Bab 1. Bandara

63 4 0
                                    


Daftar Kenapa Mei Masih Bisa Calm Down menghadapi Corona :

1. Tidak pernah sakit keras selama hidupnya (Tidak pernah hepatitis, bebas asma dan alergi yang lainnya, cuma pernah mondok di Rumah Sakit tiga hari dua malam karena Demam Berdarah waktu kelas Satu SMA)

2. Nggak suka makan pakai tangan (Rasanya risih aja, karena kuku harus selalu panjang. Kuku itu digunakan untuk mengorek telinga. Rasanya enak meredakan gatal. Tidak sampai mengeluarkan kotoran telinga; pokoknya korek-korek saja dengan jari tangan sudah cukup. Adiksinya agak jijik ya?)

3. Mending makan di rumah daripada jajan di luar. (Selain irit, memang didikan Mama dari dulu mengatakan bahwa makan yang paling baik dan bagus ya di meja makan rumah sendiri syukur-syukur makanan yang disajikan bisa berasal dari dapur sendiri)

4. Hobby mandi (Sehari minimal mandi tiga kali. Nggak tahu gimana, seger aja rasanya. Apalagi pakai shower; barang yang nggak ada di rumah masa gadis dulu)

5. Minum suplemen setiap hari (Mulai rajin minum vitamin dan suplemen dari tahun kemarin; karena tergiur teman yang menawarkan MLM. Apalagi kalau bukan karena terbujuk dan terhasut anggapan usia sudah mau 30, jadi butuh dirawat organ dan tubuhnya... Jadilah minum dua butir suplemen setiap hari. Satu vitamin C untuk daya tahan tubuh, satu lagi collagen supaya tetap cantik dan awet muda, katanya)).


Mei menutup jurnal hariannya. Ia bangkit dari duduknya dan beranjak dari ruang keluarga keluar tanpa lupa menyambar kunci mobil yang digantung di belakang pintu rumah. Jaket double side kotak-kotak dan cokelat dipakainya sebagai lapisan kaos hitam polos. Sedangkan bawahannya, Ia memilih celana jins belel yang nyaman, kaos kaki, dan sepatu kets. Kali ini Mei menguncir tinggi rambutnya, kemudian Ia menungkupkan hoodie jaketnya menutupi kepala. Mei memakai masker medis yang didapatnya dari Universitas tempatnya mengajar. Mei merasa dirinya sudah cukup aman untuk pergi ke Bandara menjemput Suaminya yang terpaksa pulang karena flight-nya ke Lombok membawa duabelas pasangan yang akan honeymoon tour dibatalkan. Paling tidak, dengan outfit ini virus yang hinggap akan hanya menempel di pakaian luar saja yang bisa langsung Ia cuci begitu pulang nanti.

Suasana bandara boleh dibilang sedang-sedang saja. Tampak tidak terlalu banyak orang di terminal keberangkatan. Cenderung lebih banyak orang yang menjemput rekan maupun sanak keluarganya di terminal kedatangan. Lapangan parkir Bandara Soekarno Hatta sore itu juga dapat dibilang tidak ramai. Mei hanya cukup berjalan tiga menit sampai ke titik penjemputan. Jarak yang dekat daripada biasanya. Kala normal, Ia bisa parkir nun jauh disana sampai harus setengah mati berjalan menyusuri parkiran membantu Davin membawa koper oleh-oleh yang berat kalau pulang dinas.

Papan informasi penerbangan terulik berganti. Tertulis; pesawat dari Surabaya ke Jakarta dari status ESTIMATE berubah menjadi LANDING. Disusul dengan suara pengumuman yang menggema.

" Pesawat udara GA 3XX dari Surabaya, telah mendarat..."

Mei membetulkan sikap berdirinya, sedikit maju mendekati pintu keluar sambil menajamkan matanya untuk bersiap melambai bila sosok Davin sudah nampak. Dalam melakukan itu, Mei selalu hati-hati agar tidak menyentuh pagar aluminium pembatas, ataupun jangan sampai bersenggolan dengan orang lain yang sama-sama sedang menunggu. Di sebelah kanannya tampak perempuan setengah baya yang mengenakan kaos bergambar bunga-bunga dengan ornament renda dan manik-manik di lehernya sibuk memencet-mencet smartphone-nya, menelepon seseorang yang Ia tunggu mendarat. Perempuan itu memakai masker, namun dipelorotkan sampai ke batas leher karena Ia ingin bicara dengan lebih jelas di telepon. Mei menduga mereka menunggu penumpang dengan nomor penerbangan yang sama. Sedangkan sebelah kirinya, tampak pemuda berkulit gelap mengenakan kaos dan celana gombrang seadanya yang tampak kurang peduli. Pemuda itu malah asyik menghisap rokoknya sambil menunggu.

Up & Down Lockdown [TAMAT]Where stories live. Discover now