EMPAT

20.9K 209 0
                                    

Nathan menahan napas, menatap ke arah anaknya yang juga tengah menatapnya. Cukup lama keduanya bertatapan, sampai akhirnya tangan besar Nathan yang hangat mengelus pipi Amoy dengan lembut.

"Sleeping dear!" Amoy menggeleng, tatapannya turun kebawah, begitu pula tangan mungilnya yang semakin aktif meremas penis Nathan yang tertutup selimut.

"Amoy pengen ini papah!" Amoy meminta dengan suaranya yang begitu ceria.

"Besok honey, sekarang Amoy tidur udah malem." Nathan memberi pengertian. Bukan apa, Nathan hanya takut keblabasan. Maklum, ia tak pernah melakukannya dengan wanita manapun. Termasuk dengan mantan istri jadi-jadiannya. Percayalah, diusianya yang menginjak kepala tiga ia masih perjaka tingting. Adik kecilnya itu masih limited edition. Belum pernah terjamah oleh tangan lain selain tangannya dan tangan gadis kecilnya.

"Tapi..."

"Besok honey, papah janji!"

Amoy mengangguk lesu, padahal gadis beranjak remaja itu masih penasaran dengan permen lolipop papahnya yang baru pertama kali ia lihat.

"Tapi, Amoy boleh pegang kan pah?" Lagi, Amoy merengek.

Nathan mengangguk pasrah kala kembali menahan hasratnya. Lagi.
Semoga saja gadisnya itu hanya memegang bukan mengelus atau merem...ah shit.

Nathan mengumpat.

"Dipegang sayang, bukan diremes." Ucapnya tertahan dan dibalas tawa riang milik Amoy.

****

Pagi harinya kala matahari yang tak malu-malu lagi menampakkan sinarnya, dua orang yang tengah tidur bersama tak terusik sedikitpun. Hingga selang beberapa menit, salah satu diantara mereka mulai membuka mata.

Amoy, gadis itu membuka matanya dengan binar cerah. Menatap papahnya yang masih tidur dengan pandangan mendamba. Tampan sekali papahnya, pikir Amoy polos

Amoy mengernyit saat sadar tangannya memegang sesuatu yang panjang dan keras. Reflek, Amoy meremasnya. Ketika itu kesadarannya yang tadi masih diawang-awang terkumpul. Dengan gerakan cepat, Amoy bangun dari posisi berbaringnya dan menyingkap selimut yang dari semalam menghangatkan tubuhnya.

Matanya berbinar senang ketika melihat gundukan besar yang bersembunyi dibalik celana boxer papahnya.

Amoy menoleh, melirik ke kanan dan ke kiri. Yes, ini sudah pagi. Amoy kembali menatap Nathan yang masih tertidur, Papah Nathan bilang ia boleh melihatnya ketika pagi. Ini sudah pagi dan artinya ia sudah boleh melihatnya. Benar bukan, Amoy tersenyum bangga dengan kepintarannya. Ingatkan, Amoy masih gadis polos yang selalu penasaran dengan hal baru.

Lalu, dengan gerakan cepat tangan mungilnya menelusup masuk kedalam celana boxer milik Nathan hingga mendapatkan apa yang ia inginkan.

Amoy mulai mengeluarkan penis Nathan yang panjang dan mengacung tegak.

"Wahhh!" Untuk sesaat Amoy terpana.

"Kayak permen lolipop!" Komentarnya.

Amoy terus membelai, meremas sesekali memasukkannya kedalam mulut terus seperti itu hingga,

"Ih, bisa keluar air." Gumam Amoy takjub.

Penasaran, Amoy kembali mendekatkan wajahnya pada milik Nathan. Menghirupnya, "Ih wangi," komentar Amoy lagi. Wajar saja, Papah Nathan kan suka kebersihan.

Puas menghirup milik Nathan, Amoy membuka mulutnya dan memasukkan milik Nathan yang mengeluarkan cairan precume kedalam mulutnya yang mungil.

Menghisap cairan putih yang keluar dari milik Nathan.

Amoy semakin asyik menghisap milik Nathan seperti halnya ia menghisap permen loli, tak jarang Amoy menjilatnya hingga tak menyadari papahnya yang menahan napas melihat kelakuannya.

Nathan mengusap lembut kepala Amoy dengan desahan tertahan.

"Papah udah bangun?" Amoy melepaskan kulumannya dan menatap wajah Nathan dengan berbinar. Kemudian menubruk tubuh Nathan sehingga kini posisinya tepat berada diatas dada papahnya yang bidang.

Amoy dengan malu-malu mencium bibir Nathan, cukup lama menempel tanpa ada lumatan karena jujur saja Amoy masih belum paham cara menggerakkan bibirnya seperti yang dilakukan papahnya kemarin.

"Kamu tadi lagi ngapain, honey?" Tanya Nathan lembut setelah Amoy melepas ciumannya, tangannya mengelus lembut punggung Amoy naik turun.

"Main."

"Main?"

"Iya, Amoy main." Ucapnya tanpa beban, tangannya kembali meremas milik Nathan yang ada dibawah.

"Itu bukan mainan sayang."

"Tapi lucu, Amoy suka."

Nathan menghela napas, kemudian mengangguk pasrah tidak ingin memperpanjang perdebatan mereka. Semerdeka Amoy saja.

"Papah ini apa? Kayak bola bekel." Amoy memainkan kedua bola yang ada dibawah milik Nathan, meremasnya kuat karena gemas.

"Ihh kenyel-kenyel gitu, Amoy suka. Gak suka bola bekel, keras."

Nathan mengelus dada, menetralkan napasnya yang mpet-mpetan. Andaikan mengumpat tidak dosa, pasti ia sudah mengucapkannya ribuan kali pagi ini.

Amoy yang polos menjadi masalah tersendiri untuknya.

"Ouhhh, honey...ahh." Desah Nathan.

"Papah suka?"

Nathan menganggukkan kepalanya sebagai balasan. Remasan amatir pada miliknya membuatnya merem-melek keenakan.

"Terus honey!"

Amoy mengganti tangannya yang mengocok milik Nathan dengan mulut kecilnya.

Melahap dua buah bola yang menggantung dibawah kejantanan Nathan. Sedangkan tangannya terus mengocok milik Nathan yang semakin bertambah besar.

Nathan mengumpat, darimana gadisnya belajar ini belajar hal seperti ini.

Oh shit, kulumannya begitu nikmat.

Bunyi kecipak juga desahan dari mulut Nathan seakan menjadi alunan musik dipagi hari itu. Beruntung, kamar Nathan kedap suara.

"AHHH, honey!!!

Nathan menarik rambut Amoy dan menggerakkan kepala gadisnya itu dengan cepat hingga.....

****

TBC

MY Hot Papa_MHP (END_TERSEDIA PDF)Where stories live. Discover now