Bab 5 Hair Dryer

17 2 0
                                    


Daftar 5 Alasan Mei sangat excited menghadapi lockdown:

1. Bisa bangun tidur agak telat. Maklum, termasuk spesies nocturnal yang bisa lebih konsentrasi kerja diatas jam 11 malam

2. Bisa cobain banyak resep dari youtube yang selama ini disimpan di 'watch later' (dalgona coffee? Korean garlic bread?)

3. Ga usah keluar rumah. Asyik! Nggak perlu hadepin orang lain lagi yang nanya "Lho, belum punya baby?" Huh.

4. Bisa lebih lama berdua sama Davin

5. Bisa sama-sama Davin lebih lama. Yey.

6. Akhirnya bisa sama-sama lebih lama sama Davin. Setelah sekian lama...


Sepanjang jalan pulang, Davin menyetir seperti dirasuki setan. Kalau klakson city car mereka bisa protes, pasti Ia akan protes pada pengemudinya karena terlalu sering memencetnya dan membuat kaget orang-orang tidak bersalah di jalan. Tukang siomay yang bersepeda pelan-pelan dengan dagangannya yang masih banyak jadi korban. Seorang Ibu yang menenteng bahan belanjaan; beras dan sayur mayur termasuk sepasang ayam hidup untuk persiapan lockdown juga kena. Bahkan petugas sosial yang membagi-bagikan masker gratis dijalanan pun mengelus dada karena kelakuan Davin yang begitu tidak sabaran di jalan.

Mei mengeratkan genggaman tangan di pegangan mobil di samping kirinya. Mei merasa agak sedikit bersalah. Mei menyebutkan nama yang seharusnya tidak dibicarakan barusan tadi di Mall. Sudah tiga tahun berlalu, Mei pikir Davin sudah biasa saja. Namun tetap saja, nama terlarang itu memberikan efek yang dahsyat untuk Davin.

Ketika sampai rumah, semua barang belanjaan diturunkan dan diletakkan setengah dibanting ke lantai oleh Davin. Mei dengan sabar membongkar belanjaan. Mengelompokkannya menurut tempatnya dimana akan di simpan nanti. Mana bahan makanan yang dimasukan kulkas dan disimpan di lemari dapur. Barang mana yang harus ditaruh di kamar mandi dan mana yang harus mendekam dulu di lemari penyimpanan. 

Mei memberanikan diri melihat Davin. Gelagatnya tampak tidak baik. Mulutnya membentuk bulan sabit terbalik. Dahinya mengeryit. Mata mei mengikuti gerakan Davin yang menuju ke lemari dapur bagian bawah. Davin mengeluarkan kotak persediaan mie instan dan merogoh sesuatu dari dalam sana. Kemudian Davin membuka pintu belakang rumah dan tidak kembali lagi.

Mei mengikuti Davin ke belakang rumah. Tempatnya menjemur baju dan beberapa kali melakukan yoga. Belakang rumah Mei dan Davin merupakan teras berlantai keramik pavers warna cokelat tua dan sebagian lagi tanah sedikit berumput. Tidak ada kursi maupun bangku di teras belakang, hanya jemuran dan pompa air saja. Davin duduk di lantai menghadap belakang.

" Davin! Sejak kapan Kamu mulai rokok lagi?" Mei sedikit berteriak kesal terhadap Davin begitu melihat asap putih halus membumbung keatas dengan bau nikotin terbakar.

" Davin!!!" Kembali Mei berteriak. Mei mempertahankan posisinya di dekat pintu. Panggilan nama lengkap Davin, merupakan bentuk kekesalannya; karena Davin lebih suka dipanggil 'Dav' panggilan kesayangannya.

"Aku nggak pernah berhenti, kok!"

Braaak....!!!

Davin membanting pintu belakang dengan keras. Sampai-sampai Mei harus mundur satu langkah menyelamatkan tangannya. Tangannya selamat, tidak terluka. Tapi hatinya tidak.

***

Mei tak sengaja tertidur menelungkup di depan komputernya. Mengikuti kelas persiapan mengajar secara daring membuat matanya lelah. Apalagi Mei menyimak penjelasan, mencatat sambil berusaha menenangkan diri menghentikan air matanya. Kamera zoom sengaja tidak dinyalakannya. Mei pun menjawab seadanya ketika dimintai pendapat, supaya suaranya yang parau karena sedang menangis tidak terdengar di forum.

Up & Down Lockdown [TAMAT]Where stories live. Discover now