🖤07. Jalan-jalan

212 45 40
                                    

DEMA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

DEMA

"Pas banget 6 jam,"

"Gue udah nungguin lo di sini 6 jam, Dema."

Begitu katanya.

Mendengar ucapan itu, rahang gue yang semula tegang karena berusaha menahan diri untuk nggak tersulut emosi seketika melunak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mendengar ucapan itu, rahang gue yang semula tegang karena berusaha menahan diri untuk nggak tersulut emosi seketika melunak.

Seorang Egina? Gadis yang angkuhnya jauh di atas rata-rata dan suka bersikap seenaknya sama orang lain menunggu gue selama 6 jam? Di parkiran Polda yang panas ini? Sulit buat dipercaya.

Gue yakin dia adalah tipe cewek nggak akan mau menghabiskan waktunya untuk hal yang sia-sia, apalagi menunggu adalah sesuatu hal yang paling membosankan buat semua orang.

Enam jam bukan waktu yang sebentar..

"Gue udah laper nih, emangnya lo nggak? Udah sore padahal."

Seharusnya gue bisa saja pergi ninggalin Egina di sini. Karena jujur, sifat dia yang suka seenaknya masih sulit diterima.

Tapi gue rasa, terlalu kurang ajar kalau gue nggak menhargai usahanya menunggu meskipun sebenarnya gue belum terlalu yakin.

Kalau emang benar dia menunggu gue dari siang tadi sampai sesore ini, berarti dia adalah orang pertama yang mau menunggu selama itu hanya untuk makan bareng sama gue.

Maka dengan berat hati, gue membukakan pintu mobil dan disambut oleh senyum ceria penuh kemenangan dari Egina.

Gue melajukan mobil meninggal halaman utama Polda Jateng lalu berbelok ke kiri menuju kawasan Simpang Lima. Sebenarnya gue nggak tau harus membawa Egina ke mana, jadi gue coba berdeham untuk siap bertanya.

"Keliling aja, pelan-pelan, gue mau nikmatin suasana Kota Semarang." Baru aja gue menarik nafas untuk bersuara, Egina udah mengutarakan kalimat itu seolah bisa membaca isi kepala gue.

Dia menoleh dan tersenyum geli melihat ke arah gue.

"Gue udah pernah bilang, kan, kalau gue adalah orang yang sangat peka?" gue nggak menjawab, hiruk pikuk kawasan Simpang Lima yang memang mulai ramai, lalu lalang kendaraan roda dua menyalip sana sini tanpa aturan semakin membuat isi kepala gue kacau.

DEGINAWhere stories live. Discover now