12. MANUSIA BERLAGAK

9 2 0
                                    

RARE | 12. MANUSIA BERLAGAK

*****

Hari Minggu yang sangat cerah, sampai-sampai Relita terpaksa menggunakan jaket agar sedikit terlindung dari sengatan sinar matahari. Sembari berpegangan di sisi jaket Davka, Relita melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah tiga sore.

Bukannya langsung pulang ke rumahnya, Davka dengan rendah hati menawarkan tumpangan kepada Relita yang hendak berangkat kerja. Hari ini Relita bertugas pada shift malam yang dimulai dari jam tiga sore hingga sepuluh malam.

Sebenarnya bukan sekali ini Davka menginap di rumah Relita. Bahkan sudah terhitung beberapa kali karena kenyataan yang tak terduga bahwa kedua ibu mereka ternyata bersahabat sejak duduk di bangku SMA. Jadi, mau tak mau anak mereka pun menjadi akrab, ditambah lagi dengan status Relita dan Davka yang merupakan teman sekelas.

Davka menghentikan motornya dihalaman parkir toko. Relita pun turun dengan hati-hati. Relita benar-benar heran, mengapa lelaki suka sekali mengendarai motor sport seperti ini. Sangat merepotkan untuk penumpang bertubuh pas-pasan seperti dirinya ini.

"Pelan-pelan, Ta," ucap Davka sembari mengulurkan tangan kirinya sebagai pegangan Relita menuruni motornya.

"Jual aja lah motor lo yang ini, Dav," omel Relita tiba-tiba membuat Davka mengerutkan keningnya.

"Kenapa memangnya, Ta?"

"Ribet banget asli!" oceh Relita menarik kekehan Davka.

"Ya, udah nanti gue pake motor matic punya Mama aja kalau lagi sama lo," jawab Davka sabar.

"Lah, terus Tante Dela pakai apa dong kalau ada perlu kemana-mana?" heran Relita yang ternyata membuat Davka malah tertawa renyah.

"Ya, pakai motor gue yang ini lahhhh," balas Davka di sela tawanya.

"Kualat lo jadi anak," ujar Relita serius tetapi tetap dianggap lawakan bagi Davka.

Tanpa Relita dan Davka sadari, di balik kaca jendela toko, ada seseorang yang sedang mengawasi keduanya. Lelaki itu tak lepas pandangan sesenti pun begitu tak sengaja menangkap kedatangan keduanya. Dengan tatapan serius tak terbaca, Ramanda memperhatikan gerak-gerik keduanya sambil menyeruput minuman es coklat miliknya.

Davka pun meninggalkan halaman toko, sementara Relita mulai memasuki pintu toko. Dan tiba-tiba bertepatan dengan itu, mendarat pula gebarakan tangan seseorang di meja tempat Ramanda berada. Alhasil, semua pasang mata yang hadir ditoko ini terfokus pada keduanya.

"Lo emang manusia gak tau diri, ya, Ram!" omel Citra yang berkacak pinggang dengan tatapan bak ibu peri jahat. "Teman baru merintis usaha, bukannya dilarisin malah numpang duduk doang!" sarkasnya yang tak memperdulikan sekitar. Untungnya keadaan toko saat ini terbilang sepi. Hanya ada Citra, satu orang pegawai tetap, Relita yang baru saja datang dan terakhir satu-satunya pelanggan jadi-jadian di hadapan Citra ini.

Ramanda yang awalnya sangat terkejut, secepat kilat berlagak setenang mungkin. Sekilas, melirik keberadaan Relita yang masih bergeming di tempatnya sana. "Apaan sih! Gak jelas banget jadi manusia," balas Ramanda sok, tak mau kalah, lalu membuang pandangan ke kaca jendela.

"Dasar manusia berlagak!" hardik Citra dengan kekesalannya memuncak. Hampir saja rambut lelaki itu ia jambak untuk melampiaskan kekesalannya. Tetapi, Relita yang segera menghampiri keduanya berhasil menahan gerakan tangan Citra. Citra lantas menoleh kesal kepada Relita karena telah menjadi penghalang aksinya.

"Sabar, Cit." Relita menurunkan lengan Citra sembari mengelus pundaknya dengan tangan satunya.

"Kenapa sih, Ta mesti ditahan?" keluh Citra pada Relita. "Kan enak, sekali-kali manusia aneh ini gue jambak atau gampar biar jera!!!" lanjutnya yang beralih mendelik Ramanda, ganas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang