SEPULUH

15.4K 120 2
                                    

"Mandinya udah ya, liat kulit kamu udah berkerut honey." Nathan berujar khawatir.

"Nggak mau, Amoy mau main air." Nathan kembali menghela napas untuk yang kesekian kali. Sudah hampir 2 jam anaknya itu berendam di dalam bathup. Dan sekarang sudah jam 9 pagi, mereka belum sarapan. Dan bahkan belum makan sejak kemarin siang.

"Papah, papah sini masuk. Kita mandi bareng!" Ajak Amoy menarik papahnya yang memang berdiri disamping bathup.

Nathan tidak menjawab, sesaat kemudian ia mengangkat tubuh anaknya dengan kedua tangan menjauhi bathup yang dipenuhi mainan bebek karet.

"Amoy mau main sama bebeknya, papah turunin Amoy." Teriak Amoy, tubuhnya ia gerakkan agar bisa lepas.

"Amoy," Nathan memanggil dengan suara seraknya yang terkesan dingin. Tapi Amoy masih tetap menangis dengan keras, ia terus memukul dada papahnya. Seakan dengan seperti itu papahnya akan menuruti kemauannya.

"Amoy Pradipti!" Suara Nathan yang terdengar tegas seketika membuat Amoy berhenti memukul papahnya.

"Siapa yang ngajarin Amoy pukul-pukul kayak gitu hn?"

"Papah nggak suka kalo Amoy nakal, papah juga nggak suka kalo Amoy nggak mau dibilangin!"

Amoy semakin erat melingkarkan tangannya dileher Nathan, "Papah jangan marahin Amoy." Ucapnya sesenggukan.

"Papah nggak marah, honey." Nathan mengelak.

"Tadi papah bilang nggak suka Amoy."

"Papah nggak suka kalo Amoy nakal. Papah sukanya kalo Amoy jadi anak penurut."

"Sekarang turun ya honey, papah mau bilas tubuh kamu."

Kali ini Amoy menurut, namun sedetik kemudian ia kembali berulah dengan menggenggam penis papahnya yang tegak menantangnya.

"No honey." Nathan mencegah tangan Amoy yang semakin meremas keras kejantanannya.

"Kenapa? Amoy pengen emut ih!"

Nathan mengatur napasnya yang tak beraturan, ia mengusap dengan lembut wajah anaknya, "Udah jam 9 dan kamu belum sarapan honey. Kita sarapan dulu ya." Ucap Nathan memberi pengertian.

Bukan apa, jika ia menuruti kemauan anaknya akan tidak mungkin jika mereka bisa sarapan. Meski ia menginginkannya, tapi kesehatan Amoy jauh lebih penting. Nathan tidak mau Amoy terkena penyakit magh nantinya.

"Nanti honey."

"Nantinya kapan?" Amoy menuntut kepastian.

"Habis makan ya."

"Pinky promise?" Amoy mengulurkan jari kelingkingnya tapi Nathan hanya menatapnya. Sesaat kemudian ia mencium bibir Amoy dengan lembut.

"I'm promise." Jawab Nathan saat melepas ciumannya, ia mengusap saliva yang keluar dari bibir Amoy.

Nathan kemudian menyalakan shower dan membilas tubuh Amoy dengan telaten. Tak jarang ia menggoda anaknya itu dengan meremas gemas kedua payudaranya hingga membuatnya mendesah.

****

"Paman Kepin!" Dahi Kevin berkedut, ia jengkel setengah mati begitu namanya diucap dengan tidak benar. Ia yang semula duduk nyaman di atas meja makan dengan segelas kopi ditangannya menoleh saat mendengar suara yang tidak asing memanggilnya.

"Kevin pake V bukan P." Kevin membenarkan.

"Sama aja ih, sama-sama Kepin."

"Papah lo kemana?" Kevin kembali menengok ke belakang, mencari tuan rumah yang selama ini menjadi tempatnya mengemis makan.

"Papah lagi ganti baju. Tadi papah suruh Amoy ke meja makan dulu." Jawab Amoy.

"Om Kepin kok sering makan disini sih." Amoy dan mulutnya mulai berkomentar.

"Kata temen Amoy yang disekolah, kayak kaum duafa tau nggak!"

"Heh bon cabe banget mulutnya ya." Kevin berkata jengkel, tapi itu memang fakta sih.

"Kenapa belum makan honey?" Tanya Nathan menarik kursi yang berada disamping Amoy. Tidak mempedulikan sesosok lain disana, ia dengan santainya mencium bibir Amoy yang selalu menjadi candunya.

"Amoy nungguin papah." Jawab Amoy ketika Nathan melepas ciumannya.

Nathan mengangguk, kemudian memilih bubur yang menjadi sarapannya kali ini. Mengambilnya dan mulai menyuapi Amoy dengan telaten.

"Gue berasa syaiton disini." Celetuk Kevin.

"Gue nggak pernah nyuruh lo tiap hari ngemis makan disini." Balas Nathan menohok hati Kevin yang selembut peri.

"Papah kok nggak makan? Sini Amoy suap." Amoy menarik sendok yang ada ditangan papahnya, kemudian mengarahkannya kedepan mulut Nathan.

"Aaaaa!" Nathan membuka mulutnya, dan makanan tersebut masuk kedalam mulutnya.

"Jangan pake sendok honey!" Ucap Nathan saat melihat Amoy menyuap bubur dimangkok menggunakan sendok.

"Pake mulut aja!" Jawab Nathan membuat Kevin yang ada disebrang meja menganga tak percaya.

"Amoy nggak tau caranya." Amoy menunduk sedih.

"Sekarang Amoy buka mulutnya." Amoy mendongak, ia membuka mulutnya sesuai perintah Papah Nathan.

Nathan menempelkan bibirnya ke bibir Amoy. Lidahnya bergerak masuk mendorong bubur yang sejak tadi masih ada didalam mulutnya. Nathan mendorongnya agar ditelan oleh Amoy.

"Nggak ada akhlak banget sih lo!" Kevin misuh-misuh dengan menyebut semua nama hewan di kebun binatang kemudian beranjak pergi.

***

TBC

MY Hot Papa_MHP (END_TERSEDIA PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang