06-MANIS

318 255 89
                                    

Ara pov

"Hah... hauss. " keluhku sembari mengelap keringat yang sudah bercucuran sedari tadi di keningku. Karena ini hari minggu, aku memutuskan untuk berjoging berkeliling kompleks, sekadar mengisi waktu pagi.

Aku pergi ke arah toko terdekat, untuk membeli minuman dan beberapa ciki. Setelah itu, aku memilih singgah sebentar diemperan toko yang memang disediakan tempat duduk. Sekadar untuk istirahat memulihkan tenagaku.

Tak lama ada sebuah mobil yang biasa mengantarkan barang berhenti tak jauh dari toko, aku tak menghiraukannya lanjut memakan ciki sembari melihat-lihat keadaan sekitar, hingga netraku menangkap sosok yang ku rasa kenal turun dari dalam mobil tersebut, mataku menyipit, mencoba memperjelas penglihatanku.

"Kok kaya kenal yh?"

"Kaya pernah li-hat?"

"E-eki! iya itukan Eki yang waktu itu. " ingatku.

Aku tak langsung menghampirinya, aku hanya diam memperhatikan dari tempatku duduk. Dia tak menyadari keberadaanku mungkin karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya menurunkan barang-barang itu.

Dia terlihat berbeda dengan waktu pertama kali aku melihatnya, dia sekarang hanya memakai celana jeans selutut, kaos oblong warna tosca dan handuk putih kecil bergantung dipundaknya.

*Oke. Yang penasaran dengan wujud Eki aku beri tahu yah, dia bukan cogan- cogan kaya raya yang memiliki tubuh profesional dengan roti sobek dan wajah malaikatnya.
Dia hanya remaja biasa, memiliki tubuh yang tinggi dan ramping. Kulitnya sawo matang, hidungnya mancung. rambutnya coklat lebat, memiliki gigi taring disebelah kanan dilengkapi dengan lesung pipi yang membuatnya terlihat manis, terlebih jika dia tersenyum yang menampakkan cekungan dipipinya.

Aku terus memperhatikannya sampai dia selesai dengan kegiatannya, karena rasa penasaran yang cukup mendominasi, aku pun memberanikan diri untuk menghampirinya.

"Eki?" sapaku, dia yang sedang mengusap keringatnya menoleh, terkejut. Mungkin dia kaget.

"Eh... Ara yah?" tanyanya setelah mengamati wajahku.

"Iyaa ini gue, Ara. " jawabku dengan senyum kecil.

"Ouh... ngapain lo di sini?" tanyanya sembari mengelap keringatnya.

"Gue tadi habis lari pagi, terus beli minuman nih. " ujarku sambil menggoyang botol ditanganku.

"Ohh... " jawab Eki membulatkan mulutnya.

"Lo sendiri, ngapain disini Ki?" tanyaku.

"Gue kerja. " jawabnya singkat sembari duduk lesehan di ubin toko yang sedikit berdebu.

Aku ikut duduk di sampingnya, merasa tak sopan jika aku memilih duduk di atas kursi yang ada di sebelahnya.

"Kerja? lo masih sekolah 'kan?" tanyaku memastikan.

"Iyaa. Gue masih skola, cuma kerja serabutan aja, lumayan. Buat tambah-tambah bayar kost sama jajan" jawab nya.

"Ouh lo ngekost? ortu lo?" tanyaku penasaran.

"Udah ngga ada. " Jawab Eki sambil mengalihkan pandangannya ke arah jalanan.

"Eh, astaga. Maaf kii maaf gue ngga tau. " jawabku cepat merasa tak enak.

Dia terkekeh singkat. "Iyaa ngga papa santai aja..." ujarnya dengan senyum yang menampak 'kan lesung dipipinya. Seperkian detik aku sempat dibuat tertegun olehnya.

"Ra?"

"Woy Ara."

"Eh!" aku yang baru tersadar dari lamunan ku berjingkit kaget. Sadar telah tertangkap basah memandangi wajahnya membuatku gelagapan, buru-buru aku langsung mengalihkan pandanganku darinya.

"Ngapain loh, ngeliatin gue kya gitu? jangan bilang lo naksir juga sama kegantengan gue? " ucapnya Pd sambil cengar-cengir memandangiku.

"Ehh engga... engga kok, paan si hehe" jawabku kik kuk sambil menggaruk alisku yang tak gatal.

Eki hanya terkekeh kecil menanggapinya.

"Ki... ayo buru! " teriak seseorang yang terlihat sudah lumayan berumur itu didepan mobilnya.

"Iyaa betar! "

"Gue duluan ya Ra, masih banyak barang yang harus gue anter. " ucapnya sambil bersiap bangkit.

"Oh iya Ki, gue juga mau pulang." balasku

"Oke... gue duluan yah? " pamitnya sambil melangkah pergi ke arah mobil tadi.

"Iyaa" balasku lirih.

Aku terus memandanginya sampai mobil itu berlalu pergi menjauh.

"Haduhh Ara-ara, ngapain si lo tadi! pake segala salting? malu-maluin. " gerutuku lirih sambil melangkah pergi dari toko ini.

Arata end pov

ARATA GEOCCANDRA Where stories live. Discover now