VI

1.2K 189 2
                                    

Rose memasuki ruang kelas dengan wajah yang sudah bertekuk kesal. Bagaimana tidak kesal? Rose harus menunggu hampir setengah jam sendiri di kamar mandi sekolah. Ia sudah mencoba untuk menghubungi Lisa dan Miya tetapi kedua gadis itu sama sekali tidak mengangkat telpon dari Rose.

Rose sudah mengirimkan berpuluh-puluh pesan kepada teman-temannya itu. Tapi mereka sama sekali tidak membalas pesan singkat dari Rose. Rose juga tidak tahu dimana keberadaan teman-temannya karena semenjak di kantin pun Rose tidak melihat keberadaan mereka berdua.

Saat Rose sedang menunggu balasan dari kedua temannya, ponselnya berbunyi menandakan satu notifikasi yang muncul. Tetapi itu berasal dari June. Pemuda itu menanyakan Rose ingin membeli pembalut yang seperti apa, namun Rose belum membalas pesan itu hingga sekarang. Karena Rose malu.

Dan alasan Rose akhirnya bisa masuk ke ruang kelas saat ini, karena tadi ada adik kelas yang tiba-tiba mengetuk bilik kamar mandinya. Lalu, menyerahkan jaket hitam dan pembalut. Rose bertanya siapa pengirimnya, tetapi adik kelas itu tidak menjawab pertanyaan Rose dan langsung pergi.

Jadi disinilah Rose, dalam ruang kelas dengan jaket hitam yang sudah melingkari pinggangnya. Rose juga tidak tahu siapa pemilik jaket hitam ini. Tapi entah kenapa Rose merasa jaket ini berasal dari June. Karena pemuda itu sedari tadi memang menanyakan Rose mengenai pembalut yang biasa Rose pakai, walaupun Rose belum membalas pesan singkat dari pemuda itu.

"Rose, lu darimana aja?" tanya Lisa saat Rose sudah duduk dibangkunya.

Rose melipat kedua tangannya di depan dada. "Harusnya gua yang nanya gitu. Kalian darimana aja sih? Gua udah coba hubungin kalian tapi sama sekali nggak dibales."

Lisa dan Miya hanya bisa cengengesan seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sorry, Se," ucap Lisa.

Rose menatap ke arah Lisa dan Miya bergantian. "Jadi, kalian habis darimana?"

"Kita dari perpustakaan. Jadi nggak bisa bales gara-gara HP-nya di silent, Se," ucap Miya.

"Kesambet apaan pergi ke perpustakaan?" Rose menaruh tangannya dikening Lisa dan Miya.

"Lu pikir kita kesana buat belajar?" tanya Miya lagi seraya melepaskan tangan Rose dari keningnya.

Rose mengkerut keningnya bingung. "Namanya juga perpustakaan, ya ngapain lagi kalo bukan belajar?"

Lisa hanya cengengesan. "Kita ke perpustakaan buat ngomongin acara ulang tahunnya Mishal."

Rose hanya diam, meminta penjelasan kepada Lisa karena dirinya memang tidak mengerti.

"Mishal minggu depan ulang tahun, Se," ucap Lisa lagi. "Gua minta Miya buat bantuin nyusun acaranya. Tadinya gua mau ajak lu juga. Tapi lu lagi sama June, gua nggak enak ganggu yang lagi bucin."

Rose hanya mengangguk mengerti. Sejujurnya, otak Rose juga tiba-tiba berhenti saat Lisa mengucapkan nama Mishal. Karena pemuda bernama Mishal itu memang biasanya dipanggil dengan Kiming, hanya Lisa saja yang memanggilnya dengan nama asli dari pemuda itu.

"Terus kenapa harus rencanainnya di perpustakaan?" tanya Rose lagi.

Jujur saja, banyak tempat di sekolahnya yang bisa menjadi tempat pembicaraan selain perpustakaan. Tapi mengapa kedua gadis itu malah memilih perpustakaan?

"Biar ngadem," jawab Lisa seraya menaik-turunkan alisnya.

Rose hanya bisa menghela napas dengan jawaban yang Lisa ucapkan. Semua siswa juga tahu kalau tempat yang paling sejuk di sekolahnya adalah ruang guru dan perpustakaan. Karena hanya tempat itu yang memiliki banyak AC. Sedangkan ruangan yang lainnya hanya memiliki satu AC dengan keadaan ruang yang tidak tertutup. Contoh saja ruang kelas Rose yang memiliki satu AC, tetapi pintu kelas yang selalu terbuka. Hal itu malah membuat AC hanya menjadi dekorasi ruangan saja.

ENEMYWhere stories live. Discover now