9. DARI JAUH

27 4 1
                                    

RARE | 9. DARI JAUH

"Jangan terlalu memperhatikan, jika tidak ingin terlampau memikirkan."

*****

Ramanda berdiri di balkon lantai dua depan kelasnya. Sambil memakan cemilan yang diambilnya dari tas Adam, pandangan Ramanda tertuju pada satu fokus yang berada di lapangan sana.

Terlihat beberapa anggota OSIS yang mengenakan almamater biru malam berjalan beriringan. Menyebrang lapangan menuju gedung dimana ruang OSIS yang baru berada. Diantara rombongan itu, Ramanda dapat menangkap sosok Relita yang asyik bercanda gurau dengan para anggota lelaki.

"Heiii, bro!" sapa Pedrosa yang tiba-tiba muncul di samping kiri Ramanda dan merangkulnya. "Ngeliatin siapa sih?" Pedrosa lantas mengikuti arah pandang temannya itu.

"Cewek yang kemaren itu kan?"

Ramanda hanya mengangguk menjawab Pedrosa.

"Udah lo ambil kalungnya?" tanya Pedrosa.

"Belum."

"Lah, kenapa?"

"Waktu kemarin lusa pas hari kejadian itu, sebenarnya mau gue ambil. Tapi belum selesai gue ngomong, udah diserang aja sama dia," jelas Ramanda yang tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"Diserang Deon?"

"Bukan. Sebelum Deon nyerang gue, si itu tuh udah nyerang deluan," ujar Ramanda yang menggerakkan bibirnya menunjuk ke arah Relita.

"Lo, diserang cewek?!" Pedrosa terheran. "Sumpahhhh, demi apa?!"

"Demi Sinar Rembulan yang cantik jelita di malam hari," goda Ramanda melirik temannya itu.

Mendengar nama mantan yang baru saja memutuskan hubungan dengannya sewaktu malam tadi, Pedrosa lantas tersenyum masam. "Gak usah bawa-bawa nama Sinar lagi."

Ramanda menoleh tertarik dengan senyuman gelinya. "Lah, kenapa?"

"Putus."

"Lo, diputusin cewek?! Sumpahhhh, demi apa?!" Ramanda tertawa nyaring karena berhasil membalikkan kedudukan. "Kurang manjur pelet lo, Ped."

"Sialan ...." Desis Pedrosa kesal.

Keduanya lantas kembali memandang ke bawah sana. Terlihat, Relita sedang duduk di kursi panjang depan ruang OSIS sambil membaca beberapa kertas di tangannya.

"Dia aja sampai mendadak amnesia gara-gara ngeliat muka gue dari dekat," gumamnya tanpa sadar.

"Siapa?" kata Pedrosa dengan alis yang mengeriting.

Baru saja hendak menjawab rasa penasaran Pedrosa, refleks, Ramanda berbalik badan ketika melihat Citra yang keluar dari ruangan sengaja memberitahu Relita akan keberadaannya sambil menunjuk ke arahnya.

Pandangan gadis itu pun mengarah tepat sesuai tunjukkan jari telunjuk Citra. Dengan ekspresi terheran-heran Relita menatap keberadaan Ramanda yang kini telah membelakanginya.

Sementara Pedrosa malah melambaikan tangan kepada Relita dan Citra dengan cengiran tanpa dosa. Detik selanjutnya dengan cepat Ramanda segera menarik bagian belakang baju seragam Pedrosa sehingga ikut termundur seiring langkahnya yang kembali memasuki ruangan kelas.

RARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang