XIII

1.2K 182 6
                                    

"Anjir, serius lu?!" tanya Kiming seraya menatap Jay yang sedang duduk disebelahnya.

Yang ditanya hanya bisa diam seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lalu detik berikutnya ia hanya bisa mengangguk malu-malu.

"Lu udah tahu ini dari dulu, Win?" tanya Edgar seraya menyenggol lengan winwin yang duduk disebelahnya.

Winwin hanya menggeleng sebagai jawaban untuk Edgar.

Edgar dan Kiming hanya bisa menghela napas dengan tatapan terkejut yang masih terpasang, lalu nulai menyandarkan punggung mereka pada kursi coffee shop yang sedang mereka kunjungi.

Keempat pemuda itu memang sedang berada di coffee shop yang berada didalam salah satu mall di Jakarta. Coffee shop tersebut berada di daerah samping dari gedung mall yang langsung berhadapan dengan area halaman luar mall dan sibuknya lalu lintas Jakarta pada hari libur.

Mereka memilih tempat itu sebagai tempat yang cocok untuk Jay menceritakan seluruh ceritanya. Karena rasanya tidak mungkin kalau Jay harus menceritakan cerita privasinya di metro. Karena walaupun di hari libur seperti ini, metro masih tetap ramai dengan siswa-siswa yang lebih memilih nongkrong dibanding mengerjakan tugas.

Dan cerita yang Jay sampaikan memang membuat ketiga temannya terkejut. Walaupun cerita Jay memang sudah dapat mereka duga sejak dulu, tapi tetap saja mereka bertiga masih tidak menyangka dengan cerita yang Jay sampaikan beberapa menit yang lalu.

Edgar membenarkan duduknya terlebih dahulu, lalu menatap lurus ke arah Jay yang duduk didepannya. "Jadi lu baru cerita ini karena lu udah percaya sama kita atau..."

"Karena hati gua udah yakin," ucap Jay yang langsung memotong ucapan Edgar.

"Jadi gimana nih pendekatannya? Lu mau mulai darimana dulu?" tanya Winwin seraya kedua alis yang naik-turun untuk menggoda Jay.

Kiming menepuk bahu Jay. "Lu kalo butuh saran langsung telpon gua aja."

Jay menepis tangan Kiming dari pundaknya. "Yang ada makin gagal kalo gua minta saran dari lu."

"Itu... Rose?" tanya Edgar seraya menunjuk seorang gadis dengan rambut ekor kuda yang sedang diganggu oleh beberapa pemuda di area halaman luar mall.

Ketiga pemuda itu langsung melihat ke arah yang ditunjuk oleh Edgar. Dan benar saja ketiganya bisa melihat seorang gadis yang sedang dikelilingi oleh beberapa pemuda.

Rahang Jay langsung mengeras ketika ia berhasil melihat sosok Satya dari beberapa pemuda itu. Jay langsung tersadar bahwa beberapa pemuda yang sedang menganggu Rose adalah anak SMA 127. Padahal rasanya mereka sudah berdamai, tapi mengapa saat ini anak SMA 127 malah mengganggu siswi dari SMA 49?

Jay berdiri dari duduknya. "Ayo, samperin."

Kiming, Winwin, dan Edgar langsung ikut berdiri dan berjalan mengikuti Jay yang sudah jalan terlebih dahulu.

"Bukannya masalah kita udah selesai?" tanya Winwin kepada siapa saja temannya yang mendengar.

Kiming hanya menatap Winwin dengan kedua bahu yang terangkat tidak tahu. Sedangkan Edgar sudah jalan mendahului mereka untuk menyusul Jay.

Jay terus berjalan menghampiri Rose dengan luapan emosi yang sudah tak bisa dibendung lagi dalam dirinya. Rahangnya semakin mengeras ketika langkahnya sudah mulai mendekati Rose dan kawanan Satya. Tangannya juga sudah mengepal dengan kuat.

"Pacarnya kemana, Neng? Abang June-nya kemana?" tanya pemuda yang bertubuh tinggi itu, Satya, seraya menowel dagu Rose.

Jay yang sudah berada didekat Rose langsung mencengkram tangan Satya, lalu menepisnya secara kasar. "Lu mau ngapain lagi? Bukannya urusan anak 127 sama anak 49 udah selesai?"

ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang