Part 12

14.7K 1.2K 43
                                    

Senin telah tiba, Retno siap-siap untuk pergi ke kampusnya. Setelah selesai bersiap diri, dia akhirnya turun untuk sarapan.

"Pagi bunda, ayah, Iki. Retno sarapan roti aja yah, Retno duluan, assalamualaikum." Ucap Retno kemudian dia pergi ke depan komplek untuk menunggu jemputan.

Setelah menunggu sepuluh menitan, Putra datang dengan motornya, kemudian dia memberikan helmnya pada Retno. "Nih dek pakai, jangan lupa pegangan." Retno masih aja malu-malu dengan perlakuan pacarnya ini.

Hening di motor, tidak ada yang berbicara mereka tengah asik berpikir sendiri. Setelah 20 menit perjalanan mereka, akhirnya mereka sampai dikampus. "Dek, nanti jangan lupa liat Abang yah." Ucap Putra dan hanya diangguki oleh Retno kemudian tersenyum hangat.

~~~~

Putra sampai di depan kelasnya, dia disambut dengan teman absurdnya. "Hei, gimana berhasil nggak?" Tanya Rian, dan diangguki oleh Putra.

"Wah, udah official aja hahaha, nanti bawa main dong sama kita." Ucap Reynaldi. Dan satu geplakan sayang dari Putra.

"Enak aja lu, ntar lu demen."

"Dih, posesif bener, gue aja udah pernah ketemu juga." Bales Rey.

"Udah-udah, mending kita siap-siap untuk tampil nanti." Ucap Rian, menengahi perdebatan tidak ada gunanya dari teman-temannya itu.

~~~~~

Disatu sisi, Retno sedang asik mengobrol dengan Surya dan Aldi, mereka sedang asik apa saja yang akan mereka ikuti nanti.

"Kalian serius mau ikut ekskul masak juga?" Tanya Retno, dan diangguki oleh Surya dan Aldi.

"Iya, gue ikut masak, sekalian buat belajar mandiri." Jawab Aldi. "Nah lu Sur, lu ngikut masak buat apa?" Lanjut Aldi.

"Gak tau deh, gue ngikut aja sebenarnya, gue ngikut 2 kok, 1 basket 1nya lagi masak, jadikan masih bisa gitu belajar masak sambil main" Jawab Surya dan diangguki saja sama kedua temannya.

"Eh yuk kita ke lapangan, bentar lagi basket tampil." Ucap Aldi. Kemudian mereka bertiga pergi ke lapangan untuk melihat penampilan basket.

~~~~~

Mereka bertiga, Retno Aldi dan Surya telah sampai di gedung basket, mereka duduk di tribun yang memang telah disiapkan oleh pihak panitia. Retno melihat ke lapangan, disana sudah ada Putra yang tersenyum memandang Retno. Retno membalas senyuman dan melambaikan tangan.

Disisi lapangan, Rian dan Rey melihat Putra senyum, kemudian mereka berdua melihat ke arah dimana disana sudah ada Retno dan kedua temannya. Rian dan Rey terpesona dengan kedua temannya Retno, sampai mereka tidak sadar dengan atensi teman lainnya, mereka bertiga menjadi pusat perhatian mahasiswa di tribun.

"Kyaaa, bang Putra liatin gue nih pasti "

"Gue kalii, kan gimana juga gue cantik."

"Heleh alibi lu aja tuh, dia tuh liat gue tau."

"Temannya bang Putra gak kalah ganteng."

Teriakan penonton di tribun. Aldi yang mendengar keributan tersebut misuh-misuh. "Apasih, kayak cacing kepanasan aja, kayak belum pernah diliatin, nggak jelas banget, gak suka deh gelayyyyyy." Ucap Aldi, ingin rasanya dia membakar semua orang yang ada di tribun tersebut.

Pertandingan saudara pun dimulai, tim Putra sedang memegang bola. Putra disana sedang menggocek tim lawan dengan keahliannya. Dia mengoper bolanya ke Rey, kemudian Rey memasukkan bolanya ke ring.

Pertandingan terus berlanjut sampai dimana, point seri dan waktu menunjukkan sisa 1 menit. Putra dengan keahliannya menggocek lawan pun dengan asiknya menyelinap dan masuk, dia tidak sadar jika ada seseorang yang sedang memerhatikan dia dan tidak lama, orang tersebut mendorong Putra dengan kuat mengakibatkan, kakinya terkilir. Lapangan tersebut menjadi rame dengan jatuhnya Putra, pertandingan diberhentikan. Orang yang mendorong Putra hanya memasang senyum seolah tidak merasa bersalah.

Bughhh

Rian geram kemudian memukul wajah pria tersebut, sampai terjatuh dan keluar darah disudut bibirnya. "APA MAKSUD LO HAH?!" Teriak Rian, sambil memegang kerah pria tadi.

"Cihh.... Cupu amat, didorong begitu aja udah terkilir." Ucap remeh pria tadi.

"Sini lu, Yak, gue dorong gimana, apa masih bisa jalan santai?" Sarkas Reynaldi

Arya, nama pria tadi, kemudian dia pergi dari lapangan tersebut. Putra dibawa ke tempat ruangan kesehatan. Disana sudah ada Retno yang terlihat panik dan cemas melihat keadaan pacarnya.

"Mas gimana, masih sakit, kamu jangan begini dong, hiks." Ucap lirih Retno, dia tidak tega sama pacarnya, baru kali ini dia menangis untuk orang lain selain keluarganya.

"Ehh.. kenapa nangis? Mas gak papa kok, udah dong gak usah nangis." Ucap Putra lembut, sambil mengelus pipi Retno, sang empu yang dielus masih sesenggukan. Dilain sisi teman-teman Retno yang melihat kejadian tadi matanya melotot dan mulutnya menganga.
(Masuk lalat nanti baru deh keselek)

Rian dan Reynaldi melihat pemandangan di depan mereka, yah disana ada teman-teman Retno, mereka gugup sekaligus malu-malu.
"Ohh.. shit kok manis" batin keduanya.

Putra yang melihat teman-temannya, cuman bisa terkekeh geli. Retno yang melihat Putra tertawa inisiatif bertanya.
"Kenapa mas?" Yang ditanya menjawab sambil menunjuk teman-temannya yang sedang asik menatap Surya dan Aldi. Retno yang melihat itu terkekeh geli juga.

Setelah selesai dipijat, mereka ber-enam pergi dari ruang kesehatan, mereka menuju parkiran motor, Putra dibopong Rian keluar, Retno tengah asik menunduk. Yah gimana, wong Aldi sama Surya menatap tajam minta penjelasan pada Retno.

"Udah dong, kasian tuh Retnonya, ditatapin kek gitu." Bela Putra, dia Antara kasian sama mau ketawa liat ekspresi memelas Retno.

"Yah gimana yah bang, kami masih bingung, kok kalian berdua akrab banget." Jawab Aldi, dan diangguki Surya.

"Ohh gitu toh, Abang nih sama temenmu itu... Pacaran." Jawab Putra mantap, Retno mukanya memerah menahan malu. Surya dan Aldi seketika cengo, 'what ketua BEM pacaran sama sahabat kita'.

"Bener No, lu pacaran sama bang Putra?" Surya yang masih tidak percaya dengan jawaban kakak tingkatnya.

"Hehehehe iya, maaf bukan nggak mau ngasih tau, cuman aku takut aja kalian nggak percaya." Balas Retno, sambil tersenyum.

Rasanya dunia kedua temannya terhenti, berita yang sangat mengelegar halilintar. Muka Aldi dan Surya seketika mengeram, kemudian Aldi menjewer telinga Retno sampai merah. "Bagus yah loh, nggak cerita-cerita, yah kan tinggal cerita aja percaya nggak percaya yah itu urusan kami. Duh No, gue seneng banget, temen cantik kami udah ada pawangnya." Retno ingin rasanya memukul kepala Aldi bisa-bisanya bilang dirinya 'Cantik' hei dia nggak sadar diri apa.

"Hehehehe, lu kapan Al? Kan lu cantik juga." Jawaban Retno sukses membuat Aldi kesel+gemes.

"Bentar lagi kok, sabar aja yah No, oh ya kenalin Gue Rian dan ini Reynaldi, panggil aja Rey." Jawab Rian, dan sukses membuat Aldi memerah mukanya, oh ayolah, Aldi lu kayak perawan digodain aja.

"Hai bang, kenalin aku Retno, dia Aldi, dan disebelahnya Surya." Ucap Retno sambil tersenyum. "Eh No boleh nggak sih, temenlu satunya gue gebet." Tanya Rey, dan dihadiahi muka terkejutnya Surya.

Putra hanya tertawa melihat kedua temannya, yang sedang kasmaran, yah semoga aja mereka bisa dapat tuh dua cowok manis mereka.

Mereka akhirnya sampai di parkiran motor. "No makasih yah, mas pulang dulu, hati-hati pulangnya, Sur, Al, titip Retno." Senyum Putra, Surya sama Aldi memberikan Jempol sebagai jawaban mereka. Putra beserta dua curutnya pun pergi dari kampus tersebut.

"Yuk pulang." Ajak Retno, dan diiyakan oleh kedua temannya.

Diujung sana, seseorang sedang melihat ke arah mereka tidak suka.
"Cihh, Putra milik gue, gak ada yang boleh selain gue." Setelah itu dia pergi dari tempatnya.

T
B
C

Hayu siapakah itu

Terimakasih sudah mau mampir, stay health

Ketua BEM Is My Boyfriend {END}✔️Where stories live. Discover now