If 22; The Burning Thorne

3.7K 732 148
                                    

Suka banget sama rambut Seojin yang begini 🥺✨ lucuuk!

Suka banget sama rambut Seojin yang begini 🥺✨ lucuuk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voter keberapa nih?














"Tapi untuk adopsi anak, aku takut tak bisa memberikan izin padamu."

Sora nyaris menumpahkan sesendok penuh garam ke atas saus pastanya ketika memikirkan kalimat Seojin. Ia juga sempat bertanya lebih jauh 'Kenapa?' Sayangnya Sora tidak mendapatkan jawaban, selain sang suami berkata 'Aku tak bisa memberitahukannya sekarang. Yang jelas, berusaha dulu'

Apa karena Oma? Mengingat bagaimana Yun Hwang begitu presisi mengenai semua aset dan keberadaan keluarganya, Sora berpikir bahwa itu agaknya alasan yang terasa lebih masuk akal—setidaknya untuk saat ini.

"Sora?" panggil Seojin hingga Sora sedikit terjingkat dari lamunannya.

"Iya?"

Seojin mendekat ke arah dapur dengan sebuah dasi yang belum dilipat, sementara Bibi Song baru saja pergi untuk menata piring pada meja makan. Sora mematikan kompor, melempar senyum ke arah Seojin. "Kemarilah," kata Sora saat meraih dasi Seojin dan menyimpulkannya di balik kerah kemeja birunya.

"Aku akan pulang terlambat," jeda Seojin bersamaan memerhatikan fitur wajah Sora, lalu menyembunyikan anak rambut sang istri penuh perhatian. "Kau ingin menitip sesuatu?" tangan itu berlanjut menyentuh ujung rambut Sora dan memainkannya seiring dasinya belum menemui simpul akhirnya.

"Ada rapat?"

"Papa ingin mendiskusikan perencanaan proyek baru."

Jemari Sora memastikan bentuk segitiga dasi yang ia lipat terlihat sempurna, ia menerima tatapan mata Seojin dan berkata. "Tidak usah membeli apa-apa, langsung pulang saja kalau sudah selesai."

Seojin mengangguk saat Sora berbalik dan mengambil cangkir bersih, lalu melangkah ke arah mesin kopi. "Kau tidak ada kegiatan hari ini?" tanya Seojin lebih jauh tatkala ia tidak kunjung beranjak dari posisinya berdiri, malah mengantongi tangan dan memerhatikan ke mana Sora bergerak.

"Tidak juga ..." Sora berjinjit untuk mengambil gula kemasan dalam almari. "Aku mungkin akan melukis saja di rumah." Ia kembali ke arah mesin kopi. "Tapi Jisu bilang minta ditemani untuk membeli beberapa baju baru untuk acara kampusnya nanti sore."

"Jisu itu, rasanya bisa membangun toko baju sendiri di rumah." Seojin menimpali datar sekali sampai Sora terkekeh. "Aku yakin Mama tidak mengizinkannya, itulah kenapa dia mengajakmu pergi."

Suara tak dari sadar cangkir terdengar di atas meja, kepulan kafein memanjakan hidung saat Seojin akhirnya menarik kursi dan duduk.

"Tapi aku juga senang, kok, pergi dengan Jisu." Sora berkata.

Setelah memakan seporsi pasta dan menghabiskan segelas kopi untuk sarapannya pagi ini, Seojin beranjak, menerima tas yang Sora berikan padanya. Pria Hwang itu mencuri satu kecupan pada pipi Sora, sebelum akhirnya memetik satu lagi dari bibir. "Jangan pulang terlalu malam, dan kabari aku kalau ada sesuatu."

If Truth Can Lie ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang