About Us

280 34 8
                                    

Nayeon terbangun. Dengan wangi disekitarnya yang tidak begitu asing di penciuman perempuan itu. Ya, aroma ini. Aroma tubuh dari seseorang yang telah lama ia rindukan. Nayeon terkesiap, begitu menyadarinya. Kepala perempuan itu yang masih sedikit pening membuat ia mengernyitkan kening. Memperhatikan sekitar, dan Nayeon tahu, dimana ia terbangun pagi ini.

Nayeon meringis. Yakin sekali kalau semalam ia minum terlalu banyak. Sampai aroma alkohol masih bisa terhirup olehnya. Padahal kini Nayeon sudah tidak lagi memakai baju yang sama dengan semalam. Nayeon kemudian mengamati kaus putih kebesaran yang membalut tubuhnya — Tunggu.

Kalau baju yang dipakai Nayeon saat ini berbeda dengan yang ia pakai semalam, lantas siapa yang mengganti pakaiannya itu?!

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" umpat Nayeon pada dirinya sendiri. Perempuan itu tak tahu, sudah berapa gelas yang ia teguk semalam. Hingga dirinya tidak bisa langsung mengingat apa saja yang telah ia lakukan, begitu alkohol langsung mengendalikan dirinya. Kejadian apa yang dilaluinya, dan apa yang membuatnya bisa berakhir di ruang ini. Kamar Jaebeom.

Suasana tidak asing menyambut Nayeon, saat ia menyibak selimut dari tubuhnya. Nayeon melihat sekeliling, dan belum ada yang berubah sejak pertama kali ia mengunjungi tempat itu. Bedanya, kali ini terlihat lebih rapih dan bersih — tidak ada bungkus ramyeon ataupun kaleng minuman yang berserakan di lantai.

Nayeon sudah dalam posisi duduk, dan kembali memperhatikan sisi ranjang yang ia tiduri semalaman. Dejavu. Posisi itu sama persis sewaktu Nayeon melihat Jaebeom terbaring di atas tempat tidurnya setelah menghilang seharian.

Dan ingatan itu mampu membuat Nayeon tersenyum.

"Tetap disini, ya,"

Nayeon semakin memperdalam senyumnya. Karena ucapan dan hangatnya jemari Jaebeom yang mengenggamnya malam itu, masih Nayeon bisa rasakan sampai saat ini.

"Jangan tinggalin aku lagi ya, Marsha."

Namun detik berikutnya, ingatannya sendiri yang membuat Nayeon harus menarik senyumnya kembali.

Nayeon hampir lupa. Dirinya bukan siapa-siapa.

Kaki perempuan itu masih menggantung di atas ranjang, belum menyentuh permukaan lantai. Nayeon melihat ke arah jarum jam. Pukul delapan pagi. Dan entah kemana pemilik ruangan ini, karena Nayeon belum siap untuk bertemu dengan Jaebeom. Lagi.

Tidak setelah Nayeon mabuk dan berakhir tidur di Apartement Jaebeom. Sementara Nayeon yakin ia telah membuat kekacauan yang membuat Jaebeom membawanya ke tempat laki-laki itu pulang. Maka Nayeon menundukkan kepala, memejamkan mata untuk membuat otaknya bekerja. Berusaha memutar memori semalam. Mungkin ada sesuatu yang Nayeon lakukan tanpa sadar.

Keningnya sudah sangat berkerut. Namun, hasilnya nihil. Yang Nayeon dapatkan begitu ia membuka mata ialah — Jaebeom yang sudah berlutut menghadapnya, dengan tatapan yang belum pernah Nayeon lihat sebelumya.

Nayeon tidak bisa mengartikannya. Namun raut di wajah Jaebeom terlihat sangat khawatir, ketika ia menaruh telapak tangannya di kening Nayeon.

"Nay, kenapa? Masih pusing, ya?" ucap Jaebeom, sialnya terdengar sangat lembut di telinga Nayeon.

Jaebeom sungguh mengkhwatirkannya, ya?

Ah, Nayeon tak berani mengira. Ia tidak ingin jatuh lagi ke dalam tatapan dan sikap Jaebeom yang selalu membuatnya jatuh cinta.

"Hey, Nay?"

"Nayeon?"

"Im Nayeon!"

Jaebeom kini memegang pundak Nayeon, menyadarkan perempuan itu dari tatapannya yang terlihat sendu. Nayeon rasa, ia telah menangis semalaman. Tanpa melihat dirinya di depan cermin pun, Nayeon tahu kalau kelopak matanya sudah semakin menghitam.

Till I Met You.Where stories live. Discover now