak-balik ke Jakarta demi cabang baru Tourjours Belle yang akhirnya akan buka di Grand Indonesia. Kerja sama dengan E.L.W Fashion milik Wenny Zamzami pun masih gue kerjain, tapi sengaja nggak terlalu gue kebut karena gue di Indonesia mau santai aja. Cukup di Berlin aja deh gue kerja keras sampai lupa waktu.

Lagian, gue sepertinya masih betah aja di kota ini. Jadi gue nggak akan buru-buru.

Di Semarang gue selalu bangun di atas jam sebelas siang, karena emang gue cuma bisa tidur waktu hari mulai terang.

Di Berlin, gue cuma tidur 2-3 jam per hari karena punya masalah dengan kebiasaan sulit tidur gue. Bukan karena sesibuk itu, enggak... hanya sulit tidur aja.

Jadi nggak heran kalau di nakas gue selalu ada obat tidur yang akan gue konsumsi kalau gue benar-benar pengen tidur tapi nggak bisa. Gue juga membawanya ke Semarang dan sempat ditanyakan oleh Egini waktu dia bersihin kamar gue.

Awalnya, dia selalu ngomel tiap pagi dengan kebiasaan buruk gue yang suka bangun kesiangan. Dia bilang gue pemalas lah, putri tidur lah, tapi setelah gue ceritain alasannya, dia cuma nangis. Katanya kasian sama gue... mau tidur aja susah.

Tapi gue nggak terbawa suasana, entah kenapa rasa kasihan seseorang kepada gue nggak pernah bisa membuat gue terharu.

Akhir-akhir ini, gue sangat menikmati tidur gue yang mulai nyenyak. Mungkin karena ganti suasana kali ya, dan pengaruh perasaan bahagia yang selama ini nggak gue dapetin di Berlin, tapi bisa gue dapetin di Semarang.

Egini... nggak usah ditanya. Setelah tinggal serumah dengan dia selama tiga minggu, gue nggak heran kenapa orang-orang bisa sangat menyayangi dia dan laki-laki sekaku Sena pun bisa luluh. Karena dia memang sehangat itu... meskipun kadang suka kayak anak kecil, tapi kalau sisi Kakak dan keibuannya keluar, she warm my heart. That's why I can't really hate her... meskipun banyak sekali hal dari dia yang bikin gue iri.

Dan Sena... apa itu istilahnya... tsundere???

Dia tipe cowok yang akan berdecak kesal ketika lo ngeluh sakit, tapi diam-diam menaruh obat di meja lo ketika lo tertidur. Yes, that's my brother in law.

Semua perhatian yang nggak gue dapetin di Berlin dari Papa dan Mama, gue dapetin di sini, di rumah kecil Sena dan Egini.

Apalagi, sekarang ada mainan baru.

Ups, terlalu kurang ajar ya? Kalau gue sebut Dema sebagai mainan?

Nggak tau juga sih, ini gue yang sebagai gamers, atau gue yang jadi mainan dari permainan gue sendiri?

Tapi yang pasti, dia adalah laki-laki pertama yang paling membuat gue penasaran. Awalnya gue kira, gue mengejarnya karena kesal dengan responnya menolak ajakan gue untuk pacaran. Gue merasa harga diri gue terluka karena ditolak oleh laki-laki yang biasa aja menurut gue.

DEGINAWhere stories live. Discover now