IV

1.3K 213 6
                                    

Rose menampar dirinya sendiri ketika rasa kantuk yang tak bisa ia tahan lagi. Lagipula siapa yang tidak mengantuk dalam pelajaran sejarah? Sebenarnya sejarah itu mengasyikan, dan hal itu bergantung dengan gurunya.

Pak Mukti yang merupakan guru sejarah bagi kelas dua belas mengajarkan sejarah dengan cara yang membosankan. Beliau hanya menyuruh setiap anak untuk membuka buku sumber, lalu dirinya membacakan tulisan yang berada di dalam buku.

Padahal sejarah adalah mata pelajaran kesukaan Rose saat kelas sepuluh, karena saat itu ia mendapatkan guru yang mengasyikan. Bu Rini dapat mengajarkan sejarah dengan cara yang seru, hal itu malah membuat seluruh siswa menjadi semakin tertarik dengan sejarah. Hal itu jauh berbanding terbalik dengan cara Pak Mukti dalam mengajar.

Rose melihat ke arah teman-temannya, dan sudah hampir dipastikan mereka semua tidak ada yang memperhatikan Pak Mukti sama sekali. Ada yang sedang tertidur dan menutupi wajahnya dengan buku yang diberdirikan. Kemudian, ada juga yang hanya menunduk seraya senyum-senyum, sudah dipastikan kalau mereka sedang memainkan ponsel masing-masing.

Rose melirik ke arah Lisa yang sudah membuat pulau dengan air liurnya. Jujur saja Rose juga ingin masuk ke dalam mimpi seperti Lisa, tapi entah kenapa ia tidak tega kepada Pak Mukti. Ia masih ingin menghargai Pak Mukti walaupun dirinya tidak fokus dalam belajar.

Rose melihat ke arah seluruh penjuru kelas, entah apa yang sedang Rose lakukan tapi yang jelas ia harus tetap tersadar dan tak boleh tertidur. Namun tatapannya terhenti pada pojok ruangan kelas, karena ada seorang pemuda yang juga sedang memandangnya balik.

Rose menaikan dagunya sebagai isyarat untuk bertanya 'ada apa?', tetapi pemuda itu hanya diam dan terus memandang ke arah Rose. Rose menjadi risih bila ditatap seperti itu, apakah ada yang salah dengan wajahnya?

Lalu, tiba-tiba pemuda itu menujuk ke arah bawah bibirnya. "Ada kismis," ucap pemuda itu, Jay, tanpa suara sama sekali.

Rose yang melihat itu langsung segera mengusap area bawah bibirnya, tapi ia tidak menemukan kismis sama sekali. Rose membuka kamera ponselnya, dan ia juga tidak menemukan hal yang salah dari wajahnya.

Rose mengerutkan keningnya bingung, kenapa bisa tiba-tiba ada kismis di area wajahnya? Padahal sejak tadi pagi ia belum memakan kismis sama sekali. Ia kembali berbalik untuk melihat ke arah Jay lagi, tapi pemuda itu sudah menunduk tertidur.

Rose tetap melihat ke arah cerminan wajahnya di kamera ponsel. Dan ketika ia mendekati kamera ponselnya pada area bawah bibir, Rose langsung tersadar apa yang dimaksudkan oleh pemuda itu. Sialan! Tadi itu Jay sedang mengejek tahi lalatnya. Rose memang mempunyai tahi lalat di bawah bibirnya, dan pemuda itu malah membuat hal itu sebagai bahan candaan.

"Jadi, kalian paham ya sekarang," ucap Pak Mukti dengan nada yang lebih keras.

Hal itu membuat seluruh siswa kembali fokus pada Pak Mukti, termasuk Rose. Sungguh Rose masih kesal dengan Jay, ia sudah menganggapnya dengan serius tapi pemuda itu malah bercanda. Jay memang anak titipan setan!

"Kalo gitu saya umumin tugasnya untuk minggu depan, ya," ucap Pak Mukti lagi.

Siswa yang sedang tertidur langsung terbangun ketika mendengar kata tugas. Semua siswa juga langsung mendengus ketika mendengar hal itu. Mereka hanya bisa menghela napas lelah.

"Tugas lagi, Pak?" tanya Winwin.

Pak Mukti mengangguk. "Iya, tugas kali ini gampang kok. Kalian cuman disuruh buat makalah mengenai pemberontakan yang ada di Indonesia."

Seketika kelas menjadi ribut ketika mendengar hal itu. Ada yang mengeluh langsung kepada Pak Mukti, ada yang langsung bergosip mengenai Pak Mukti, dan sisanya hanya bisa mengelus dada agar bisa sabar.

ENEMYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora