16-SEBUAH RASA

155 143 57
                                    

Ara pov

Sudah terhitung satu bulan aku mengenalnya, dari terakhir aku mengunjunginya di kost waktu itu. Dan sejak saat itu kami mulai dekat, dari saling mengikuti akun medsos, sampai kadang dia menjemputku sepulang sekolah menggantikan mang Jamal, aku sama sekali tak merasa keberatan, justru aku merasa senang. Karena sifatnya yang jenaka dan apa adanya membuatku merasa nyaman dekat dengannya.

Aku juga sekarang cukup tau banyak tentang kehidupannya, dari kedua orang tuanya yang sudah tak ada karena insiden kecelakaan sewaktu dia masih kecil, dan sekarang dia hanya mempunyai satu orang kakak perempuan yang sudah menikah dan mempunyai dua orang anak. Dan juga alasan Eki yang memilih tinggal di kost karena tak ingin terus menyusahkan kakaknya,

Dan sekarang, dengan jelas aku tau. Alasan Eki yang bekerja serabutan waktu itu. Karena tak ingin menjadi beban bagi kakaknya. Astaga, jujur aku merasa senang bisa mengenal pemuda semacam dia, ternyata dibalik penampilannya yang sedikit urakan dia adalah pemuda yang baik, pekerja keras dan juga sangat mandiri.

"Ojek neng?" sapanya yang sekarang tengah nangkring, duduk di atas motornya.

Ya, seperti biasa dia menjemputku sepulang sekolah, dia menungguku tak jauh dari gerbang di bawah rindangnya pohon besar, karena ulahnya ini mang Jamal kadang mengeluh, katanya semenjak ada Eki dia seperti makan gaji buta, aku sontak tertawa terbahak sewaktu mang Jamal mengatakan itu dengan polosnya.

Aku tersenyum kecil dan menggeleng.

"Yah pensiun deh abang jadi tukang ojek." jawabnya dengan wajah memelas.

"Kok pensiun?" tanyaku tak sabar menunggu jawabannya yang selalu membuatku tertawa.

"Karena... Abang khususon jadi ojek nya neng Ara. Jadi kalo enengnya nggak ngojek, pensiun deh abang." jawabnya di iringi ekspresi memanyunkan bibirnya yang selalu berhasil membuatku tertawa.

"Hahaha kalo gu-"

"Ouh... jadi ini pengganti gue Ra? Turun derajat ya, selera lo sekarang?"

Ucapku terpotong oleh suara yang tiba-tiba datang dari belakang tubuhku, Aku menoleh dan mendapati Deni dengan motor besarnya.

Aku tak menghiraukannya. "Yuk Ki kita jalan." ajakku bersiap naik membonceng motor tosca milik Eki.

"Kalo lo mau balikan, masih bisa gue pertimbangin loh... kasian gue liat lo sama," Deni menjeda kalimatnya. "... orang kere?" sambungnya sambil terkekeh sinis.

"Nggak, makasih." sautku cepat dan meminta Eki untuk segera melajukan motornya. Aku takut Eki menjadi minder dan sungkan denganku karena ucapan Deni.

Ya, Deni itu mantan ku, dia bukan anak sembarangan. Dia adalah anak pemilik sekolah dan juga ketua Osis di sini. Tapi setelah kita berpacaran kurang lebih satu tahun, aku mengetahui sifat aslinya yang sombong dan juga suka memaksa, makin hari sifatnya makin seenaknya dengan berselingkuh secara terang-terangan dihadapan ku, dan dengan alasan itu aku meminta putus darinya.

"Ya udah, terserah lo. Gue cuma nawarin, kasian gue liatnya. " ucapnya dan langsung pergi melajukan motor ninja nya cepat.

Eki menoleh ke belakang. "Siapa?" tanya nya.

"Bukan siapa-siapa. Lo nggak usah dengerin omongannya yang tadi ya Kii? "

Eki tersenyum kecil dan menggeleng. "Enggak, masa baru gitu aja udah mau nyerah." jawab nya sambil terkekeh kecil.

*****

"Widiw... ada pasangan tapi belum jadian, gimana dong?" ledek Ito ketika kami baru sampai di depan warung mbok ijem yang dipanggil mbok oleh anak-anak, sebuah warung kopi yang terletak di tepi jalan besar dekat dengan kost Eki.

"PDKT TEROSS... DI SROBOT ORANG TAU RASA LO. " timpal Bayu yang sekarang berada di dalam warung, Eki hanya tersenyum kecut menanggapinya, dan mematikan mesin motornya.

Sedangkan aku hanya tersenyum canggung. "Kak Ozi, belum sampe To?" tanya ku selepas turun dari atas motor.

Ya, selain dekat dengan Eki akupun mulai dekat dengan Kawan-kawannya, mereka asik, sangat humor, sangat berbeda sekali waktu pertama aku mengenal mereka ketika hilang di sirkuit. Dan juga aku fine-fine saja bergaul dengan mereka, dengan mereka mengajarkan aku kalau bahagia itu nggak harus pake uang, seperti yang kulakukan dulu bersama teman-temanku.

Dulu aku fikir, anak yang suka nongkrong di warkop-warkop seperti ini adalah anak-anak nakal yang suka cari keributan. Ternyata opiniku salah besar. Mereka hanya akan melawan jika ketenangan mereka di usik, itupun kalau sudah sangat keterlaluan.

"Belum, tadi telpon. Katanya ban motornya bocor ditengah jalan, udah di semperin suaminya tadi." jawab Ito yang tengah asik memainkan game di ponselnya.

Aku mengangguk dan berjalan mendekat ke warung.

Kak Ozi itu pacarnya Nanda, dan aku baru tau ternyata dia satu sekolah denganku. Dan menjabat sebagai kakak kelas karena dia sekarang kelas 12, sama dengan Eki dan Nanda, sedangkan Ito dia masih kelas 11 sama seperti ku.

Kak Ozi itu orang nya sangat seru, sifatnya yang memang sedikit tomboy dan galak tapi akan sangat manja ketika bersama Nanda, dan oleh sebab itu dia sering sekali menjadi bahan ledekan oleh anak-anak.

ARATA GEOCCANDRA Where stories live. Discover now