Chapter 31

12.6K 1.6K 127
                                    

Babang Maxi dan Lileya kambeeeekk...


semoga kalian masih suka...


*** 



Mobil Roll Royce hitam berhenti di depan sebuah bangunan mansion yang besar dan luas, dengan bergaya klasik yang memiliki pilar-pilar besar. Di halaman depan ada air mancur bulat dengan patung singa dan ular di tengahnya.

Sepanjang teras depan semua pelayan dengan seragam putih dan hitam berjejer, bersama dengan para penjaga bersetelan serba hitam. Yang pertama keluar adalah Hector, membuka pintu bagian penumpang. Sosok Maxi muncul, menatap ke depan dengan wajah tanpa ekspresi. Semua orang menundukkan kepala mereka dengan patuh dan tak berani.

"Selamat datang kembali, Boss." Semua orang menyambutnya dengan serempak.

Hector dan Jake menyingkir ke samping memberikan jalan untuk Maxi. Maxi berdiri di tengah jalan, dengan bermandikan sinar matahari pagi yang membuatnya terlihat bersinar. Penampilannya begitu tak biasa; mengenakan jas biru navi dengan kemeja putih dan celan hitam. Rambut cokelatnya yang biasa berantakan kini disisir rapi ke belakang, dengan jambang yang sudah dirapikan. Alis tebalnya terjalin ketika melihat semua orang menyambut dan seseorang tidak terlihat.

Maxi membawa langkahnya menuju teras, terlihat begitu mantap tapi juga tenang. Semua orang yang bekerja padanya terbiasa dengan sikap Maxi yang sulit ditebak, tapi para pelayan mansion itu yang tak terbiasa dengannya merasa agak takut. Desas-desus disekitar mansion itu mengatakan bahwa Bos besar mereka yang sekarang sangat tak terduga, jika sedang tidak mood dia akan membunuh orang seperti menepuk nyamuk. Jika sedang senang, dia akan bepergian dan bermain-main untuk menghabiskan uangnya.

Menyenangkan bos besar adalah hal utama, tapi dia juga tak suka orang-orang munafik yang senang menjilat. Bos besar ini agak sulit ditangani.

Maxi berjalan masuk diikuti oleh Hector dan Jake, disambut oleh seorang pria bertubuh besar dengan setelan jas hitam yang segera menundukkan kepalanya. "Bos, semua sudah ditangani," lapornya.

"Kerja bagus," balasnya seraya berjalan terus ke ruang tengah.

Ruangan itu sangat besar dan mewah, dengan segala perabotannya yang mewah dan mahal. Lampu-lampu kristal menghiasi atapnya dengan guci-guci mahal yang dipajang. Maxi duduk di sofa singel yang besar, menyandarkan tubuhnya dengan kedua tangan di sandaran lengannya. Di samping kanannya ada Hector dan di depannya berjajar beberapa anak buahnya yang dipercaya. Semua pria itu bertubuh besar dan sangar, dengan pembawaan yang terlihat sadis dan kejam.

"Di mana orang itu?" tanya Maxi.

Salah satu anak buahnya membawa seorang pria yang diikat dengan kepala ditutup oleh karung, kemudian mendorongnya hingga jatuh tersungkur tepat di depan kaki Maxi. Dengan sebelah alis terangkat Maxi menatapnya.

"Buka," perintahnya.

Penutup kepala pria itu dibuka, yang menyisakan wajah lebam dan ketakutan dari pria itu. Dia menatap Maxi, matanya melotot ketakutan sambil menelan ludah. Mulutnya dibungkam hingga dia tak bisa berbicara.

Suara langkah kaki terdengar menuju ke arah mereka. Dari arah dalam muncul sosok Jose yang berjalan dengan tenang diikuti oleh salah satu anak buah kepercayaannya. Dia tersenyum dengan senang sambil menyambut Maxi.

"Selamat datang kembali, Maxi," katanya.

Maxi hanya menatap Jose dengan wajah datar, meraih bungkus rokok di saku jasnya kemudian membawanya ke bibir. Hector di sampingnya dengan sigap menyalakan pematik di ujung rokok/

Dangerous Ex-Husband (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang