52. Tentang perasaan

1.3K 130 27
                                    

""Hidup bukan tentang menemukan dirimu sendiri. Hidup adalah bagaimana membangun dirimu." - George Bernard Shaw

----------

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Bun, ada Rifa."

Tana yang tadinya asik dengan gosip yang di siarkan di salah satu stasiun televisi, kini mengalihkan atensinya saat nama Rifa sampai ke gendang telinganya.

"Ahh, Rifa. Tante kira kamu gak betah disini, soalnya dari waktu pertama datang gak pernah kesini lagi," ujar Tana sembari menerima uluran tangan Rifa.

"Malam Tante, Rifa sibuk nyiapin buat ujian Nasional jadi gak sempet kesini," balas Rifa.

"Tante kira kamu gak betah."

"Mana mungkin Rifa gak betah di rumah calon mertua sendiri," celetuk Rifa membuat Tana terkekeh.

Diam-diam Agam tersenyum kecil melihat interaksi Rifa dan Bundanya, apalagi saat melihat sifat Rifa yang blak-blakan dan apa adanya, meskipun itu depan orang tua, orang yang begitu dia cintai. Tidak sedikitpun Rifa berprilaku anggun dan feminim untuk menarik perhatian orang tua Agam. Apalagi berpura-pura menjadi gadis baik dan pintar.

Sejak pertemuan pertamanya dengan orang tua Agam, Rifa begitu semangat menceritakan keseharian di sekolahnya. Bagaimana saat ia membully, membolos dan mengikuti tawuran bahkan balapan liar. Ia juga menceritakan bagaimana ia pernah di Drop out karena seseorang mencoba menghancurkannya.

Tana, dan Marteen-Ayah Agam- hanya melongo saat mendengar cerita Rifa yang begitu jujur mengenai dirinya sendiri yang bisa dibilang begitu buruk. Awalnya Marteen tampak tidak senang dengan Rifa, tapi saat ditanya mengenai keluarganya dan lagi-lagi Rifa yang menjawab jujur apadanya, mengenai mereka yang diusir keluarga besarnya, Ayahnya yang bekerja di warung sembako dan Ibunya yang terkenal gangguan mental, tapi tidak dengan Hilsa yang hamil tanpa sosok suami. Membuat Marteen membuka fikirannya, pria paruh baya itu begitu bijaksana, ia akhirnya dapat menerima Rifa. Menurut Marteen, kenakalan Rifa bukan sekonyong-konyong kenakalan karena mencari kesenangan semata. Banyak faktor yang mempengaruhi gadis itu, dari keluarga, lingkungan dan faktor sosial yang menganggap rendah gadis itu.

Akhirnya Marteen dan Tana menasihati Rifa, mengatakan bahwa semua yang Rifa lakukan itu salah dan tidak baik meskipun Rifa sendiri memiliki alasan untuk melakukan semua itu. Mereka bilang Rifa tidak dituntut untuk harus langsung berubah menjadi gadis baik-baik, Rifa hanya perlu memulainya dari gak kecil. Seperti mulai belajar mengendalikan emosinya, dan belajar memaafkan tanpa kekerasan meskipun mereka tau itu sulit, tapi, jika sedikit-sedikit Rifa bisa melakukannya. Maka kedepannya gadis itu bisa berubah menjadi gadis yang lebih baik dari sekarang.

Mereka seperti itu, bukan karena mereka membenci Rifa yang sekarang. Hanya saja itu untuk kebaikan Rifa sendiri, apalagi saat Rifa datang kepada mereka dengan status sebagai kekasih pura satu-satunya dalam keluarga mereka.

Untuk kejadian kemarin, tentang Lovata, Kirania juga Auly. Rifa berjanji dalam hati bahwa itu terakhir kalinya ia membalas dendam terhadap orang-orang yang membencinya. Ah tidak, Rifa tidak berjanji. Seperti perkataan Tana dan Marteen ia akan berusaha untuk menjadi kejadian itu sebagai kejadian terakhir dalam sesi balas dendamnya.

"Oh, iya, Lea kemana Tante?" Tanya Rifa saat tidak melihat kehadiran gadis yang akan selalu merecokinya saat mereka bertemu.

"Lea sama Mbak-nya lagi ke supermarket, sebentar lagi mereka pulang."

Look At Me [END!]Where stories live. Discover now