13 ೫ Menghindar

142 23 5
                                    

ထ • • ೫ • • ထ

Wajah frustasi Alfa sangat kentara, ia benar-benar ingin meluapkan amarahnya. Namun merasa lebih kesal pada dirinya yang bodoh, ini semua kesalahannya. Semua yang menimpa Viola adalah perbuatannya.

Setelah mengantar Viola pulang, ia kembali ke tempat kumpul. Kini semua berkumpul dimeja makan, Alfa duduk di kursi utama. Memegang kepalanya sambil tertunduk lelah.

"Al, lo tau nggak tubuh Viola bener-bener cantik luar dalam." Nogi mulai menggoda Alfa, bahkan semuanya menahan tawa melihat rasa kesal Alfa.

"Gi, gue nggak mau ngajak ribut lo." Alfa dengan letih bersuara.

"Tapi serius Al, gue berterima kasih sama lo karna udah kasih kesempatan buat kita cobain tubuh Viola." kini Girland yang sering diam mulai bersuara agar menambah kemarahan Alfa.

"Bangsat ya kalian!" Alfa langsung pergi begitu saja, ia sudah muak dengan ucapan kawanannya.

Setelah kepergian Alfa, semua temannya langsung bergelak tawa dengan puas melihat ketidaktauan ketuanya. Mereka juga tau risiko apa yang akan mereka dapat jika semua ini Alfa ketahui, Alfa akan marah besar karena merasa dibodohi.

ထ • ထ

Daun berguguran, hari demi hari berlalu. Banyak yang sudah terlewati oleh Alfa, bahkan Alfa melewati Viola begitu saja jika berpapasan.

Viola hanya berani memandangnya, ia tidak pernah berinteraksi kembali dengan lelaki itu semenjak kejadian itu. Alfa marah? Atau Alfa sudah tahu yang sebenarnya terjadi, lalu kecewa padanya. Entahlah ia tidak bisa membaca apa yang Alfa rasakan.

Alfa trus melangkahkan kakinya, tanpa melirik Viola diarah berlawanan. Alfa justru lebih kecewa pada dirinya sendiri, merasa bersalah sampai tidak berani mengajak atau membawa Viola kembali.

Bahkan untuk memandang keberadaan Viola pun Alfa tidak berani, tidak sanggup untuk mengingat kembali kejadian yang menimpa Viola. Walaupun ia tahu keadaan Viola baik-baik saja sekarang.

Mungkin kelakuannya saat ini bisa dibilang kejam pada Viola, meninggalkannya saat berada dititik terendah. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak punya muka tebal untuk bertemu Viola.

Alfa berusaha untuk melupakan semuanya yang terjadi, tapi tetap tidak bisa. Bahkan ia mulai berani dekat dengan siswi lain dipinggir lapangan, hanya dipinggir lapangan karena ia sedang malas untuk main.

"Alfa nanti kita kekantin bareng yu..."

"Oke."

"Kamu udah nggak suka sama Fafa?"

"Jangan bahas cewek lain kalo lagi sama gue."

"Maaf..." cewek itu langsung merapatkan bibirnya karena telah salah bertanya. Ia hanya ingin membicarakan topik dengan Alfa, karena keheningan ini sangat membosankan.

Alfa mulai kembalu diam, tatapan kosong entah memikirkan apa. Pandangan kebawah lalu tidak menyadari ada sepasang kaki dengan sepatu pentofel hitam.

"Alfa, ayo kita bicara."

Lelaki itu tidak percaya jika yang ada dihadapannya saat ini Viola. Perempuan itu telah memasuki pikirannya sampai ia tidak punya waktu untuk peduli dengan kehidupan Fafa. Ia jadi bingung sebenarnya ia menyukai Fafa atau tidak, atau kedudukan Fafa dihatinya sudah berpindah menjadi Viola.

"Gue sibuk."

"Lima menit aja."

Alfa menampakkan wajah malas meladeni Viola, ia benar-benar tidak mau dirundung rasa bersalah kembali. Tapi nyatanya tetap saja ia lemah dengan perempuan cantik.

LilacWhere stories live. Discover now