prolog

4K 304 4
                                    

"Aduh," Rose meringis kesakitan ketika dirinya terjatuh akibat dorongan dari orang yang ada dibelakangnya.

Rose menatap tajam ke arah pemuda yang tadi mendorongnya. Tetapi pemuda itu sama sekali tidak menunjukan tampang bersalah. Pemuda itu malah tetap berlari-lari bersama dengan temannya.

Rose bangkit dari jatuhnya dengan luka lecet yang berada di lututnya. Sialan! Padahal besok ia harus mendatangi pesta kelulusan sekolah menengah pertamanya, tapi ia malah mendapatkan luka seperti ini. Kalau sudah seperti ini, ia bisa malu bila memakai dress selutut yang sudah ia siapkan dari jauh-jauh hari.

Rose berjalan terpincang ke arah pemuda itu. Masih dengan menatap tidak suka ke arah pemuda yang saat ini sedang terduduk di lantai karena kelelahan.

Rose berkacak pinggang. "Jay, lu nggak ngerasa bersalah gitu habis dorong gua sampe jatuh?"

Pemuda itu hanya menatap Rose malas. "Lu yang ngalangin. Lu kalo mau main HP tuh jangan sambil jalan. Jadi ngalangin orang tau nggak?!"

Rose yang mendapat balasan seperti itu malah tambah emosi. Rose mencoba menahan emosinya walaupun di dalam tubuhnya sudah mencak-mencak. Rose ingin sekali menjabak rambut pemuda itu. Rose ingin memukul pemuda itu. Tidak, tidak, itu belum cukup. Rose seperti ingin membunuh pemuda itu.

"Kok malah salahin gua sih?" Rose menaikan suaranya beberapa oktaf.

Tapi yang diajak mengobrol malah tidak memperhatikan. Pemuda itu malah asik mengobrol ringan dengan temannya. Ah sialan, Rose benar-benar ingin membunuh pemuda itu.

"Jay, lu tuh ngeselin banget tau nggak?!" ucap Rose berapi-api. Lalu meninggalkan pemuda itu dengan kaki kanan yang harus ia seret ketika berjalan.

🔸🔸🔸

Rose menangis di taman dekat dengan komplek perumahnya. Taman yang penuh dengan permainan anak-anak, seperti ayunan, perosotan, hingga jungkat-jungkit. Biasanya taman ini akan ramai oleh anak-anak di sore hari. Tetapi karena Rose mendatanginya pada siang hari, maka taman ini terlihat sepi. Bahkan tidak ada satupun orang yang duduk kecuali Rose.

Rose menangis bukan tanpa alasan, ia menangis karena lukanya yang malah terasa lebih perih saat ini. Ia juga menangis karena ia tidak bisa menggunakan dress selututnya itu. Usianya masih lima belas tahun dan esok hari adalah hari terakhir ia di sekolah menengah pertama, jadi wajar saja bila ia menangis karena rencananya harus hancur berantakan.

Rose juga tidak tahu kenapa ia harus menangis di tempat umum seperti ini. Padahal ia bisa saja pulang ke rumahnya dan menangis di kamar. Tapi tukang es potong yang tadi sedang berada di sekitar taman itu berhasil mengalihkan atensinya. Rose memilih untuk membeli es itu, lalu terduduk di taman.

Dan tiba-tiba saat ia sedang memakan es potongnya, Rose menangis. Jadi posisinya saat ini adalah pipi yang basah karena air mata dan mulut yang belepotan karena memakan es potong.

"Nih," ucap seseorang yang berasal dari belakang Rose, seraya memberikan sebungkus tisu, obat merah, dan plester.

Rose mencoba menghentikan tangisannya, lalu memandang orang tersebut. Seketika matanya membulat terkejut ketika orang yang sedang duduk disebelahnya adalah orang yang sama dengan yang mendorongnya tadi.

"Nga... ngapain lu kesini?" tanya Rose dengan suara yang terputus-putus karena sehabis menangis.

"Orang ini jalan ke rumah gua," ucap pemuda itu yang sedang menghadap ke depan, tidak melihat ke arah Rose sama sekali.

"Maksud gua, lu kenapa nyamperin gua?" tanya Rose lagi.

Pemuda itu berdecak, lalu mengambil obat merah yang tadi berada di pangkuan Rose. Pemuda itu berjongkok tepat di depan Rose, lalu tangannya dengan perlahan meneteskan obat merah itu di luka Rose.

Rose mengamati pemuda itu dengan seksama. Entah kenapa semua pergerakan dari pemuda itu malah membuat hati Rose menghangat. Kelakuan kecil yang pemuda itu perbuat malah membuat pipi Rose menjadi merona. Dan jantungnya sudah berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Lu banyak bacot, anjir. Keburu luka lu infeksi, terus kalo udah infeksi kaki lu diamputasi. Mau kaki lu diamputasi?" ucap pemuda itu tanpa mengalihkan pandangannya.

Rose yang mendengar itu kembali emosi. Dirinya kembali kesal kepada pemuda yang sedang mengobatinya ini. Pemuda itu, Jay, selalu berhasil membuat Rose kesal dan juga berbunga-bunga di waktu yang sama.

.
.
.

❝ENEMY❞
©thelunarian










***

Halo! Karena sudah berjanji membuat cerita Jaerose akhirnya pada hari ini aku up cerita baru.

Cerita ini akan dipenuhi dengan adegan yang terlalu cheesy dan juga gaje. Hahahhaa. Selamat membaca. Dan ini juga termasuk ke short story ya.

Happy 5th anniversary with blackpink🤍

ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang