21 ೫ Griya Tawang (2)

97 7 3
                                    

ထ • • ೫ • • ထ

Viola sudah siap dengan seragam sekolah, mereka sudah matang setuju untuk melanjutkan pendidikan. Keluarganya berpikir jika ia bisa bersekolah hingga empat kedepan, tapi Viola tidak setuju dengan keputusan itu. Sangat tidak adil, jika kehidupannya hanya akan menjadi wanita putus Sekolah. Entah bagaimana kedepannya, Viola berharap yang terbaik untuknya.

Mengetahui jika Alfa masih mandi, Viola berinisiatif untuk membuatkan sarapan simpel di pagi hari. Walaupun ia tidak begitu pandai dengan urusan dapur.

Viola membuka lemari es, ia tidak menyiapkan apapun tapi lemari es side by side ini sudah terisi penuh bahan pokok bahkan cemilan yang bisa dimakan sampai sebulan lebih. Alfa yang menyiapkan?

Ia mengeluarkan telur, mungkin sarapan simpel buatannya hanya olahan telur. Viola juga tidak lupa mencuci tomat dan sayuran untuk ditaruh bersama roti tawar, hanya sandwich sarapan paling mudah yang bisa ia buat. Smoked beef nya ia goreng dengan butter, lalu ia susun dan menambahkan saus.

Viola menaruh dua piring sandwich dimeja makan. Baru saja ia ingin kekamar memanggil Alfa untuk ikut sarapan bersama, namun lelaki itu sudah menuruni anak tangga melingkar griya Tawang ini sambil memakai jam tangan ditangan kirinya.

"Vi, lo nggak mesen makanan buat sarapan?"

"Aku udah buat ini."

Alfa melihat piring, dari tampilannya tidak ada yang buruk. "Lo bisa masak?" Alfa duduk, tanpa garpu atau pisau lelaki itu langsung menyantap sandwich nya dengan tatapan menilai. Not bad, pikir Alfa.

"Enak?"

"Coba aja sendiri."

Viola ikut memakannya.

"Inget, jangan deket-deket sama cowok."

"Kalo nggak boleh deket-deket sama cowok lain, ya makanya kamu yang nemenin aku."

"Bisa nggak sih jawab iya aja!"

Suasana mulai tidak enak, Viola merapatkan bibirnya karena Alfa meninggikan nada suaranya.

"Iyaa.."

"Lo berangkat sekolah sendiri bisa kan?" Alfa menyudahi sarapan yang belum habis, mengambil tissu karena tangannya berminyak lalu merogoh saku celananya mengambil dompet dan mengeluarkan beberapa uang kertas. Diletakkannya uang kertas itu pada meja makan yang bisa Viola lihat, tapi Viola hanya diam masih meneruskan menghabiskan sarapannya.

Lalu Alfa pergi duluan kekamar untuk mengambil tas dan ponselnya, dan pergi tanpa menoleh lagi pada Viola.

Bibir Viola terbuka, ragu untuk bersuara. "Emm.. Alfa.. Kalo aku bareng kamu nggak boleh ya?"

Alfa berhenti, baru saja ingin menekan lift agar terbuka karena akses keluar dari Penthouse melalui lift pribadi.

Alfa menghela napas. "Yaudah cepetan.."

Mata Viola kembali berbinar, ia langsung menyudahi sarapan dengan suapan terakhir membuat pipinya membulat. Terus mengunyah seraya cuci tangan, dan bergegas berlari mengambil tasnya dikamar.

Beberapa saat kemudian mereka sudah berada dalam ruang kotak lift yang hanya mereka berdua didalamnya. Viola berada dibelakang Alfa, ia menoleh kebelakang melihat pantulan dirinya pada kaca cermin didalam lift. Rambutnya belum ia rapikan, lalu Viola mengeluarkan lip balm disaku rok nya dan mengaplikasikan pada bibirnya agar terlihat lembab.

Alfa mendengus, menahan tawa melihat tingkah istrinya yang masih sempat memikirkan penampilan. Namun karena tidak mau memperhatikan Viola terus menerus ia langsung membuang muka saat Viola telah siap.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LilacWhere stories live. Discover now