04 ೫ Lo gak takut sama gue?

150 20 6
                                    

ထ • • ೫ • • ထ

Jam pelajaran berlangsung, Bu Fenti masih terus memberikan materi pembelajaran. Sampai hampir diujung waktu habis, Bu Fenti memberikan sekertas lembar dimana nama-nama sudah tertulis.

"Ini ibu udah membagi anggota kelompok, tinggal kalian pikirin topik apa yang kalian ingin presentasikan minggu depan. Jangan lupa pilih ketua kelompok trus report ke ibu kalian mau bahas apa. Sampai jumpa di minggu depan." Bu Fenti meninggalkan kelas.

Rana selaku sekretaris kelas, menuliskan dipapan tulis dari kertas yang barusan Bu Fenti berikan.

Alfarrellon Z. R.
Anshaka M.
Viola Aleanora
Shafafa Airana

Hm.. Sangat kebetulan bukan. Nama kelompok sudah tertulis semua. Viola yang melihatnya, menghela napas pasrah. Mungkin dulu ia adalah orang yang tidak pernah pemilih dalam kelompok, namun sekarang rasanya sangat berat. Lagipula ini aneh, kelompoknya tidak mencocokkan dengan huruf.

Viola menyandarkan kepalanya pada meja, tatapannya menatap langit yang cerah dari jendela. Bisa saja ia tidak memedulikan tugas kelompok ini, tapi rasanya sangat tidak bisa mengingat ia selalu sebisa mungkin memberikan yang terbaik.

Ting! Ponselnya mendapatkan notifikasi. Viola membukanya, hanya menatapnya karena tidak tau harus berbuat apa setelah mengetahui dirinya dimasukkan kedalam group chat yang berisikan empat orang. Tunggu apa Fafa yang memasukkannya. Bukan? Nomer yang belum ia simpan ternyata memasukkan.

Lalu menit berikutnya, satu pesan dari nomer itu.

Chat
---

+62 :
Simpen no gue!

Viola :
Ini siapa?

+62 :
Sumpah ya astaga

Viola :
Maaf aku blokir ya

+62 :
Berani blokir gue?

Memang terlihat menjadi Viola itu sombong, jual mahal atau mungkin sok. Tapi kenyataannya jika ia terlalu meladeni orang yang baru ia kenal, ia akan disebut murahan. Itu sebabnya Viola tetap akan menjadi dirinya sendiri.

Tanpa menyimpan atau memblokir nomer tersebut, ia kembali pada lamunannya. Ia kembali menoleh pada jendela menatap langit dengan penuh keperasaan.

"Vi, mau makan siang?"

Viola menoleh, Levi menatapnya. Ia bingung harus bagaimana pada Levi. Ia harus menuruti ucapan ayah, mungkin dari situ ia bisa lebih dekat dengan ayahnya. Viola menggeleng menolak Levi.

"Kamu ngehindarin aku?" tidak ada jawaban dari Viola. "Kamu juga ngeblokir nomer aku?"

"Vi, dengerin aku."

"Kamu aja nggak dengerin aku."

"Ck. Ini karna yang kemarin? Aku nggak akan bisa, Vi. Kamu tau anggota aku itu banyak, mereka mau aku tetep pertahanin ini. Jangan bikin aku kesel."

"Yaudah aku juga nggak maksa."

Levi mengepalkan tangannya, ia mulai terpancing amarah. Viola yang selalu berada didekatnya menurut dengan perkataannya berani melakukan ini padanya.

"Kamu maunya gimana?!" Levi mencengkram lengan atas Viola untuk berdiri, karena sedari tadi Viola tidak memedulikannya.

Viola nampak terkejut dengan tindak kasar Levi. Semuanya langsung terfokus pada Levi dan Viola, bahkan Alfa yang mengobrol terus dikelas kini memperhatikan dua orang itu.

LilacWhere stories live. Discover now