28. Si idiot

2.1K 164 10
                                    

"Serpihan itu jangan dipungut dan disimpan, tetapi disapulah dan dibersihkan, supaya tidak melukaimu saat melangkah."

----------

"Gam." Panggil Calva.

"Hm?" Dehem Agam yang masih fokus dengan game diponselnya.

"Lo yakin dengan keputusan lo?" Tanya Calva. Pemuda itu tengah berbaring dikasur empuk milik Jo. Sementara si empunya kasur tengah asik bersama Key, memaikan play station nya.

"Keputusan apa?"

Calva menarik nafas. "Macarin Rifa."

Untuk sesaat jari-jari Agam yang menari diatas layar ponselnya berhenti. "Yakin."

Key berjalan menghampiri Agam dan Calva, setelah ia selesai bermain PS dengan Jo. ia kemudian memposisikan dirinya berbaring di antara Agam dan Calva.

"Gue harap, keputusan ini nantinya gak akan membuat Rifa terluka." Kata Calva.

"Gue gak yakin akan hal itu, setelah tau semuanya dia pasti akan terluka," ujar Key ikut menimbrung ucapan mereka.

"Gue gak akan biarin itu terjadi!" Tekad Calva.

"Sepintar pintarnya menyembunyikan bangkai, baunya akan tercium juga," ucap Jo.

Key mendengus. "Sok-sok-an pake peribahasa lo!"

"Sirik mulu, bilang aja lo gak bisa." Balas Jo.

"Entah nantinya dia tau ataupun enggak, yang pasti saat ini gue yang paling dirugikan!" Ucapan Agam membuat mereka terdiam.

"Rifa udah gue anggap sebagai adik gue sendiri, tapi lo juga sahabat gue. Gue sayang dia, dan gue peduli sama lo. Jujur gue sebenernya gak ingin lo bertindak sejauh ini. Bukan hanya karena gue takut Rifa terluka, tapi gue juga gak mau lo terbebani, dan di rugikan seperti yang lo bilang. Intinya kalian akan sama-sama terluka dalam hubungan ini." jeda Calva, "Gue gak bisa nentang ucapan bang Wafa, gue tau lo juga sama Gam. Tapi gue gak berfikir lo akan bertindak seperti ini."

"Menurut gue, bang Wafa sendiri gak maksa kan? Terus kenapa lo-?" Key tidak melanjutkan ucapannya.

"Gue udah banyak berhutang budi sama dia, meski dia selalu bilang 'kita ini keluarga, meski lo sepupu gue. Tapi gue udah anggap lo seperti adik gue sendiri, gue sayang lo seperti gue sayang Calva dan Jia. Jadi gak ada yang namanya hutang budi ataupun balas budi'" terang Agam.

"Dengan lo ngelakuin ini karena ingin balas budi. Itu sama aja lo gak nganggap kita keluarga, seperti yang Bang Wafa katakan. Lo malah seakan enggan menjalin tali itu dengan kami," ucap Calva.

Agam mengembuskan nafasnya. "Bukan gitu maksud gue, gue hanya ingin memberikan sesuatu yang dia inginkan. Selama ini dia selalu membantu gue dan bahkan membuat gue bisa seperti sekarang. Tanpa dia, gue gak akan bisa seperti ini, berdiri dengan Pasandra di samping gue dan bahkan kalian. Tapi saat tau ada hal berharga yang dia harapkan dari gue. Gue gak bisa mengabaikan begitu saja setelah apa yang dia lakuin untuk gue!" Jelas Agam.

"Lo mengabaikan kebahagiaan lo, demi kebahagiaan orang lain!" Kata Calva.

"Seenggaknya, walau gue gak bahagia tapi Bang Wafa bahagia bahkan orang yang gue benci juga ikut bahagia." Agam tersenyum miris.

Look At Me [END!]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora