6. PERINGATAN

35 21 5
                                    

RARE | 6. PERINGATAN

"Sekali kuberucap, langsung pada makna." - Ramanda Arkana


*****

Kelima kawan Ramanda menatap serius layar monitor yang menayangkan back up rekaman cctv beberapa puluh menit yang lalu. Rekaman itu berasal dari beberapa cctv yang berada di kawasan gedung baru.

Mulai dari kedatangan pria misterius itu yang dibonceng seseorang dan berhenti di dekat simpangan gang sepi di samping sekolah. Kemudian dengan bantuan tumpuan sang pembonceng yang menundukkan diri di sisi pagar---jauh dari pagar masuk---pria itu berhasil melompat ke dalam halaman. Setelahnya, temannya alias si pembonceng, kembali menghampiri motor dengan pandangan mengawasi sekitar, lalu pergi entah kemana.

Dengan cekatan, Dennis memperbesar channel rekaman yang ada di dalam gedung karena sosok pria itu berhasil melompat masuk melalui jendela yang belum terpasang kaca.

Kelimanya lantas mengumpat kompak begitu melihat kemulusan jalan pria itu yang langsung berlari waspada menuju tangga utama.

"Pak, harusnya di area gedung baru dijaga dua orang satpam. Kalau cuman Pak Har sendiri, susah ngawasinnya," saran Pedrosa kepada Pak Kris yang memperhatikan para penguasa meja kerjanya dari kejauhan. Duduk bersandar di sofa panjang.

"Harusnya. Tetapi itu kan wewenang Kepala Sekolah."

"Bapak kan bisa ngasih usulan sebagai wakilnya?" sahut Gerry yang sebenarnya menahan keras kekesalannya sejak melihat rekaman cctv itu.

"Iya, segera saya usulkan."

Feroza ikut menoleh pada gurunya itu. "Bapak sudah nonton rekamannya?"

"Sudah," jawab Pak Kris tenang. "Salinannya juga sudah saya berikan kepada polisi."

"Eh, ssttt.... sstttt! Diam-diam-diam!" perintah Dennis tiba-tiba, membuat perhatian seluruh temannya kembali pada layar monitor.

"Coba liat! Waktu Relita datang lagi ke pertigaan lorong itu, sebenarnya dia sudah ada di sana. Tapi, gak tau kenapa, pas Relita diam kayak was-was gitu, si Deon ikutan sembunyi di balik dinding," jelas Dennis seketika memompa paksa kinerja otak keempat temannya.

"Asli! Gue merinding ini!" desis Pedrosa memeluk tubuhnya sendiri.

Feroza lantas mendekatkan diri dengan Pedrosa dan merangkulnya. Menepuk-nepuk pundak kembarannya, berusaha menenangkan.

"Eh, itu si Rama datang!" Dennis, satu-satunya orang duduk di kursi, menunjuk layar bertepatan dengan kedatangan Ramanda yang langsung meraih lengan Relita.

Keadaan semakin menegang. Terlebih melihat Deon yang secepat kilat langsung berdiri di belakang Ramanda dan Relita. Seperti yang mereka semua ketahui, ketajaman insting Ramanda patut diacungi jempol.

Tanpa pikir panjang, lelaki itu terlihat langsung menghalau belati yang hendak di gunakan Deon untuk melukai dari arah belakang. Membuat keenam siswa itu berdecak takjub atas aksi Ramanda.

Tertarik dengan kehebohan murid-muridnya itu, Pak Kris menghampiri. "Jujur. Disamping tingkah onar dan semaunya seorang Ramanda, saya benar-benar kagum dengan tindakannya hari ini."

RAREWhere stories live. Discover now