01-HALTE

438 289 267
                                    


Malam yang gelap dengan awan yang mendung membuat malam ini menjadi sepi dan dingin. Tidak banyak kendaraan yang melintas, hanya beberapa. Disebuah halte, dengan cahaya minim yang nampak remang-remang, terdapat seorang gadis dengan seragam sekolah putih abunya tampak mendumel kesal.

"Ck lama banget si, hp aku juga pake lobet lagi." decaknya pelan sembari mengedarkan pandangan mencari tanda-tanda bus yang mungkin saja mentas.

Melirik sebuah jam putih dipergelangan tangannya, tertera angka 21.23, rasa takut mulai menggerayanginya. Tak biasanya dia berada ditempat sepi seperti ini, terlebih seorang diri.

Mungkin karena nasibnya yang sedang kurang baik, dengan tiba-tiba terlihat segerombol orang dengan pakaian amburadul dan wajah leceknya yang muncul dari pertigaan jalan yang gelap, ke empatnya dengan kebetulan berjalan menuju arah halte tersebut.

"Eh, cewek tuh. " ucap salah satunya yang menyadari ada seorang gadis berdiri seorang diri dibawah naungan halte yang sepi.

Ketiganya kompak langsung menoleh, mengikuti arah tunjuk dari kawannya itu.

"Wah, ngapain tu cewek malem-malem disono?" tanya satunya lagi dengan mata menyipit mencoba memfokuskan pandangannya.

"Anjing! putih abu cok, kerjain nyok."

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang menurut mereka langka, ke empatnya sontak mengangguk kompak dan dengan sigap langsung berlari mendekat.

"Cantik euy!" girangnya setelah mendekat dan menelisik rupa gadis itu yang nampak jelas didepannya.

"Ehh... ada awewe, ngapain malem-malem sendiri disini? " tanya salah satunya. "Nungguin abang yah?" lanjutnya sembari mengedipkan sebelah mata genit.

"Enak aja luh, pasti nungguin gue lah." saut satunya dan merekapun kompak tertawa keras.

"Namanya siapa neng?"

"Yah, si eneng sombong banget si, abang pengen kenalan lohh" ledeknya

"Abang anter pulang nyok, udah malem." modus pemuda itu sembari mencoba meraih pergelangan tangan si gadis.

"Apaan si, ngga usah pegang-pegang ya!" herdik gadis itu sembari menepis tangan pemuda itu kasar, mulai risih dengan kehadirannya.

Jujur saja dia sudah sangat ketakutan setengah mati dari tadi, baru kali ini dia dihadapkan dengan situasi genting seperti ini.

"Hahaha cantik-cantik galak bener, tiati neng nanti cepet tua." ledeknya dengan senyum miring mengejek.

"Ikut abang yuk, ngga baik loh anak cewek malem-malem sendirian disini. Nanti diculik om-om mau?" ucap si krempeng yang berhasil memegang erat tangan si gadis.

"Buset, alus bener. Kayak jalan tol! " girangnya.

"Apasih, lepasin!" ronta gadis itu sembari menghempaskan lengannya.

"Ayo ikut kita aja, dijamin aman atuh neng."

"Lepasin atau gue teriak!" pungkasnya mencoba untuk berani.

"Mau teriak? teriak aja. Paling juga yang nyaut jangkrik iya ngga bro, Hahaha" saut pereman itu yang mendapat tawa riang dari kawan-kawannya.

Tak ingin berlama-lama dalam situasi ini, dia mencoba berteriak, meminta tolong meski dia sendiripun merasa percuma, mengingat keadaannya sekarang.

"Yah... nggak usah teriak-teriak atuh neng, nanti sakit tuh tenggorokannya. Ngga bakal ada yang dateng juga, percaya deh sama abang. " sela preman itu songong.

"TOLONGG... TOLO-HMPP LEP... LEPHAS LEPASIN! TOLONG...! " jeritnya sampai pereman itu membekap mulutnya kasar.

"Diem lah... kita ngga bakal macem-macem kok, cuma satu macem aja. Iya ngga bro?" ledeknya dengan senyum smirk yang menyimpan sejuta arti.

ARATA GEOCCANDRA Where stories live. Discover now