VIII

1.2K 210 1
                                    

Rose menaruh botol minumnya ketika dirasa soda yang berada didalamnya telah habis ia teguk. Rose memasang wajah polos pada Jay seraya menunjukan cengirannya.

"Gua nggak nyangka McD bisa seenak ini," ucap Rose dengan dua ibu jari yang ia tunjukan.

Jay menghela napas panjang. Ia baru tahu jika Rose adalah gadis yang makan dengan porsi kuli. Itulah pendapat Jay saat ini ketika ia melihat pesanan dari Rose, yaitu paket panas dua dengan nasi, satu cheeseburger, dan satu kentang goreng ukuran besar.

Saat ini mereka memang sedang berada disalah satu restoran cepat saji yang dekat dengan komplek perumahan keduanya. Saat Jay menanyakan makanan apa yang ingin gadis itu makan, Rose hanya menjawab apa saja. Dan berakhirlah dengan Jay yang membawa Rose menuju Mcdonald.

"Lu kaya nggak pernah dikasih makan," ucap Jay.

Rose mengangguk. "Gua emang belum makan seharian."

"Terus lu ngapain di taman sore-sore kaya tadi?" tanya Jay lagi karena pertanyaan itu memang belum dijawab oleh Rose.

"Ngadem," jawab Rose seraya terkekeh.

Bohong. Rose memang berbohong. Lagipula tidak ada alasan mengapa ia harus jujur kepada musuhnya ini. Mereka tidak terlalu dekat hingga harus mengetahui masalah masing-masing.

"Oh," ucap Jay seraya mulut yang membulat.

Jay melihat jam tangan yang ada dipergelangan tangan kanannya, waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Jay melirik gadis yang berada didepannya.

"Lu udah selesai kan?" tanya Jay yang hanya dibalas anggukan oleh Rose. "Ya udah, yuk pulang."

Jay sudah berniat bangkit dari duduknya, namun Rose langsung menahan tangan pemuda itu. Rose masih belum mau untuk pulang. Ia masih merasa kesal dengan mamanya. Untuk saat ini, ia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Gayatri, Hana, atau siapapun itu yang merupakan orang rumahnya.

"Mcflurry enak nggak sih? Apa mending pie apple aja, ya?" Rose menaruh telunjuk didagunya, seperti orang yang sedang berpikir.

Jay kembali duduk di bangkunya. Menghela napas seraya mengusap wajahnya lelah. Jay tak mengerti lagi dengan kondisi perut milik Rose. Apakah didalam perut gadis itu memiliki blackhole sehingga apapun makanan yang masuk akan hilang dalam sekejap sehingga membuat gadis itu kembali menjadi lapar?

"Lu udah makan porsi kuli masih mau dessert?" tanya Jay seraya menggelengkan kepalanya, tidak menyangka.

"Kok lu omongin dessert sih, gua jadi pengin cheesecake yang ada di kafe Buana nih," Rose melirik ke arah jalanan luar. "Dekat nggak sih jalan ini sama kafe Buana?"

"Hah?"

Rose menatap ke arah Jay dengan antusias. Ia membentuk puppy eyes miliknya. "Jay ke kafe Buana yuk, kita ngopi-ngopi."

"Rose, ini udah jam delapan, anjir. Lu kalo dicariin Tante Gayatri gimana?" tanya Jay dengan alis yang sudah bersatu.

Rose mengibaskan tangan kanannya. "Nggak bakalan nyariin kalo ada anak kesayangannya di rumah. Palingan sekarang mereka lagi nonton TV sambil ketawa-ketawa."

Jay mengerutkan keningnya. Sejak awal memang ada yang tidak beres dengan Rose. Dimulai dari Jay yang menemukan gadis itu sedang menyindiri di taman. Jay tahu jika Rose sedang menyendiri di taman, maka gadis itu sebenarnya memiliki masalah. Mereka sudah lama kenal dan salah satu kebiasaan Rose itu memang sudah diketahui oleh Jay, karena sebagian besar alasan Rose menyendiri di taman adalah karena ulahnya.

"Lu lagi ada masalah, ya?" tanya Jay yang langsung pada topik pembicaraan.

"Nggak ada," Rose mengalihkan pandangannya dari Jay. "Jangan sok tahu."

ENEMYWhere stories live. Discover now