If 30; Conflate (Last)

5.1K 808 349
                                    

Vote ke berapa kalian di last part ITCL? Yang mungkin belum pernah absen vote, sini coba absen di part ini aja biar aku bisa tahu hehehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Vote ke berapa kalian di last part ITCL? Yang mungkin belum pernah absen vote, sini coba absen di part ini aja biar aku bisa tahu hehehehe











Sora jelas tidak akan bisa melupakan apa yang terjadi di ruang tengah dua hari lalu. Memori kemunculan Hyubin Hwang, penjelasan mengenai kebenaran yang seakan dibawa tenggelam oleh rencana anak pertama Mama, semua itu seperti paku yang ditancapkan ke dalam kayu. Terpatri jelas. Sora juga ingat bagaimana ekspresi Jisu yang histeris sembari mendekap Lui.

Maka, tatkala Sora dan Seojin datang ke rumah utama, lalu duduk bersama Mama dan Hyubin serambi samping ditemani teh kamomil hangat, keadaan sudah terasa lebih baik dan jauh lebih tenang. Sohe berkata Oma sedang pergi ke rumah sakit untuk medical check up rutinnya ditemani Jisu. Mereka lebih banyak berbicara mengenai di mana Hyubin tinggal selama ini, atau sesekali Mama yang memarahi atau merasa kesal sebab diam-diam, Hyubin lah yang sering mengirimi Sohe bunga setiap satu minggu sekali.

"Jadi dia ...." Hyubin menggantungkan kalimatnya seiring ekspresinya semakin bertanya-tanya ketika memerhatikan bocah batita dalam gendongan Sora.

"Oh, ini Lui. Anak temanku," jawab Sora saat Lui berdiri di atas pahanya, ditahan menggunakan kedua tangan pada bagian sisi perut, lalu memantul-mantulkan tubuh gembilnya setelah diberi biskuit oleh Mama. "Lui dititipkan padaku dan Seojin karena ayahnya sedang ada urusan."

Hyubin mengangguk, ia juga sempat menjawil pipi Lui yang sudah seperti adonan mochi rasa persik di sana. "Kuharap dinginnya Paman Seojin tidak membuatmu membeku, Lui."

Sora dan Mama sukses menahan tawa dan mengalihkan wajahnya. Sementara Seojin terlihat tidak terganggu sama sekali dan tetap menikmati tehnya dengan tenang. Hyubin nyatanya juga mahir membaca Seojin kendati tidak bersama sang adik dalam rentang waktu cukup lama.

"Ah, ya ampun." Sohe menggeleng. "Kau tidak tahu bagaimana Seojin menjaga Lui saat Mama pertama datang melihatnya. Parah sekali, Hyubin. Benar-benar amatir," candanya.

Hyubin jadi tertawa, Sora terjebak antara ingin tertawa atau nanti dia bisa-bisa yang diperlakukan Seojin dingin sampai rumah. Mama, malah semangat menceritakan bagaimana Lui yang terasa diterima sekali di rumah ini.

"Bagaimana dengan Jina?" Seojin bertanya mengejutkan.

Sora, Mama dan Hyubin seketika melihat ke arah Seojin dengan ekspresi datar setengah mati. Percakapan mereka juga mendadak hening. Sorot mata ketiganya seakan menghakimi bagaimana Seojin meletakkan cangkir pada pisin. Barangkali isi kepala mereka berkata bersamaan; Seojin Hwang ini, tidak serunya sangat tidak pilih-pilih tempat. Membosankaaan.

Sebenarnya bukan berarti Seojin tidak menangkap tensi udara yang hendak dihangatkan di antara mereka. Hanya saja, yang Seojin ajukan masih menganggu dan ia membutuhkan penjelasan lengkap dari Hyubin langsung.

"Sepertinya kau memang tidak membiarkan satu detail pun terlewat, ya, Jin," kata Hyubin dengan sebuah senyuman hangat di sana. "Ya, sebenarnya aku sempat mencurigai gerak-gerik Jina sebelum semua ini terjadi," kata Hyubin. Suasana yang tidak terasa terik nyatanya memang membuat diri Hyubin nampak leluasa untuk bercerita. "Selain kami yang memang sudah berselisih, Jina terlihat khawatir sekali saat aku berkata tidak akan mengambil posisi sebagai pewaris. Reaksinya mungkin sama dengan Oma, hanya saja sedikit berbeda tujuannya."

If Truth Can Lie ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang