Bab 7 Harga yang Harus Dibayar

18 1 0
                                    


Daftar Sikap Davin yang baru diketahui Mei karena lockdown ini :

1. Davin suka main game. Gila sih, sampai sebegitunya naikin rangking. Davin juga kayak orang gila kalau main PUBG, bisa sampai teriak-teriak sendiri di teras belakang.

2. Davin nyapu lebih bersih daripada Mei. Ya, ini mungkin karena kekuatan cowok kali ya, gerakin sapu dan pel lebih menandas, jadi debu-debu hilang sampai ke dasar permukaan lantai.

3. Daripada pakai lingerie, Davin lebih garang kalau Mei pakai baju Davin yang kedodoran. Ini memang klise banget sih. Kayak di manga-manga atau anime. Ya, tapi kejadian ini beneran!!!

4. Davin ternyata orangnya suka protes. Perasaan dulu cincai-cincai aja sama semuanya... Ternyata Davin itu banyak tuntutan. Mungkin udah kebiasaan dilayani pegawai bersertifikat di hotel bintang. Maklum, kerjaannya sebagai tour guide, bikin Dia kebiasaan dilayanin gitu. Jadi begitu di rumah semuanya harus perfect! Bayangin, lipetan gorden aja sampai diitungin sama Davin lho...

5. Davin suka nyalah-nyalahin dan ngomong kasar. Sumpah! Baru tau. Balik lagi alesannya bisa dibaca di point ke-4.


Mei masih terengah-engah. Panas berpusat dari dada menyebar ke seluruh sel tubuhnya. Davin di sebelahnya, masih juga mengatur napas. Davin terpejam dengan senyumnya.  Pipinya bersemu kemerahan diterpa cahaya matahari yang menembus kamar mereka lewat lubang ventilasi atas.

Tangan Davin meraba-raba mencari tangan Mei. Davin menggenggam tangan Mei dan mengelus jemarinya dengan sayang. Barusan, mereka habis terlibat keintiman yang hangat dan dahsyat. Entah bagaimana, Mei merasa gairah yang dulu pernah Ia rasakan. Masa-masa penuh debar bersama Davin terulang kembali pagi ini. Terimakasih kepada lockdown.

Mei membiarkan tangan Davin yang hangat menggenggam tangannya beberapa saat. Kemudian Mei pergi mandi membersihkan diri. Ia akan kembali menjalani rutinitasnya hari ini. Pagi yang indah. Mei tidak mau menodainya dengan memraktekkan segala macam tips dan trik bersenggama supaya cepat dapat anak. Mei melewatkan ritual nungging ke kiri maupun mengganjal pinggulnya dengan bantal setelah berhubungan. Mei menyingkirkan sejenak tanggung jawabnya itu. Tapi tak apa, itu bisa dipikir nanti. Yang jelas, Mei merasakan kembali asyiknya bercinta tanpa beban seperti dulu.

***

Mei sedang menakar pewangi pakaian setelah memasukkan semua baju kotor kedalam mesin cuci. Davin baru setengah jalan menjalankan tugas sesuai bagiannya; yakni menyapu lantai. Kemudian negara api menyerang...

" Aduh! Mei mana Mei!"

Mama Reika yang memang punya kunci pagar dan kunci pintu utama menyerbu masuk dengan menggendong Stefan di tangannya dan menggandeng laura di tangan satunya. Mereka bertiga datang dengan tanpa memakai masker dan melewatkan acara menyemprot baju sebelum melewati pintu utama.

" Mei ini! Kenapa Davin dibiarin nyapu sih... Sini Davin. Sini, kasih sapu itu sama Mama. Biar Mama yang nyapu kalau Mei nggak mau nyapu di rumah ini." Mama Reika serta merta menaruh Stefan di sofa, melepaskan gandengan Laura dan meraih paksa sapu dari tangan anak laki-laki semata wayangnya.

" Ma! Sudah kubilang, kan? Kalau mau dateng itu ngabarin dulu! Telepon dulu kan bisa... Mama kan bukan hidup di jaman purba, nggak bisa telepon, nggak bisa ngasih tau dulu kalau mau dateng...!" Davin menolak menyerahkan sapu dan malah menghardik Mamanya dengan agak keras.

" Buat apa ngabarin? Supaya Mei bisa pura-pura rajin ngurus rumah? Gimana sih, Mei ini. Sekalinya suami di rumah, harusnya Dia lebih bisa ngurus-ngurus rumah. Mana Mei? Mana Dia...?"

Up & Down Lockdown [TAMAT]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें