01 ೫ Viola Aleanora

362 28 8
                                    

ထ • • ೫ • • ထ

Dering suara ponsel dipagi hari sangat nyaring sekali membangunkan gadis cantik yang sedari tadi masih berperang dialam bawah sadar, ia mulai mengerjapkan kelopak mata, menyeka keringat yang begitu memenuhi dahinya. Gadis itu Viola Aleanora.

Suhu tubuhnya sangat tinggi, Viola demam karena kemarin kehujanan. Bahkan untuk bangun pun ia kesulitan, tubuhnya sangat lemah. Ia mengambil ponsel yang terus berdering, melihat panggilan dari satu-satunya lelaki yang berani meneleponnya selain ayah. Namun Viola enggan untuk mengangkat panggilan itu.

Viola bangkit, ia akan memaksakan tubuhnya untuk beraktivitas seperti biasa. Viola akan pergi ke Sekolah. Dering ponsel menyala lagi, Levi tidak menyerah meneleponya. Dan Viola tetap mengabaikannya. Ia mempersiapkan dirinya, membersihkan tubuh lalu memakai seragam Sekolah.

Gadis itu memoleskan sedikit pewarna untuk meronakan kedua pipi dan memberikan sedikit warna untuk bibirnya yang pucat. Sekarang ia sudah siap. Viola turun dan melihat ayahnya sedang sarapan dengan tatapan tak lepas dari layar ponsel. Ia mengambil roti dan mengoleskan selai cokelat pada roti, lalu memakannya, tak lupa meneguk segelas susu yang sudah dibuatkan oleh ayahnya.

Ayah Viola mengambil kunci mobil, dan bangkit dari kursi makan. "Kalo tidak mau makan terburu-buru, bangun lebih pagi!" ia langsung pergi meninggalkan Viola, dengan tergesa pula gadis itu menyusul ayahnya.

Viola diantar tepat didepan Sekolah, tanpa pamit atau salam perpisahan mengantar, ayah Viola langsung melajukan mobilnya setelah Viola keluar. Hal itu membuat Viola mengerucutkan bibirnya sedih.

Tubuhnya sedikit membaik, walau masih terasa lelah. Mungkin karena ia memaksakan tubuhnya untuk tetap masuk ke Sekolah, tubuhnya sedikit menyesuaikan.

Viola berjalan menelusuri lorong yang sudah banyak lalu lalang siswa. Sudah banyak pula, ia mendengar sautan dari beberapa lelaki yang berpapasan dengannya. Viola tidak pernah berharap dirinya menjadi populer, itu bukan merendah untuk meroket. Karena sekarang ia hanya menjalaninya, menjadi ratu di Sekolahnya.

Matanya menangkap temannya dulu di SMP, ia tersenyum Reva sangat cantik walaupun bernampilan bad girl. Viola tidak menyukai gadis tomboy, tapi untuk Reva ia menyukainya. Reva sangat baik itulah mengapa ia menyukainya. Namun kesibukan dan memiliki teman baru membuat hubungan Viola dan Reva merenggang.

"Reva!" panggilnya, membuat si empunya nama menoleh.

Reva melambaikan tangan, "Heh Viola! Lo kemana aja?! Perasaan kita satu Sekolah tapi gue jarang liat lo dah." Reva menghampiri Viola.

"Aku?" Viola membuang napas pendek. "Mungkin aku nggak menonjol kaya kamu."

"Heh! Minta gue hantam ya mulutnya! Gue kasih tau ya." Reva mengedarkan pandangan lalu menarik lengan lelaki tidak dikenal untuk mendekat.

"Lo kenal dia?" tanya Reva pada lelaki itu dengan menunjuk Viola.

Lelaki itu mengangguk tersenyum ramah. "Viola, gue boleh minta nomer lo?" tidak terduga, justru lelaki itu mengambil kesempatan dengan meminta nomer telepon Viola. Dengan kasar Reva langsung menggeplak lengan Lelaki itu yang sedang menyerahkan ponselnya pada Viola. Reva pun mengusir lelaki itu, hal itu membuat Viola tertawa lucu karena tingkah Reva.

Reva melingkarkan tangannya pada lengan Viola, mengajaknya untuk mengobrol sambil berjalan. Tinggi Viola dan Reva yang tidak beda jauh membuat Viola nyaman.

"Lo kenal sama yang barusan?"

"Nggak."

"Masih mau bilang lo nggak menonjol di Sekolah?"

LilacWhere stories live. Discover now