Part 1

37.3K 3.2K 90
                                    

Fajar Baru saja terbit namun Retno masih saja tertidur di dalam kamarnya, hingga suara yang melengking sampai terdengar kedalam telinganya.

“RETNO BANGUN UDAH JAM BERAPA INI KATANYA ADA OSPEK CEPAT BANGUN!!!”. Yup itu bundanya teriak dari bawah sana dan Retno pun bangun dengan tergesa-gesa.

“IYA BUNDA RETNO UDAH BANGUN”

Pukul 06.30 pagi Retno pun berpamitan dan pergi untuk ke kampusnya “Bunda, Ayah, aku pamit yah, dah bunda, dah ayah” terus mencium dahi bundanya dengan sayang.

"Hanya bunda yang dicium? Untuk ayah mana?" Seketika Retno pun terkekeh geli mendengar apa yang ayahnya katakan. Kemudian Retno pun mencium pipi ayahnya dengan sayang.

“iya sayang hati-hati perginya”

Retno sudah berada di depan gerbang Universitas Indonesia dan berbagai atribut seperti, topi dari separuh bola, serta papan nama dari triplek. Universitas Indonesia adalah salah satu kampus favorit yang letaknya di Kota Depok, Jawa Barat tepatnya diperbatasan antara Depok dengan wilayah Jakarta Selatan. Universitas Indonesia dianggap salah satu dari 3 perguruan tinggi papan atas di Indonesia.

“Cepat, cepat, masuk ke barisan sesuai jurusannya masing-masing!! Kalian ini masih pagi aja lelet banget sih!!” seorang pemuda berjas Almameter sudah berteriak mengarahkan maba yang baru datang. Lelaki tinggi itu menghampiri Retno yang masih memasang muka bingung di depan gerbang kampusnya.

“Retno Dewana”. Panggilnya.

“Hah? Saya bang?” Tunjuk Retno pada dirinya sendiri sambil memasang muka bingungnya.

“bukan dek tadi abang manggil dibelakang kamu, ya kali abang manggil orang lain selain kamu disini, kamu benarkan Namanya Retno Dewana?”

“Eh? Lah kok abang tau nama saya?

“Nametagmu bodoh”

“Eh.. iya bang” yang lebih muda tertawa malu sambal menggaruk pipinya yang tidak gatal.

“ngapain masih disini? Cepet masuk kebarisan jurusan kamu karena bentar lagi acara pembukaannya akan segera dimulai”

“Baik bang kalau begitu saya permisi” Retno membungkuk sopan melewati katingnya. Setidaknya dia harus berperilaku baik didepan katingnya untuk menjaga imagenya sebagai mahasiswa baru.

Acara pembukaan Ospek dimulai jam setengah delapan tepat, menunggu sang rektor untuk membuka acara.

Seusai amanat dari pak Indrawan yang jika dibukukan setebal buku sejarah itu, para anggota BEM mulai maju memperkenalkan diri mereka satu persatu. Mulai dari yang berwajah tegas namun terlihat menggemaskan ketika tertawa, dia adalah Rian sang wakil ketua BEM. Lalu beralih kepada pemuda tinggi yang Retno temui Namanya Reynaldi. Ada juga sekretaris mereka yang cantik Bernama Ruri. Berlanjut kepada gadis kecil lucu dan imut namun kilatan matanya menunjukkan ketegasan yang tak bisa disembunyikan, Namanya Putri si bendahara. Kemudian pada pemuda tinggi itu berwajah datar dan terlihat dinggin itu yang memperkenalkan dirinya sebagai Ketua BEM, yang Bernama Putra Sanjaya. Sampai kepada pemuda berwajah dingin itu, konsentrasi Retno pecah. Sudah tak peduli pada siapa-siapa nama para anggota BEM selanjutnya yang diperkenalkan, padahal nama kating itu sangatlah penting untuk kedepannya.

(Dasar Retno liat yang cakep sedikit matanya gak bisa focus)

Retno sudah tidak sabar ingin duduk dan berteduh ini sudah lebih dari satu jam dia berdiri dan kepanasan. Kakinya sudah tidak bisa diajak kerja sama sehingga dia melakukan Gerakan-gerakan sekali putaran, setengah putaran bersihkan sel kulit mati dan kotoran. (Eh bentar kok lu ngiklan sih Retno), lanjut. Gerakan-gerakan kecil dengan melompat dan jongkok atau maju mundur syantik agar kakinya tidak kesemutan.

“Hei….. lu bisa diam gak sih, risih gue mandangnya”.
Seorang pemuda berkulit putih dari tadi berdiri disampingnya melihat kegiatan Retno dengan jengah.

“maaf yah, kaki aku pegel. Kenapa acara pembukaanya lama banget sih udah panas banget lagi” tidak tahu malu sekali si Retno ini. Mengeluh pada orang yang belum dikenalnya.

“tapi tenang sedikit bisakan? Nanti kalau dilihat sama kating galak lu bakalan dimarahin nanti.” Sang pemuda putih memperingati sambil mencoba memelankan suaranya.

“hai gue Surya, nama lu siapa?” sambungnya sambil mengulurkan tangan pada Retno.

“hai aku Retno, salam kenal Surya” Retno membalas dan menjabar tangan Surya sebagai tanda perkenalan mereka disertai senyum manisnya.

Keduanya terlibat obrolan seru sambil mendengar arahan dari ketua BEM (dengan berbisik tentunya) tanpa mereka ketahui ada seorang pemuda dibarisan anggota BEM ada yang memperhatikan mereka sambil tersenyum samar.

TBC

Terimakasih yang sudah mau mampir

Ketua BEM Is My Boyfriend {END}✔️Kde žijí příběhy. Začni objevovat