TUJUHBELAS

8.8K 93 0
                                    

Bunyi bel istirahat membuat Amoy dan Kenza bergegas keluar kelas sambil bergandeng tangan, keduanya sudah tidak sabar untuk pergi ke kantin. Amoy ingin makan batagor, sedang Kenza ingin makan soto ayam.

Dua minggu sudah berlalu semenjak kejadian bokong Amoy yang kempes, kini Amoy sudah kembali masuk sekolah. Hubungannya dengan Papah Nathan juga semakin bergairah. Setiap hari Papah Nathan selalu mengajarinya pelajaran yang membuatnya berakhir mendesah.

Amoy menyukainya, tentu saja. Dan hal itu tidak bisa dibantah. Amoy selalu suka mendesah ah-ah.

"IH AMOY LIAT DEH, ITU BU GURUNYA DUDUK BARENG OM NATHAN LOH!" Kenza bersuara begitu keduanya tiba di kantin yang ramai oleh penghuni sekolah.

"IH IYA ITU PAPAHNYA AMOY IH!" Amoy cemberut, ia bisa dengan jelas melihat papahnya duduk berdampingan dengan bu guru biologi, mengingat tempat duduk yang dipilih Nathan dekat dengan pintu masuk kantin.

"AMOY JAMBAK AJA RAMBUTNYA! TERUS CAKAR MUKANYA PAKE KUKU. KENZA JUGA BIASANYA GITU KALO ADA YANG DEKET-DEKET KENZO!" Bisikan Kenza yang nyaris seperti teriakan itu semakin mengobarkan sifat bar-bar Amoy yang ingin keluar.

Keduanya tidak sadar jika ucapan kencang mereka didengar oleh seluruh penghuni kantin. Termasuk Nathan.

Amoy langsung menghampiri papahnya dengan langkah lebar, meninggalkan Kenza sendirian.

"KENZA MAU MAKAN SOTO AYAM IH!" Kenza menghentakkan kakinya kesal karena Amoy pergi begitu saja.

****

"Jadi bagaimana Tuan?" Tanya guru biologi itu gugup, Bu Indah namanya. Guru biologi yang mengajar dikelas Amoy. Ia memberanikan diri menghampiri Nathan yang saat itu duduk sendiri dideretan kursi kantin.

Nathan tidak menjawab, hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. Aura penuh intimidasi dirasakan Bu Indah, namun tetap saja itu tidak akan menyurutkan semangat Bu Indah untuk mengetahui alasan Nathan yang tidak pernah mengijinkan Amoy untuk masuk kedalam kelasnya.

Amoy selalu absen setiap kali pelajaran biologi, bukan hanya sekedar sekali dua kali, tapi hampir tiga tahun ini Amoy tidak pernah mengikuti pelajaran biologi. Dan itu membuat Bu Indah diliputi rasa penasaran juga kesal disaat bersamaan. Setiap kali Amoy ditanya, muridnya itu akan menjawab, "Nggak boleh papah." Kemudian melenggang pergi.

Bu Indah bisa apa, sekolah tempatnya mengajar adalah milik Nathan. Dan Amoy adalah anak dari Nathan.

"Apa saya kurang dalam memberikan pelajaran?"

"Apa saya kurang memuaskan anda?" Tanya Bu Indah ambigu, ia yang semula duduk didepan Nathan, tiba-tiba pindah duduk disamping Nathan. Roknya yang pendek, semakin ia tarik keatas, hingga celana dalamnya terlihat menyembul keluar, sengaja menggoda Nathan.

Nathan menatap Bu Indah tajam, kedua alisnya menukik tajam. Bu Indah berani bersumpah jika Nathan terlihat begitu tampan, meski tidak ada sepatah kata dan hanya tatapan mematikan, Bu Indah sudah bergetar ketakutan.

"Sa...saya hanya ingin mengetahui alasannya tuan! Setiap kali saya bertanya pada Amoy ia menjawab jika anda melarangnya tu...tuan." Bu Indah tergagap.

"Saya mengajarinya sendiri. Anda bisa pergi!" Jawab Nathan sekaligus mengusir. Sejak masuk SMP, Nathan memang melarang Amoy mengikuti pelajaran biologi, apalagi didalamnya ada pelajaran reproduksi. Nathan tidak mau anaknya yang polos terkontaminasi dan malah mempraktekkannya bersama orang lain. Nathan hanya berjaga-jaga, ia tidak mau anaknya itu mencoba hal-hal yang berbau dewasa diusianya yang masih dini.

Sebenarnya bukan hanya Amoy saja yang absen, Kenza juga. Tapi Bu Indah memilih Nathan dibanding Kenzo. Alasan Bu Indah tentu saja untuk pendekatan. Siapa yang bisa menolak pesona Nathan yang terlihat begitu jantan. Membayangkannya saja sudah membuat vagina Bu Indah basah.

"Tuan!" Bu Indah mengerjap, ia masih mencerna maksud jawaban Nathan barusan, namun....

"AKHHHH!" Teriak Bu Indah kesakitan begitu rambutnya dijambak dari belakang. Amoy benar-benar melakukan sesuai perkataan Kenza tadi.

"BU INDAH JANGAN DEKET-DEKET PAPAH IH!"

"AMOY NGGAK LIKE YA!" Teriak Amoy.

"Lepashhh Amoy!" Bu Indah merintih kesakitan, tapi Amoy tentu saja tidak peduli. Ia semakin semangat menarik rambut gurunya.

"Saya hanya bertanya kenapa kamu tidak masuk ke kelas saya saat jam pelajaran biologi!" Jawab Bu Indah ditengah rasa sakitnya, namun masih sempat menarik roknya kebawah.

Amoy seketika melepas jambakannya, "Oooooooooo!" Jawab Amoy dan.....

"TAPI DUDUKNYA JANGAN MEPET-MEPET DONG!" Amoy makin ngegas, ia kembali menarik rambut Bu Indah. Namun kali ini lebih kuat, sampai mata Bu Indah berkaca-kaca.

"Lepashh Amoy!" Amoy melepaskannya, ia berdiri disamping Bu Indah yang masih duduk dikursi mengusap air matanya.

"Papah ajarin Amoy pelajaran biologi Bu Indah!"

"AMOY SAMA PAPAH UDAH PRAKTEKKIN!"

"Bentar!" Ucap Amoy mengambil ponselnya didalam saku.

"AMOY ADA LOH POTONYA PAS PAPAH MASUKIN PENISNYA KE VAGINA AMOY!"

"AMOY SENDIRI YANG POTOIN!"

"PENIS PAPAH GEDE BANGET, TERUS PUANJAAANG BANGET. SAMPE NGGAK MUAT MASUK VAGINA AMOY!" Cerita Amoy. Sesuai kata papah Nathan kalo pelajaran biologi itu tentang reproduksi, penis di masukin ke lubang vagina.

Semua mata menatap Amoy, banyak murid yang keselek mendengar ucapan Amoy yang kelewat vulgar. Ternyata Amoy sudah tidak perawan.

"A---apa?" Bu Indah melotot tidak percaya.

What the hell...

"Kalian...."

"Tapi Amoy sama papah Nathan kan ayah sama anak. Jadi nggak boleh ngelakuin seks!" Salah satu teman Amoy memberikan pencerahan agar Amoy sadar.

Amoy menoleh, ia menatap kesal pada temannya itu, "Terus kenapa?"

"Boleh ih!"

"Nggak boleh ih!"

Amoy cemberut, "Kata Om Kepin, Amoy bukan anak papah Nathan. Om Kepin bilang kalo penis papah masuk vagina Amoy nggak papa ih!"

Dan Nathan bersumpah tidak akan memberi Kepin jatah makan.

***

TBC

MY Hot Papa_MHP (END_TERSEDIA PDF)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora