Truth 10; Another Page of Secret

9.5K 1.4K 620
                                    

Gimana habis nonton Sowoozoo? Baik-baik aja sama bias apa tambah ngejablay? wkwkwkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana habis nonton Sowoozoo? Baik-baik aja sama bias apa tambah ngejablay? wkwkwkw

Asyik juga ya terus dapat fast update, muehehehehe. Voter keberapa nih?











Kenangan itu bisa diabadikan dengan berbagai macam cara, foto, video atau mungkin catatan seperti buku harian dengan permulaan paragraf yang manis. Namun Sora memang selalu memiliki tempat khusus mengenai lukisan. Dulu, ia hanya berpikir lukisan hanya sebagai media gambar, karya seni. Namun Sora tahu Kakeknya Egbert selalu membuatnya takjub bagaimana lukisan bisa menggambarkan perasaan, jiwa seseorang, ketulusan, kesabaran. Kala Sora melihat ke arah Seojin yang tengah menyetir dengan kaca mata hitamnya, semilir angin menggoda rambut rapihnya tipis, Sora bertekad untuk membawa Seojin mengerti dunianya.

Dan ternyata bukan hal yang buruk. Sora menemukan satu lukisan abstark yang menarik di sana, dan bagaimana ia bisa membuat Seojin tersenyum dan mengangguk saat mendengarkan penjelasannya, itu cukup untuk membuat Sora tersenyum juga. Empat puluh lima menit yang terasa berharga untuk Sora.

"Kau bilang ingin memberikan cat baru untuk kakekmu? Kalau begitu, kita tidak perlu terburu-buru. Aku masih bisa menahannya. Kupikir museum tidak begitu buruk."

Itu adalah kalimat yang Seojin katakan, dan Sora kembeli tersenyum kala menoleh ke arah kursi belakang di mana satu set cat baru sudah dibungkus cantik untuk sang kakek. Sora juga mengingat perkataan Jisu jika Seojin sebenarnya pribadi yang begitu baik. Ya, Sora tahu itu. Hanya saja, bukankah manusia itu selalu bisa berubah-ubah? Bahkan rasa percaya dan yakin saja bisa goyah. Sora hanya berharap perasaannya tidak berakhir pada orang yang salah, tersemai begitu baik secara diam-diam tanpa ia ketahui.

Bagaimana Seojin membawakan outernya, memeluk pinggangnya kala berjalan melewati deretan lukisan di bawah temaram kuning yang hangat, berhasil membuat Sora berpikir kehangatan Seojin itu nyata. Aroma parfum Seojin yang terasa maskulin, menenangkan dan segar seperti padang rumput yang baru saja dipangkas, lalu harum lapis pertama itu akan diikuti oleh musk lembut yang menggoda, selalu membangkitkan debaran acak, dan itu tidak pernah gagal.

Sekarang, mereka hendak menikmati makan siang di mana Seojin sudah memesan tempat di sana. Sora membiarkan jendela mobilnya terbuka, menikmati semilir angin hangat yang perpadu dengan sejuknya pendingin mobil yang masih dipasang oleh Seojin. Rambut coklatnya juga dibiarkan tersapu lembut, dress putihnya nampak berkilat serasi dengan sinar matahari yang mendirus ramah. Drive song sengaja diputar dan Seojin juga terlihat menikmati momen ini.

Mengenai pertanyaan Seojin, mungkin Sora sedikit memikirkannya, namun kala ia melihat Seojin kembali hanya untuk memastikan kekhawatirannya, ketenangan itu mengaliri benaknya dengan sengaja. Sora sedikit berpikir, jika jawabannya tidak terasa benar dan memuaskan Seojin, apakah itu seharusnya ia menjawab sebaliknya?

"Apa kau berpikir aku mencintaimu, Sora?"

Bahkan diingat kembali saja bisa membuat Sora merasakan gelenyar menuruni dadanya. Sedikit bersandar, melempar tatapannya ke luar di mana bangunan, deretan pohon dan trotoar yang bersih seakan tertinggal di belakang sana, Sora juga kembali mengingat jawabannya.

If Truth Can Lie ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang