🖤13. Angkringan Pak Gik

138 31 18
                                    

DEMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DEMA

"Boleh pinjem waktu lo sebentar? Dan kasih gue kesempatan untuk bahagiain lo di sisa-sisa hari spesial ini."

Hingga detik ini, gue masih saja kagum dengan segala bentuk kalimat berani yang keluar dari bibir Egina Amiora Anderson. Gue heran, seorang cewek biasanya selalu punya banyak pertimbangan sebelum melontarkan kalimat. Tapi Egina berbeda, dia akan mengatakan apa saja yang terlintas di kepalanya detik itu juga, tanpa ragu dan basa-basi.

Mengingat perubahan mood yang signifikan dari Diana setelah Egina datang menjenguknya, maka gue memberikan kesempatan yang ia minta, untuk membahagiakan gue di sisa-sisa hari ulang tahun yang sebentar lagi akan berakhir.

Setelah pamit dengan Diana, gue berjalan di lorong rumah sakit yang udah sepi dengan Egina mengekor di belakang gue.

Sebenarnya banyak banget yang mau gue tanyain sama dia, kenapa dia balik ke Semarang, kenapa dia kepikiran buat jenguk Diana, kenapa dia bisa menarik perhatian adik gue yang selalu takut sama orang asing yang datang ke kamarnya, tapi niat gue masih aja tertahan. Hingga sampai di parkiran, gadis itu menarik tangan gue sebelum masuk ke dalam mobil.

"Lidah lo abis kena ledakan bom, ya? Atau sariawan? Kenapa cuma diem aja, sih, dari tadi? Lo nggak punya pertanyaan apapun buat gue?"

Lagi-lagi, Egina menjadi pihak yang lebih dulu mendominasi keadaan, sedangkan gue hanya orang yang mengikuti alur yang dibuatnya.

"Lo laper nggak?"

Malam ini gue tersadar, setelah beberapa kali gue mengobrol dengan Egina, jarang sekali gue menjawab pertanyaannya dengan benar. Kepastian yang dia tuntut ke gue nggak bisa gue kasih, gue selalu menjebaknya dalam area abu-abu yang sulit diartikan.

Kalau cewek lain, mungkin akan kesal dan marah sama gue karena protes mereka justru gue jawab dengan pertanyaan lain yang nggak nyambung sama sekali. Tetapi Egina justru menjawab, "Laper, lah, udah jam berapa ini." Ujarnya sambil melihat jam tangan mahalnya.

"Tapi, kalo lo mau ngajak gue makan jam segini, simpan aja niat baik lo, gue lagi diet." Sambungnya ketus seraya membuka pintu mobil gue lalu sedikit membantingnya.

Gue menyusulnya masuk ke dalam mobil, menghidupkan mesin sambil tersenyum penuh arti.

"Kita mau ke mana sekarang?" tanyanya setelah mobil gue berjalan perlahan meninggalkan parkiran rumah sakit.

"Ke suatu tempat yang bikin lo mungkin bisa lupa kalau lo lagi diet," jawab gue sok misterius, "Atau... meskipun nanti lo nggak suka makanan di sana, at least lo bakal suka sama suasananya."

Egina hanya menaikkan sebelah alisnya, meragukan ucapan gue yang kurang meyakinkan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DEGINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang