Chapter 14 : Brillian Planning

14.9K 2K 55
                                    

Babang Maxi dan Lileya kambeeeekkk...

semoga kalian suka ya...




🐥🐥🐥



Pukul tiga lewat Lileya sudah sampai di hotel tujuannya, dia merangkul Joe Ryan dengan suah payah karena mengenakan sepatu hak tinggi. Pria itu sempat pingsan dan kini terbangun sambil meracau. Dia masih mabuk, dan kemungkinan tidak akan mengingat apa pun lagi setelahnya.

Dia sudah memesan kamar, dan seseorang sedang menunggu mereka di dalamnya. Lileya berjalan lurus ke lift menuju lantai lima, sambil membawa Joe Ryan. Begitu lift terbuka segera menyusuri koridor menuju kamar yang dituju, dan mengetuk pintu.

Pintu terbuka dari dalam, menampilkan seorang wanita muda yang menyambutnya dengan senyuman. Penampilannya seksi dengan tubuh yang lumayan bagus. Rambut pirang dan bergelombang dengan riasan tipis.

Wanita itu tersenyum dengan wajah terkejut. "Ini ..."

"Ini bosku, dia agak mabuk," jawab Lileya.

Wanita itu sendiri melirik penampilan Lileya yang mengenakan gaun satin dengan jaket panjang. Joe Ryan dalam rangkulannya mulai bergumam, membuka matanya yang tak fokus kemudian tersenyum konyol.

Lileya memberikan Joe Ryan pada wanita itu yang segera dibawa ke dalam kamar, dan dibaringkan di ranjang. Pria itu berguling-guling sambil menciumi selimut, wajahnya memerah dengan jelas dan ada noda bekas muntahan di kemejanya.

"Bosku mabuk, dan dia memintaku untuk memesan kamar. aku sekretarisnya," kata Lileya yang melihat kebingungan wanita itu. Wajah datar dan serius Lileya, membuat wanita itu percaya.

"Ah, ya. Tidak masalah," balas wanita itu.

"Cherry ... kemarilah, cantik ... hehe ..." Joe Ryan masih meracau dalam mabuknya sambil menggapai ke arah mereka.

Lileya berjalan ke arah Joe Ryan, mengambil dompet dan ponselnya kemudian menaruhnya di meja nakas. Dia melirik wanita berambut pirang itu. "Bosku sangat suka wanita yang membersihkan diri sebelumnya. Kurasa Nona harus membersihkan diri terlebih dahulu."

Wanita itu masih begitu muda, usia dua puluhan, dan dia nampak baik-baik saja dengan permintaan Lileya. Wanita itu pun berjalan ke kamar mandi, dan Lileya dengan cepat menyambar ponsel Joe Ryan kemudian mengeluarkan sebuah alat canggil untuk scanning. Dia meraih jari pria itu untuk membuka ponselnya, kemudian Lileya menempelkan alatnya ke ponsel pria itu hingga semua data dan informasi di dalamnya dikirimkan ke sistem kantornya.

Proses masih berlangsung, dan suara shower sudah tak terdengar lagi. Begitu proses selesai, pintu kamar mandi terbuka dan Lileya segera menaruh ponsel Joe Ryan ke nakas juga alat scanning-nya ke tasnya. Dia berdiri dengan wajah datar, bersikap seperti sekretaris yang kaku dan patuh.

Wanita berambut pirang itu keluar dengan jubah mandi, lalu mendekati ranjang. Lileya memberikannya sebuah amplop berisi uang.

"Ini pembayarannya. Pergilah setelah selesai, jangan tidur di sini. Jangan tinggalkan nomor ponselmu atau apa pun," kata Lileya.

"Baik."

Setelah itu dia pun keluar dari kamar itu dengan sikap yang tetap tenang, meninggalkan Joe Ryan dengan wanita panggilan yang dia hubungi secara online. Bagaimana pun Lileya melakukan pekerjaannya dengan cukup kejam. Dia terlihat cukup kejam dan tidak berperasaan, dalam menjerat para targetnya, dia akan memanggil seorang pelacur secara online kemudian membayarnya untuk tidur dengan targetnya.

Para pria itu akan berpikir bahwa Lileya lah yang baru saja tidur dengan mereka, yang membuat mereka semakin tertarik padanya dan memudahkannya untuk menggali segala macam informasi di beberapa pertemuan. Keesokannya mereka akan mencari Lileya di tempat yang sebelumnya, dan pertemuan selanjutnya dia hanya perlu membuat mereka percaya padanya.

Dangerous Ex-Husband (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang