1. RAMANDA ARKANA

175 51 33
                                    

RARE | 1. RAMANDA ARKANA

*****

Terlihat beberapa siswa sedang bergerombol mengelilingi sebuah meja-kursi di depan kelas yang bertuliskan XI IPS 5 pada plang pintunya. Sorak-sorai bersahutan mereka memenuhi lorong lantai dua gedung IPS ini.

"MAMPUSSSS!!!" Seruan kompak terdengar seraya menunjuk refleks ke arah salah satu siswa, begitu botol minuman kosong yang berputar di atas meja berhenti mengarah pada sasarannya.

"Cium lantai lorong ini, atau cium sepatunya Pedro?" tanya Adam. Siswa yang menurut kebanyakan siswi di SMA MANGGALA mempunyai wajah paling tampan dan kharismatik ini turun tangan memberikan tantangan yang harus dilakukan oleh saudara tirinya itu.

Ramanda, begitu lah nama asli dan yang dikenal seantero Manggala. "Sialan..." desisnya kesal. Bagaimana tidak, sepatu Pedrosa dan lantai lorong ini adalah dua hal terkotor yang pernah ada di muka bumi. Menjijikkan! Batin Ramanda sudah menjerit-jerit kesal.

"Hmm... Gak ada yang waras tantangannya," gumam Feroza, kembaran Pedrosa yang sedari tadi berusaha menahan tawa dengan sikap cool-nya.

"Sekedar memperjelas. Cium lantai, maksudnya cium pake bibir yaa, bukan pakai hidung," celetuk Dennis yang sudah cengengesan sejak Adam melontarkan tantangannya pada Ramanda.

"Duh, Ram... Sumpah! Anjlok seanjlok-anjloknya kalau orang-orang pada ngeliat lo cium lantai lorong ini." Pedrosa alias Pedro yang ikut berkomentar dengan senang hati melepaskan dan menyodorkan sepatu terbersih miliknya itu kepada Ramadan. "Lebih baik lo cium aja sepatu gue. Nih..."

Namun, yang terjadi Ramanda malah segera menepis kasar sepatu itu sebelum sepenuhnya mendekat ke arahnya. Sampai-sampai sepatu itu terlempar ke luar pagar balkon akibat kencangnya tepisan tangan Ramanda.

"WEHHH RAMANDAAA!!!!" Jerit Pedro. Sontak berdiri tercengang melihat sebelah sepatunya yang terbang bebas entah kemana. "SEPATU GUE ITUUUUU?!!!" Ia segera mendekatkan diri ke pagar balkon untuk memeriksa keadaan sepatunya. Tetapi, baru sedetik kepalanya melongok ke arah lapangan di bawah sana, tiba-tiba saja Pedro malah menarik diri dan kembali ke meja-kursi mereka dengan ekspresi tak terbaca.

"Kenapa?" tanya Gery heran. Si judes sekaligus pakar pembaca raut wajah teman-temannya.

"Anu..." Nada suara Pedro terdengar merendah, membuat teman-temannya semakin penasaran menunggu lanjutan kalimatnya.

Sepersekian detik setelahnya, suara sumpahan terlontar nyaring bersamaan dengan jatuhnya sepatu kets berlis putih tepat mengenai pelipis Ramanda.

Ramanda menodongkan tatapan tajam pada sepatu itu. Bukankah sepatu ini baru saja jatuh ke lantai dasar akibat tepisan tangannya? Bagaimana mungkin bisa secepat itu terbang kembali ke lantai dua gedung?

"HAISH!!! SIALAN!!" murka Ramanda yang bangkit dengan kesal sambil menggebrak meja, membuat teman-temannya sempat terkejut sekilas. Ia lalu meraih sepatu itu dan langsung melemparkannya ke lantai dengan sepenuh tenaga. "Dasar sepatu sialan!!!!"

Kawanannya sontak tertawa terbahak-bahak menikmati ekspresi wajah Ramanda. Tak terkecuali si pemilik sepatu tersebut, Pedro, yang seraya mengambil sepatunya untuk dipakai kembali.

Mengabaikan tawa renyah kawanannya, Ramanda berjalan ke arah pagar balkon dengan langkah kesal bercampur marah untuk mengetahui siapakah pelaku pelemparan sepatu tersebut. Sungguh, bagaimana bisa Ramanda bernasib kurang baik dalam jangka waktu kurang dari sepuluh menit pada hari ini?! Sudah mendapat tantangan menjijikkan dari Adam, dapat pula lemparan sepatu maut yang sangat kebetulan tepat mengenai kepalanya!

"WOIIII!!!!" teriak Ramanda tak senang hati begitu pandangannya menangkap sang pelaku. "Ada masalah apa lo sama gue?! Berani-beraninya ngelempar sepatu sembarangan?!!!"

RARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang