DUA

22.3K 230 0
                                    

"Ahh sakithh pah...hikss!" Jangan berpikir yang iya-iya. Bukan desahan melainkan rintihan kesakitan yang keluar dari bibir Amoy.

Nathan menatap putrinya khawatir. Tadi, setelah Kevin pamit, Amoy merengek jika perutnya sakit dan membuat Nathan dengan cepat memindahkan Amoy ke kamarnya.

"Honey, lepas sebentar ya pelukannya." Pinta Nathan.

Amoy menggeleng, tangannya semakin mengalung erat dileher Nathan.

"Sakit." Rintih Amoy.

Nathan menghela napas pasrah, mencoba bersabar ditengah rasa khawatirnya.

"Honey, dengerin papah. Kalau kamu terus peluk papah, papah tidak bisa panggil dokter buat periksa kamu sayang." Ucap Nathan dengan lembut, mencoba memberi pengertian.

Amoy menggeleng, "Amoy nggak mau dokter. Amoy mau sama papah hikss!" Tangis Amoy semakin menjadi-jadi.

Cup

Cup

Cup

Tiga kali kecupan dibibir membuat tangisan Amoy berhenti dalam sekejap.

Mata gadis cantik itu mengerjap lucu, "Pah!"

Nathan mendesah lega saat mampu membuat gadisnya itu diam.

"Ya honey." Bisik Nathan tepat didepan wajah Amoy, mengingat jika sekarang posisinya menindih tubuh anaknya.

"Amoy pengen lagi. Cium Amoy lagi pah!"

Nathan mengangkat sebelah alisnya, "Perutmu sudah tidak sakit?"

Amoy menggeleng, "Masih pah."

Reflek, Nathan mengangkat tangannya untuk mengelus perut gadisnya. Tangannya menelusup masuk kedalam kaos yang dipakai Amoy.

"Pah, cium Amoy lagi." Pinta Amoy kembali saat papahnya tak kunjung memberinya ciuman.

Nathan terkekeh mendengar permintaan gadisnya.

Tak menyia-nyiakan kesempatan, apalagi kali ini Amoy sendiri yang memintanya. Nathan kembali mencium Amoy. Berbeda dengan tadi yang hanya menempel, kali ini Nathan melumat bibir atas dan bawah Amoy secara bergantian.

"Buka mulut kamu honey." Ucap Nathan disela-sela ciumannya.

Menurut, Amoy membuka mulutnya hingga dirasa lidah papahnya masuk kedalam mulutnya. Membelai lidahnya hingga saling bertukar saliva. Amoy bahkan bisa merasakan saliva papahnya yang tidak sengaja ia telan.

"Ahh...papahh.ahh!" Desah Amoy keenakan ketika tangan Nathan merambat keatas, memijat kedua payudaranya.

"Ahh...papah.." Amoy memejamkan mata erat. Merasakan nikmat yang baru pertama kali dia rasakan. Dan itu Nathan yang memberikan. Papahnya.

"Pah..ah," Amoy mendongak, memberi akses lebih untuk Nathan menjelajahi lehernya yang tak dilewatkan lelaki berumur 30an tersebut.

Lidah Nathan menjilat leher Amoy hingga saliva tersebut membasahi leher jenjangnya. Seakan tak puas, Nathan kembali berbuat ulah dengan menggigit leher Amoy hingga meninggalkan bekas kemerahan. Menandakan jika gadis kecil yang tidak berdaya dibawahnya ini adalah miliknya. Milik Nathan Wijaya seorang.

"Ahh.."

"Hikks, papah..." Amoy menangis, membuat Nathan yang asyik menghisap leher dan memainkan payudara anaknya mendongak.

"Kenapa hn? Ada yang sakit?" Khawatir Nathan.

Masih dengan mata yang berlinang air mata, Amoy menunjuk daerah sekitar pahanya.

"Ininya Amoy gatal, pah. Hiks." Ucap Amoy membawa tangan Nathan kearah vaginanya yang masih tertutup rapat oleh celana hotpants.

Nathan berhembus lega, dia kira apa.

"Ini?" Nathan memastikan, tangannya mengusap lembut vagina anaknya dari luar. Mengusapnya naik turus secara lambat. Sengaja.

"I..iya." Amoy menutup mata dengan kedua tangannya.

"Wajahnya jangan ditutup honey?"

"Amoy malu pah," cicit Amoy. Tapi sesekali gadis polos tersebut mengintip dari balik celah jarinya.

Menggemaskan. Batin Nathan.

"Jangan ditutup honey, nanti kamunya nggak bisa napas." Bisik Nathan dengan lembut. Lidahnya menjilat telinga Amoy. Menelusup masuk kedalam telinga.

"Ahh.."

"Masih gatal?" Tanya Nathan, masih berbisik. Membuat jantung Amoy berdetak tak menentu.

Deg deg deg

"Pah, kok jantung Amoy dag dig dug ya? Amoy sakit jantung? Terus ini Amoy kok makin gatal ya pah?" Tanyanya penuh kepolosan.

Nathan tersenyum, tak menyangka jika kepolosan putrinya ternyata membawa keuntungan untuknya.

"Listen to me, honey. Jantung Amoy yang dag dig dug itu karena Amoy cinta sama papah. Lalu ini," jemarinya menggesek vagina Amoy dengan lembut, "Itu karena vagina Amoy suka sama apa yang papah lakukan." Jawab Nathan.

"Benarkah?" Amoy berbinar.

"Ya honey."

"Papah buka ya? Papah pengen liat vagina punya anak papah." Tanpa menunggu jawaban dari Amoy, tangan Nathan sudah lebih dulu meloloskan hotpants beserta dalamannya hingga terlihat vagina merah muda yang sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus.

Mata Nathan sudah menggelap, ia mendekatkan wajahnya pada vagina cantik tersebut.

"Pah, papah mau ngapain?" Amoy menopang kedua siku, melihat papahnya yang mencium vaginanya.

****

TBC

MY Hot Papa_MHP (END_TERSEDIA PDF)Where stories live. Discover now