8. (BUKAN) RUMAH

23 6 2
                                    

RARE | 8. (BUKAN) RUMAH


*****

Adam menurunkan Ramanda di halaman pintu masuk samping rumah. Ramanda pun menunggu Adam yang memarkirkan motornya tak jauh dari tempatnya berdiri.

Hari ini dengan berat hati Ramanda terpaksa meninggalkan motor kesayangannya di sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini dengan berat hati Ramanda terpaksa meninggalkan motor kesayangannya di sekolah. Jahitan luka di telapak tangan kirinya inilah yang menyebabkan dirinya tidak mungkin bisa berkendara seperti biasanya. Meskipun seandainya Ramanda bisa, tetap saja Adam akan memberikannya nasihat sepanjang jalan kenangan.

"Kenapa lo?" tanya Adam menghampiri Ramanda yang hanya bergeming di tempat, memperhatikannya.

"Bukain helm."

Adam menghela berat napasnya, menatap Ramanda tak percaya. "Ya ampun, Ramandaaaaa. Cuman sebelah tangan lo doang yang luka. Masa gak bisa buka helm sendiri?"

Ramanda menggeleng pasrah, membuat Adam menggeram frustasi karenanya.

"Apa salah dan dosaku, Tuhan, hingga Kau tega memberikanku saudara seperti manusia satu ini?" monolog Adam sembari membuka helm full face milik Ramanda. Setelahnya ia berjalan sambil menenteng dua buah helm di kedua tangannya---mendahului Ramanda yang mengekor di belakang.

"Adam, gue lapar. Mau makan mie goreng buatan lo."

Adam refleks menoleh dengan delikan sinis ke arah Rama. Apalagi sekarang, apalagi?! Dasar manusia pencari keuntungan dalam kesempatan!

"Adammm...." rengek Ramanda memasang tampang memelas. Sedikit menambahkan binar-binar penuh harapan pada kedua manik matanya.

Ada satu hal yang paling tidak bisa ditolak oleh Adam. Yaitu ketika melihat ekspresi bayi besarnya yang begitu menyentuh hati seperti saat ini. Sekesal dan sebesar apapun emosinya, tetap saja Adam akan luluh juga.

"Yaudah, iya! Ganti baju dulu lo sana, baru ke dapur datangin gue."

Ramanda lantas bersorak gembira. Dengan penuh semangat ia berlari masuk ke dalam rumah, melewati Adam yang memperhatikan tingkahnya dengan tatapan kesal. Kesal karena ketidaksanggupannya menolak permintaan saudaranya itu.

Sikap Ramanda di sekolah memang sangat bertolakbelakang dengan Ramanda sewaktu berada di rumah.

Adam melangkahkan kakinya memasuki rumah. Pandangannya mengedar. Seperti biasa, suasananya terlihat sangat-sangat sepi.

Begitu Adam menaruh kedua helm yang berada di genggamannya, suara seorang gadis yang memanggil-manggil namanya, menarik perhatian Adam.

Adam tersenyum hangat menyambut kedatangan gadis remaja itu. "Razeta udah makan?"

"Belum, Bang."

Adam lantas merangkul pundak Razeta dan berjalan beriringan.

"Yaudah, Zeta ke dapur deluan, ya? Nanti Abang mau buatin mie goreng buat kalian. Tapi Abang mau ganti baju dulu, okee?"

RARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang