12-SEDIKIT RASA KAGUM

239 214 69
                                    

Aku mengangguk dan langsung naik memboncengnya, ini kali keduanya aku membonceng motor Eki.

"Udah?"

"Iya"

Motor pun langsung melaju membelah jalanan yang masih ramai oleh para pemuda yang masih berkerumunan entah sedang apa mereka.

Disepanjang perjalanan kami hanya diam, sampai di pertengahan jalan Eki menghentikan motornya didepan penjual mie ayam yang sedang mangkal dipinggir jalan.

"Kenapa ki?" tanyaku.

"Bentar ya? Gue mau beli mi dulu, laper. Ngga papa kan?" tanya nya.

"Ouh, iya udah ngga papa" jawabku sambil turun dari atas motor.

Karena aku cukup tau diri, aku hanya menumpang dimotornya. Sudah bagus Eki mau mengantarku pulang, tak enak jika aku menolaknya untuk membeli makanan padahal mataku sudah sangat berat, mengingat ini sudah jam satu dini hari dan aku masih berkeliaran diluar rumah. Semoga saja bi'iyem tidak menelpon mamah.

"Lo mau ngga? Disini enak loh, Langganan gue. Harga receh tapi rasa di jamin ngga recehan ehehe" tawarnya.

Aku berfikir sebentar, tempatnya tidak terlalu buruk, terlihat bersih. Tak apalah aku ingin mencobanya. Karena aku tak pernah makan-makanan ditepian jalan seperti ini. Dan lagi pula aku juga lapar mengingat tadi aku belum sempat makan malam.

Aku mengangguk "Boleh" jawabku.

Eki langsung mengangguk dengan senyum mengembang lebar menampakkan lesung pipinya, Dan entah karena setan dari mana lagi-lagi aku dibuat terpesona oleh senyum nya itu.

"Yokk" ajaknya menggandeng tanganku menuju meja-meja plastik yang berjejer rapi di samping grobak mie ayam.

Setelah memastikan aku duduk dengan nyaman, Eki langsung menyaut ke tukang mie ayam nya.

"Mang, Dua!" teriaknya kepada sang penjual.

"Oke siap. Dibungkus atau makan disini mas?"

Eki menatapku yang duduk di sampingnya.

"Mau dibungkus atau makan disini Ra?"

"Emm, disini aja" kataku, tak enak bukan jika aku mengajak nya untuk memakannya dirumah?

Eki mengangguk dengan senyum yang masih terpatri rapi di wajahnya.

"Disini mang!"

"Oke siappp! "

"Mantep nih mi disini, lo pasti suka."

"Iya semoga aja hehe" jawabku

"Btw.. lo anak Pertiwi yah?" tanya nya.

Aku menoleh "Iyaa. Kok lo tau sii? " tanyaku penasaran, pasalnya aku tak pernah bercerita perihal sekolahku dengan Eki.

"Hehe bener yah? Nebak aja sii wkwk"

"Ouhh, Kalo lo sendiri di SMA mana Kii?" tanyaku

"Gue mah SMK. Ambil jurusan otomotip kalo lo tanya, jadi lumayan ada pengalaman dikit buat kerja sampingan di bengkel-bengkel temen" katanya sambil tersenyum kecut.

Aku terdiam, ada sedikit rasa kagum dan sedih dihatiku.

Kagum karena diusia remaja seperti ini yang kebanyakan pemuda diluaran sana pasti tidak memikirkan soal pekerjaan, masih sibuk dengan urusan cinta mereka dan masih menjadi beban bagi orang tua mereka.

Dan, Sedih ketika mengingat dia sudah tak memiliki orang tua, Aku jadi bingung dengan posisiku sekarang. Apakah aku harus bersyukur karena masih di beri orang tua yang bisa menafkahi ku? atau sebaliknya karena meraka tak selalu ada disisiku?

"Kelas berapa emangnya sekarang lo Kii?" tanyaku penasaran.

"Ini taun terakhir gue. Klo lo sendiri?"

"Ouhh, Kalo gue msih kelas Sebelas hehe"

Eki hanya mengangguk-anggukan kepalanya dengan mulut yang membentuk huruf o

Ting!

Bunyi ponsel Eki yang dia letakan di atas meja.

"Bentar ya" katanya sambil mengecek ponsel nya.

Aku hanya mengangguk, dan memilih melihat lalu-lalang kendaraan yang melintas tepat dihadapanku, karena ini jalan besar. Jadi masih banyak kendaraan yang melintas di jam-jam seperti ini.

"Ra! Gue anter lo pulang sekarang. Yuk!"

Ucap Eki tiba-tiba dengan raut panik nya dan dengan segera meletakkan uang lima puluh ribuan yang dia ambil dari kantung celana dan meletakkan nya diatas meja.

"Mang! Ini duit nya. Kita ngga jadi makan!"

"Ra yuk ra, Cepet!! "

Aku yang kaget dengan ke panikan Eki pun ikut merasa panik.

"Ada apa ki?!" tanyaku khawatir.

"Temen gue dikroyok. Gue anter lo pulang sekarang." Ucapnya cepat sambil menggered tanganku ke arah motornya.

Aku yang mendengar penuturan Eki pun membulatkan mataku. Kroyok?! Kroyok apa yang dia maksud?!! Aku ingin bertanya, tapi melihat raut panik diwajah Eki aku mengurungkan niatku untuk bertanya.

"Mas, mas! ini minya udah jadi!"

"Maap mang, ngga jadi! Tuh duitnya diatas meja. Yuk ra, cepet." Ucapnya sambil menyalakan mesin motornya tergesa-gesa.

ARATA GEOCCANDRA जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें