from hate to love.

1.4K 172 1
                                    

"Jay lu bisa diam nggak?" tanya Rose dengan suara yang sudah naik beberapa oktaf.

Lagi pula bagaimana Rose tidak kesal jika Jay selalu menggelitikinya padahal saat ini Rose sedang berusaha untuk mengganti perban yang berada di bagian perut pemuda itu.

Mereka berdua memang sedang berada di dalam kamar milik Jay. Karena tidak mungkin juga bila Rose harus mengganti perban milik Jay di ruang tengah dan membawa seluruh barang-barang yang diperlukan untuk mengganti perban ke ruang tengah, sungguh itu sangat merepotkan.

Jay sudah pulang ke rumahnya beberapa hari yang lalu, ia juga sudah mulai beraktivitas sebagaimana biasanya walaupun harus ada beberapa kegiatan yang ia kurangi.

Dan tolong jangan tanyakan apakah Rose tidak gugup melihat perut pemuda itu? Karena sungguh pada awalnya pun Rose tidak bisa mengganti perban dari pemuda itu. Tapi mau bagaimana lagi jika Via sedang tak ada dirumah maka Rose yang harus melakukan hal itu. Padahal Rose sudah menolak dan meminta Jay untuk menunggu Via pulang saja. Tapi memang Jay adalah anak titipan setan jadi ia selalu saja merengek dan meminta Rose yang mengganti perbannya.

"Rose, lu tau nggak sih seberapa gemesnya lu kalo lagi ngambek karena gua gangguin?" tanya Jay dengan kedua tangan yang berada dipipi Rose, lalu mencubit pipi tembam milik gadis itu.

Rose tidak menjawab pertanyaan Jay, gadis itu hanya bisa menghela napas seraya memutar bola matanya malas. Tangannya juga masih berusaha untuk menutup luka Jay dengan perban yang baru.

"Lah, kok nggak dijawab? Mau dikelitikin lagi ya?" Jay langsung menggelitik Rose dibagian perut gadis itu hingga ke arah tengkuk.

Rose yang menerima serangan itu langsung menggeliat seraya tertawa geli. Ia terus mencoba untuk menjauhkan tangan Jay dari tubuhnya tapi rasanya itu adalah suatu hal yang sia-sia karena Jay malah semakin menggelitikinya. Hingga pada akhirnya Rose tak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan ia terjatuh tepat diatas Jay.

"Aw," Jay mengeluh kesakitan ketika tubuh Rose tepat berada diatasnya.

Sungguh jantung Rose berdetak lebih cepat dari biasanya. Pipinya juga benar-benar memanas saat ini. Rose mendadak malu padahal ia juga tidak tahu kenapa ia harus malu seperti ini?

Rose mencoba untuk bangkit tapi dengan cepat kedua tangan Jay sudah merangkulnya dengan kuat. Lalu memindakan tubuh Rose kesampingnya dengan tangan yang merangkul dipinggang gadis itu.

"Jay apaan sih?!" sewot Rose seraya berusaha untuk menjauhkan tubuhnya dari Jay.

Usaha Rose malah semakin membuat rangkulan Jay mengerat. Pemuda itu terus menatap wajah Rose yang saat ini tepat berada didepan dadanya. Jay menyunggingkan senyum manis dengan lesung pipitnya itu.

"Bentar aja, ya," mohon Jay.

Rose hanya menghela napas lelah. Ia hanya bisa pasrah dengan kelakuan Jay yang mendadak manis untuk pertama kalinya setelah mereka berpacaran. Ia juga harus berusaha untuk menormalkan kembali detak jantungnya.

"Sayang," panggil Jay.

Rose mengerutkan keningnya bingung. "Siapa yang lu panggil sayang?"

Jay berdecak. "Ya lu lah, bego. Perasaan kita dari awal pacaran nggak ada romantisnya sama sekali."

"Gua nggak mau dipanggil sayang. Soalnya nanti kan diperpendek jadi 'yang' terus orang-orang pasti nyangkanya kepala gua peyang. Yang kerenan dikit dong," sewot Rose.

Jay sempat terdiam sesaat seraya mata yang menerawang, mencoba untuk memikirkan sesuatu sebelum akhirnya kembali berucap. "Ya udah, 'bi' aja mau, nggak? 'Bi' dari kata 'baby'."

ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang