Chapter 23: The Reason of Our Divorce

17.5K 2.1K 93
                                    

Babang Maxi kambeeeekk...

Semoga kalian masih suka ya 😘



🔥🔥🔥



Setelah matahari mulai beranjak naik, Lileya dan Maxi memutuskan untuk kembali ke apartemen mereka. Cicitan burung-burung terdengar di dahan-dahan pohon besar, dengan gemerisik semak-semak dari beberapa hewan liar di hutan itu. Diantara rimbunnya pepohonan, mobil Maxi terparkir di jalan setapak dan terhalang oleh dahan-dahan yang melambai ke jalan.

Di dalam mobil itu suasana panas dan pengap menyergap keduanya. Deru napas keduanya saling berkejaran, ketika tubuh mereka saling melekat. Lileya duduk di atas Maxi, dengan Maxi yang duduk di balik kursi kemudi. Tubuh Lileya condong ke depan, kedua tangan memeluk leher Maxi dengan bibir yang terbuka ketika Maxi mencumbu lehernya. Matanya terpejam dan lenguhan halus pun keluar.

Panas bibir Maxi di lehernya membuat Lileya menggila, bahkan cumbuan pria itu turun sampai ke dadanya, membuka satu kancing kemeja yang dikenakannya. Lileya segera tersadar, meraih wajah Maxi dengan kedua tangannya hingga mereka kembali bertatapan.

“Jangan keterlaluan,” kata Lileya. “Ingat, kita belum kembali bersama.”

Maxi menyeringai tanpa mengatakan apa pun, dia meraih leher Lileya dan kembali memagut bibirnya. Kedua berciuman dengan dalam dan sedikit bersemangat, sampai lenguhan kembali memenuhi bagian dalam mobil. Tiba-tiba suara ‘bruk’ terdengar dari atas mobil ketika seekor hewan terjatuh dari dahan pohon dan melompat ke semak-semak.

Lileya melepaskan ciuman mereka sambil berguling ke samping, duduk dengan napas terengah-engah sambil mengancingkan kembali kemeja biru yang dikenakannya. Dia menemukan satu set pakaian wanita di rumah itu, entah milik siapa, Lileya tak peduli.

Dia keluar dari mobil sambil menguncir rambutnya. Mata hitamnya mengedar ke segala arah, melihat pemandangan di depannya. Diantara pepohonan besar ada danau yang tidak terlalu besar, airnya terlihat jernih dengan sinar matahari yang membuatnya berkilauan.

“Apa aku bisa berenang di sini?” tanya Lileya.

Maxi menyeringai misterius. Berpikir untuk berenang di sini, tentu saja Maxi tak akan mengizinkannya. Danau ini, pernah dipakai oleh Hector untuk membuang mayat. Meski mungkin mayat itu hanya tersisa tulang belulang, setidaknya Maxi tak akan membiarkannya.

“Tidak, itu sangat dalam,” balas Maxi.

“Aku bisa berenang.” Lileya bersiap mendekati jembatan kayu di sisinya, bersiap untuk melepaskan sandalnya tapi Maxi segera memeluk tubuhnya dari belakang, menaruh dagunya di bahunya.

Lileya bergidik merasakan embusan napas hangat Maxi di lehernya, dan kedua tangan pria itu di perutnya, membelainya dengan sensual membuatnya terdiam.

“Ingin melakukan yang lain,” bisik Maxi di telinganya, dengan suara serak.

“Apakah tidak ada hal lain dalam pikiranmu selain hal mesum?”

Maxi merapatkan tubuhnya dan membawa bibirnya ke leher Lileya. “Di dekatmu, gairahku selalu bangkit.”

Lileya berdecih pelan seraya mendorong perutnya dengan siku. “Kau saja yang seperti anjing di musim kawin.”

“Dan kau anjing betinanya.”

“Kurang ajar!” gerutu Lileya seraya menginjak kaki Maxi yang dibalas dengan ciuman di lehernya.

Ketika Lileya hendak melepaskan pelukannya, Maxi berbisik lagi, “Diam dan dengarkan.”

Keduanya terdiam, dan tak lama suara kicauan burung yang saling bersahutan terdengar dari arah langit. Disusul oleh pemandangan ribuan burung terbang melintas, kemudian menukik turun secara bergerombol ke arah danau. Lileya memperhatikannya dalam diam, membiarkan Maxi menciumi lehernya dan bahkan menggigitnya sampai meninggalkan bercak merah.

Dangerous Ex-Husband (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang