If 21; If 'They' Tell The Truth

4.4K 704 205
                                    

Vote ke berapa nih? ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote ke berapa nih?




Selama ini, Sora tak pernah merasakan sebuah euforia berlibur yang bisa membuat pembuluh darah seakan berteriak saking semangatnya. Kakinya melangkah di atas sepatu tinggi, rok sepanjang lutut menyelimuti tubuh semampainya dengan pas, dan tangan Seojin yang lolos di antara kelima jarinya berhasil membuat Sora berharap, momen-momen seperti ini seringlah terjadi.

Tapi dibandingkan dengan rasa debar dan senangnya, ekspresi keduanya nyatanya tidak sebaik itu. Maksudnya, jadi mandi terburu-buru. Keringat jelas membasuh kening dengan sengal napas yang berusaha ditata normal tatkala tamu-tamu perlahan melangkah keluar dari kapal pesiar.

"Perhatikan langkahmu, Sora," imbau Seojin saat mereka meniti jembatan kecil, sebelum akhirnya bertemu dengan Sohe yang sudah menyambut dengan senyuman sumringahnya. Ya, Sohe jelas senang, melihat Seojin yang memastikan langkah Sora menapak kuat dengan tautan tangan seakan tak ingin melepaskan.

"Lihatlah menantuku ini, kau terlihat cling-cling." Sohe lantas menyikut Sora setelah keduanya berdiri dekat, matanya sengaja dikerlingkan dengan jenaka. "Maaf ya, kemarin malam Mama mengganggu. Itu ide Jisu." Ibu Seojin terkekeh.

Sementara Jisu seketika menunjuk wajahnya sendiri—lagi, yang sepertinya diajak untuk menjadi kambing hitam rencana sang Mama. Jisu hanya bisa mengembuskan napas besar, menggeleng pasrah. Mau dibantah nanti tidak diberi uang saku tambahan.

Setelah kapal pesiar itu menepi pada dermaga, Sohe dengan semangat memimpin langkah kaki untuk menuju mobil cart yang sudah bersiap untuk mengantar keempatnya bertolak ke destinasi baru. Koper-koper yang dibawa juga sudah ditangani oleh dua orang berseragam rapi untuk diantar pergi.

"Mama senang mendapatkan resort yang bagus!" Sohe sudah mengambil posisi duduk di samping sopir mobil cart, sementara Jisu tengah menaikkan kaki pada kursi kedua. "Ayo cepatlah kalian berdua," jedanya seiring mengipaskan telapak tangannya. "Nanti kita terlambat sarapan."

Beruntungnya tidak. Keempatnya tidak terlambat untuk jam sarapan kendati beberapa meja sudah terisi oleh tamu-tamu yang lain. Berbagai jenis masakan ditata buffet, begitu juga dengan kue-kue ukuran sekali gigit sebagai pencuci mulut.

"Resort ini memiliki fasilitas yoga dengan instrukturnya, lalu ada spa juga." Sohe menoleh ke arah sang menantu. "Apa kau mau ikut Sora?"

Ketenangan dan relaksasi setelah apa yang terjadi, agaknya bukan hal buruk bagi rungu Sora. "Itu terdengar menyenangkan."

Seojin juga tidak keberatan dengan keputusan Sora. "Kalau begitu aku mau olahraga saja."

"Tidak, kau juga harus ikut, Seojin ah." Sohe berhasil mencegah sang putra yang hendak melangkah pergi. "Terutama yoganya. Setelah itu terserah kau ingin melakukan apa. Sora dan Jisu bisa ikut Mama ke salon sekalian."

Seojin belum sepenuhnya mengerti, Sora juga sedikit banyak berkerut tipis keningnya. Sementara Sohe Hwang sudah meletakkan ujung jarinya pada kedua pelipis, menutup kelopak mata perlahan, mengambil napas dan berkata. "Kalian berdua harus tenang pikiran dan jiwanya. Harus mendapatkan titik relaksasi tertinggi agar jauh dari stress."

If Truth Can Lie ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang