TIGA

21.6K 217 0
                                    

"Pah, tempat pipis Amoy mau diapain?"

Amoy mencoba mengintip apa yang dilakukan papahnya karena tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tadi.

Penasaran, Amoy bangun dengan kedua siku yang saling bertumpu.
"Ahh, papahhh," Amoy bingung. Kenapa ketika papahnya menjilat tempat pipisnya rasanya sangat enak. Padahal jika Amoy memegangnya ketika sedang membersihkan itunya rasanya tidak seperti ini.

"Papah..ahh," desah Amoy, jemarinya reflek meremas rambut Nathan, mendorong kepala Nathan untuk terus menghisap dan menjilat dibawah sana. Karena tentu saja, Amoy suka.

Lidah Nathan semakin aktif membelai vagina milik Amoy, tangannya membuka lipatan vagina milik Amoy, kemudian menelusupkan lidahnya masuk kedalam. Gerakan lidahnya semakin cepat keluar masuk ketika mendengar desahan Amoy. Bagi Nathan seperti alunan merdu untuknya.
Nathan menggesekkan hidungnya menggoda klitoris milik Amoy hingga tubuh anaknya itu tersentak dan bergetar disaat bersamaan.

"Pah, lepash...Amoy pengen pipis." Amoy menahan napas, saat ada sesuatu yang mendesak ingin keluar dari lubang pipisnya. Amoy tidak berani jika harus pipis didepan Nathan karena papahnya itu ada dibawah sana. Amoy tidak mau pipisnya mengenai wajah papahnya yang tampan.

"Keluarin sayang, pipisnya." Nathan mendongak, menatap mata anaknya itu dengan sorot lembut. Ia tahu, anaknya itu menahan agar tidak pipis didepannya. Tapi Nathan ingin merasakan cairan kental itu membasahi wajahnya, ia ingin menghisap habis cairan anaknya itu tanpa sisa.

Amoy menggeleng, "Tapi..."

"Nggak papa, keluarin sayang." Mendapat ijin dari papahnya, Amoy menyemburkan cairan bernama orgasme itu dengan tubuh tersentak-sentak dan bergetar hebat. Cairan itu mengenai wajah Nathan yang memang berada didepan liang kewanitaannya.

"Ahhhhhhh,,ahhhhh."

"Lihat ini honey," Amoy menatap kebawah, tepat dibagian tempatnya pipis. Masih ada tangan Nathan disitu.

"Ini namanya vagina," Nathan mulai mengajari Amoy.

"Jadi tempat Amoy pipis itu namanya vagina pah?"

Nathan mengangguk, "Iya sayang."

"Terus yang ini namanya apa papah? Kok kecil gitu. Lucu ih!" Amoy bertanya, menuntaskan rasa penasarannya.

"Yang ini?" Tanya Nathan memastikan, ibu jari dan telunjuknya menjepit benda sebesar biji kacang tersebut. Menariknya pelan hingga membuat Amoy kembali melenguh.

"Iya pah, ahh."

"Ini namanya klitoris honey," jawab Nathan mengusap klitoris Amoy.

"Amoy mau pegang," pinta Amoy.

Nathan kemudian menuntun tangan Amoy kebawah untuk memegang klitoris miliknya sendiri.

Baru sebentar Amoy memegang klitorisnya sendiri, wajahnya memberengut kesal.

"Kenapa honey?" Tanya Nathan ketika melihat perubahan wajah Amoy yang cemberut.

"Kok nggak ada rasanya pah? Kok beda kalo papah yang pegang pasti Amoy ngerasa enak." Tanya Amoy kesal.

Nathan mengulum senyum, "Itu karena vagina dan klitoris Amoy cuma suka kalo dipegang sama papah, honey. Jadi jangan minta orang lain untuk pegang vagina kamu. Cuma papah yang boleh pegang." Jawab Nathan dengan semua akal bulusnya.

"Berarti kalo orang lain yang pegang, rasanya juga nggak enak?"

"Iya. Jadi cuma papah yang boleh pegang. Ngerti honey?"

Mulut Amoy membentuk huruf O, "Amoy mengerti papah!" Amoy mengangguk patuh.

"Dan," Nathan menjeda ucapannya, "Kalo kamu ingin seperti ini lagi, Amoy cukup cari papah dan papah akan melakukannya untukmu. Mengerti?" Lagi. Amoy mengangguk lucu.

Nathan melumat bibir Amoy dengan intens.
Membelit lidah Amoy dan menghisapnya berkali-kali. Bunyi decapan terdengar dikamar yang kedap suara.

"Ahh," Amoy melenguh. Sesekali gadis yang beranjak remaja itu menghisap bibir atas dan bawah papahnya secara bergantian walau terlihat sangat amatir. Tapi tak dipedulikan oleh Nathan, baginya ada sensasi tersendiri yang Nathan rasakan.

Amoy menepuk dada Nathan pelan, karena dirasa butuh bernapas. Dengan amat sangat terpaksa Nathan melepasnya hingga saliva keduanya tercecer keluar.
Nathan menjilat dagu Amoy yang mengkilap karena lelehan saliva keduanya.

"Sekarang kita cukur bulu kamu honey." Amoy tidak menjawab, karena masih sibuk mengatur napasnya. Nathan lalu menggendong anaknya itu didepan ala koala menuju kamar mandi setelah sebelumnya memencet bel yang terpasang dikamar untuk memudahkan memanggil pelayan tanpa perlu repot turun kebawah.

Nathan yang cinta kebersihan, tak menginginkan hal kotor sedikitpun di kamarnya.

Nathan menurunkan Amoy di atas closet duduk begitu mereka masuk kamar mandi, mengoles krim dan mulai mencukur setelah tadi sempat mengecup dalam vagina anaknya.

Amoy menatap papahnya yang serius, tangannya tak tinggal diam memainkan rambut papahnya. Ia yang ingin bicara, menutup rapat mulutnya. Tidak mau mengganggu papah Nathan.

"Selesai," Nathan bergumam, kemudian membasuh vagina Amoy hingga bersih dan menampilkan vagina anaknya yang mengkilap bersih tanpa bulu.

"Pah, Amoy pengen pipis." Amoy berkata pelan.

Nathan mengangguk, ia kemudian membuka tutup closet, dan kembali ketempat semula. Melihat dengan jelas bagaimana air seni itu keluar dari lubang pipis anaknya.

"Sudah?" Amoy mengangguk karena hal seperti ini sudah sering mereka lakukan.

Nathan menarik Amoy berdiri kemudian menyiram closet tempat Amoy pipis dan menutupnya kembali.

Setelah selesai, ia kembali mengurus gadisnya, membilas vagina Amoy sampai bersih tanpa ada rasa jijik.

Nathan mengecup dalam vagina Amoy hingga menimbulkan decapan saat melepasnya. Rutinitas rutin yang wajib dilakukan.

"Terimakasih papah!" Ucap Amoy mengecup bibir Nathan.

Nathan tersenyum melihat tingkah Amoy yang menggemaskan. Ia kemudian menggendong gadisnya didepan dan keluar kamar mandi menuju kamar yang sudah bersih dengan sprei yang sudah diganti.

Nathan merebahkan tubuh gadisnya di kasur king size miliknya kemudian diikuti olehnya.

"Sleeping honey!" Nathan mengulurkan lengannya membuat gadis cantik itu merapat dalam dekapan hangat papahnya. Tangan mungilnya menjalar kebawah tepat diatas gundukan milik Nathan.

****

TBC

MY Hot Papa_MHP (END_TERSEDIA PDF)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt