07-KEPERGIAN ANGGI

285 253 91
                                    

Setelah insiden pertemuan tak terduga Ara dan Eki di toko tadi, dia memutuskan untuk langsung pulang. Karena hari juga sudah semakin siang, saat sedang di pertengahan jalan dia mendapat telpon dari Anggi.

Hall-

Hallo Ra, lo dimana si? dari tadi gue ketok-ketok nih pintu gada yang buka, sampe merah-merah nih tangan gue. "

cerocos Anggi cepat setelah Ara mengangkat telponnya.

Ngapain lo ketok-ketok pintu dodol,
kan ada bel

Dengus Ara mengingat ke bar-baran temannya itu, pasti pintu rumahnya dibuat jebol oleh ketukannya.

Oh iya juga anjir, lo dimana si?

Iya gue lagi jogging,
nih bentar lagi sampe

Ouhhh oke, jang- tut tutt....

Anggi menatap layar ponselnya. "Yahhh dimatiin, emang gada akhlak ini bocah" dumelnya kesal di seberang sana.

Tak berselang lama pintu gerbang terbuka dan menampakkan sosok perempuan dengan kaki jenjang yang dibalut dengan celana leging hitam panjang dan kaos oblong putih yang sudah lepek akibat keringat yang bercucuran dari tubuhnya.

"Udah lama?" tanya Ara yang baru sampai dan mendapati Anggi yang sedang terduduk di teras rumahnya.

"Lama." balas Anggi cuek.

"Dih, ngambek lo? haha gitu aja ngambek, cemen. " ledek Ara.

"Giti iji ngimbik"

"Yuk ah masuk, gue laper. "lanjutnya.

"Idihh, lo kira rumah gue warteg?" balas Ara sambil menonyor pelan kepala Anggi.

"Aduhhh Raa, gue ini udah bego ya. Jangan lo tonyor-tonyor nanti otak gue yang imut ini copot." lebay Anggi sambil memegangi kepalanya.

"Hahaha lebay lo, yuk ah masuk. " balas Ara sambil merangkul bahu Anggi.

"Sepi banget, sewa pembantu gitu Ra. Lo ngga takut tinggal dirumah segede ini sendirian? Keliatan angker tau. " Ucap Anggi.

Walaupun dia sudah sering kesini, ah ralat. Bukan sering, tapi setiap hari dia disini. Rumah ini selalu terasa sepi dan kosong, kadang dia merasa kasian dengan kehidupan temannya itu.

"Kan ada mang Jamal. " balas Ara santai.

"Pembantu Ra pembantu, buka supir. " gedek Anggi, pasalnya dia memang sudah beberapa kali menyarankan Ara untuk menyewa pembantu, sekadar untuk menemaninya dirumah, tapi apa daya. Ara yang keras kepala dan lebih suka tinggal sendiri tak menghirukan pendapat Anggi.

"Sama aja ... " balas Ara santai sambil menaiki tangga menuju kamarnya yang berada dilantai atas.

"Ya beda dong Arata Geoccandra, pembantu itu buat masak-masak, rapiin rumah, tungguin rumah, buat nemenin lo juga, kalo supir cuma buat anterin lo sekolah doang. Lo sekarang begoan yah? makan apa si. " saut Anggi enteng sambil membuntuti Ara menuju kamarnya,

"Lagian duit ortu lo ngga bakal habis juga buat sewa satu pembantu." Anggi terus mengoceh sambil memakan apelnya yang dia ambil dari dalam kulkas tadi.

"Males. " jawab Ara singkat padat yang membuat Anggi memutar bola matanya malas.

"Tapi... enak juga si, rumah lo sepi. Jadi gue bisa bebas mau ngapa-ngapain, Hahahaha " ucap Anggi sambil merebahkan badannya diranjang empuk milik Ara.

"Emang lo mau ngapain kalo rumah gue sepi?" tanya Ara sambil memilih baju ganti untuk nya karena sekarang dia masih memakai baju sehabis berjoging tadi.

"Mau gue rampok." jawab Anggi enteng sambil memainkan ponsel nya.

Ara tak menggubris ucapan Anggi dan masuk kedalam kamar mandinya. Setelah Ara masuk Anggi mengubah posisinya menjadi duduk dan memandang sendu pintu kamar mandi itu.

''Ck, gue sebenernya ngga tega Ra. Tapi gue kudu gimana?" gumam Anggi lirih.

Tak berselang lama Ara keluar dari kamar mandi dengan badan yang sudah segar dan baju yang sudah berganti.

"Nggi? woy kenapa lo?" tanya Ara yang melihat Anggi melamun menatap ke luar jendela dengan wajah murung.

Anggi yang baru menyadari kehadiran Ara terkejut dan langsung berbalik menatap nya.

"Eh, Ra?"

"Kenapa lo, muka udah keriput ngga usah di tekuk-tekukin lah" canda Ara sambil mengambil posisi duduk disamping Anggi sambil menggosok rambutnya yang masih basah.

"Keriput-keriput gigi lo. Gue mau ngomong serius nih" balas Anggi sambil mengambil posisi duduk menghadap Ara.

"Ngomong apa?" tanya Ara sambil memainkan ponselnya.

"Gue... ck, gue mau ikut nyokap gue Ra. " tutur Anggi lirih diakhir kalimatnya.

Ara yang tengah fokus dengan ponselnya mendongak menatap Anggi.

"Ikut? ikut kemana? "

"Nyokap gue mau pindah, biasalah urusan bisnis. Tapi kali ini gue kudu ngikut, soalnya..." jawab Anggi menggantung.

"Soalnya?"

"Soalnya kata nyokap gue, ngga tau bakal balik ke sini lagi apa engga. Tapi kemungkinan besar kita bakal netep disana. " tutur Anggi lirih.

"Serius, lo Nggi?" tanya Ara dengan wajah penuh selidik takut-takut Anggi me'ngeprank nya seperti biasa.

"Ya serius lah Raa, mana mungkin gue boong soal ginian." jawab Anggi dengan wajah serius nya.

"Kapan?" tanya Ara yang melihat keseriusan di wajah Anggi.

"Emm... besok. "

"Hah?! Ko mendadak banget si?" kaget Ara.

"Ehehe, maaf yh sebenarnya... nyokap gue udah ngomong dari kemarin-kemarin. Tapi gue ngga tega Ra buat ngomong sama lo. "

"Harusnya lo ngomong dong Nggi... jadi kita bisa buat kenang-kenangan gitu." balas Ara dengan senyum teduhnya.

"Iya juga yaaa, haduhh maafin gue Raa. Gue ngga kepikiran sumpah, sangkin bingungnyaa" rengek Anggi

"Ya udah yuk. Hari ini kita habisin waktu berdua, sepuas-puasnya. Jalan-jalan kek, salon, terserah lo deh. " Ajak Ara.

"Hayook lah gass " balas Anggi langsung semangat.

Dan hari itu mereka habiskan berdua dengan berberkeliling kota, Sekadar membuat kenangan untuk esok yang tak tau akan bisa bersama lagi atau sebaliknya.

ARATA GEOCCANDRA Where stories live. Discover now