🖤02. Saudari Kembar

266 49 18
                                    

ada perubahan sedikit dari cerita short story, jadi mungkin boleh dibaca ulang sekilas hehehe🙏

ada perubahan sedikit dari cerita short story, jadi mungkin boleh dibaca ulang sekilas hehehe🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

EGINA

"Veryl... sebenarnya kamu punya saudari kembar di Indonesia..."

Hidup emang kadang suka bercanda, tapi anehnya nggak lucu sama sekali.

Gue? Veryl Anderson, ternyata punya kembaran? Dan gue punya nama kecil Egina Amiora?

God's joke is never funny.

Pertama kali Papa bilang kalau gue punya kembaran identik di Indonesia lalu ngasih gue fotonya, gue cuma bisa ber-oh singkat tanpa ekspresi.

Perasaan gue terlalu campur aduk, dan gue nggak tau harus bahagia atau sedih.

Tapi kalau boleh gue jadi orang jahat dan ngomong terang-terangan tentang pikiran gue saat Papa kasih tau tentang hal itu, memang gue seneng dan juga sedih.

Seneng, karena gue merasa akan punya temen menghadapi kekakuan di keluarga gue, baik itu dari Papa atau Mama, gue punya temen yang bakal ngerasain penderitaan yang sama.

Sedih, juga khawatir karena..., gimana kalau nanti kasih sayang Papa dan Mama yang selama ini gue tunggu-tunggu makin nggak bakal gue rasain? Karena fokus mereka akan teralihkan ke saudara kembar gue yang kata Papa bernama Egini Elmiora.

Malam itu, gue nggak tidur sama sekali karena kepikiran dengan penjelasan Papa.

Menurut cerita Papa, dulu gue memang lahir di Indonesia, Egini lahir 5 menit lebih dulu dari gue.

Lalu singkat cerita, Papa mempunyai sahabat yang udah kayak saudara sendiri, sepasang suami istri yang belum mempunyai anak setelah bertahun-tahun menikah.

Gue nggak ngerti gimana Papa dan Mama bisa merelakan anaknya untuk diadopsi oleh sepasang suami istri itu, lalu pindah ke Jerman tanpa tau bagaimana anaknya tumbuh di Indonesia.

Dan gue sama sekali nggak pernah diceritakan tentang hal ini.

Setiap pulang dari meeting atau dari butik, kerjaan gue sibuk memperhatikan foto-foto Egini yang dikasih Papa dengan segala pikiran gue yang kalut.

Papa sempat datang ke Indonesia dan bertemu dengan Egini karena kebetulan ada urusan yang amat sangat penting saat itu. (TAN 110 chapter 44. Benang Merah)

She is so beautiful, like me, of course.

Tapi bedanya, senyum dari wajah Egini memancarkan aura bahagia yang tulus.

Sedangkan gue? penuh kepalsuan dan selalu dibuat-buat.

Gue nggak mau munafik kalau timbul rasa iri dalam diri gue, karena gue nggak pernah ngerasain gimana bahagia yang tulus itu. Tanpa setting-an, tanpa dibuat-buat hanya untuk imej di hadapan orang lain, gue bener-bener buta.

DEGINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang