Part 15

16.5K 1K 9
                                    

Jam menunjukkan pukul 3 sore, Retno dan kedua temannya akan pulang menggunakan mobil Surya, mereka sudah janjian untuk pulang bersama. Setelah sampai di parkiran, Aldi melihat Saras sedang berbicara dengan seorang wanita di dekat parkiran tersebut, Saras beserta cewek tadi sedang mengobrol sesuatu yang misterius.

"Eh guys, gue kesana dulu yah, misi pertama nih, kalian duluan aja, nanti gue nyusul." Ucap Aldi, ngerti maksud dari Aldi, Retno dan Surya kembali melanjutkan perjalanan mereka ke arah mobil Surya parkir.

Aldi sedang bersembunyi di tong sampah dekat dengan Saras dan cewe tadi. "astaghfirullah kalau gue gak mau bantuin Retno, gue udah pulang kali, duh bau banget anjirrr." Aldi misuh-misuh. Aldi merekam semua percakapan antara Saras dan cewek tadi, Saras dan cewek tadi pun pergi ntah kemana, Aldi tersenyum puas setelah mendengar rekaman yang dia ambil. "hahahaha, lu mau main adu domba yah, gue simpan ini sebagai perlawanan buat Retno dan bang Putra. Aldi pergi dari tempat bau tadi menuju parkiran dimana mobil Surya terparkir.

"Guys, capcus kita pulang, eh tapi sebelum pulang kita makanlah dulu okay " Aldi bersuara pertama.

"Eh boleh juga, tapi ke mall yah abis itu mau beli barang nih gue." Jawab Surya, dan disetujui oleh keduanya. "Okay kita berangkaattttt, tancappp gassnya Surrrrr." Mereka pun pergi dari kampus tersebut untuk melakukan jadwal yang mereka siapkan tadi.

Mereka telah sampai di mall matahari, mereka memandang barang barang bagus di toko-toko tersebut. Mereka berhenti di toko aksesoris. "Wah gelangnya cantik, bentuk kelinci." Puji Retno.

"Bagus yang ini No, bentuk kucing gelangnya."-Aldi

"Gak yah, bagus tuh beruang kutub, nih lucu."-Surya

Mereka berantem hanya masalah bentuk dari gelang tersebut, para pegawai toko yang melihat mereka bertengkar merasa gemes sekaligus kesal, yah gimana cuman bentuk gelang aja mereka berantem. Tidak lama salah satu pegawai toko tersebut menghampiri mereka. "Permisi kakak, gelang yang kalian pilih bagus-bagus kok, kalian jangan berantem, kalian kan punya kesukaan masing-masing, jadi gelang apa yang kalian pakai pasti bagus ditangan kalian." Ucap pegawai toko tadi, membuat Retno, Surya, Aldi menunduk malu.

"Makasih bang, saya beli gelang ini yah, kalian juga beli aja, aku yang bayar." Aldi dan Surya tentu saja senang dong, kapan lagi kan dapat gratisan.

Setelah dari toko aksesoris tadi, mereka bertiga mampir untuk makan di mall tersebut. Mata Retno melihat siluet dari seseorang, yah disana ada abangnya Satria sedang berjalan dengan seorang pria manis. "Guys, aku kesana dulu ada bang Satria tuh." Ucap Retno dan diangguki saja oleh keduanya.

Retno menyusul Satria dan memanggilnya. "Mass Satriaaaa!." Teriak Retno, dan sang empu yang dipanggil langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Satria kaget dong, kan rencana buat ajak jalan Retno nanti malam.

"Loh dek ngapain kamu disini?" Tanya Satria, pertanyaan Satria ditepis oleh Retno, Retno sedang memandang pria yang diajak oleh abangnya tersebut.

"Nama kakak siapa?" Tanya Retno.

"Nama kakak Rio, nama kamu siapa?"

"Aku Retno kak, adiknya mas Satria. Hmmm kakak pacar mas Satria yah." Satria melotot mendengar penuturan adiknya tersebut. Rio mendengarnya juga sama kagetnya.

"Loh dek, kok kamu nebaknya begitu?" Tanya Satria.

"Ihhh mas mah, santai aja kali, kalau memang kak Rio pacar mas, yah gpp, soalnya kak Rio manis hehehe, cepet atuh mas nikah biar gak jadi perjaka tua." Mendengar penuturan adiknya itu, membuat Satria hampir menangis, dia takut keluarganya gak suka sama orientasi seksual dia, selama ini dia pacaran sama Rio udah hampir 3 tahun, Rio anak yatim piatu, orang tua Rio meninggal beberapa bulan yang lalu. Ayahnya Rio berpesan bahwa Satria harus selalu menjaga Rio kemanapun dia pergi, jadi deh sekarang dia berada disini sama Satria, dia menyewa kost untuk tinggal.

"Kak Rio, jawab dong, aku mah gpp kalau Kaka pacarnya mas Satria." Rio tersenyum tulus kepada Retno.

"Iya kakak pacarnya Abang kamu, kami udah pacaran 3 tahun dek." Retno menjewer telinga abangnya karena kesal.

"Awwww duh dek, kok telinga mas dijewer, sakit loh astagfirullah." Adu Satria.

"Oh ini alasan mas gak pulang 2 tahun? Ish kalau mas pulang kan aku bisa main sama kak Rio, aku aduin sama bunda yah mas, kak Rio yuk kita pergi ke sana, temenku nungguin aku." Retno menarik Rio menuju ke tempat temannya menunggu. Satria meringis kesakitan dibagian telinganya, senyum tulusnya juga mengembang, dia pun langsung menyusul adiknya dan Rio.

"Hii guys, kenalin nih calon kakak ipar aku." Retno mengajak Rio untuk duduk disebelahnya.

"Nama kaka siapa? Kakak cantik." Ucap Aldi. "Ngaca anjeng lu juga sama." Hardik Surya, dan membuat Rio tertawa karena tingkah mereka.

"Nama kakak Rio, nama kalian siapa?"

"Saya Aldi, dan ini Surya kak, temen Retno." Jawab Aldi dan diangguki oleh Rio.

Satria sampai di tempat para Cocan berkumpul, disana dia memperkenalkan diri sebagai abangnya Retno+pacarnya Rio.

"Eh udah sore nih, kita pulang yah." Ajak Satria. Kemudian mereka pun pergi dari mall tersebut.

"Satria, aku sama temennya Retno yah si Surya sama Aldi, arah rumahku sama mereka searah, jadi kamu gak usah repot-repot lagi ngantarin aku, aku duluan yah byee." Tersisa Retno dan Satria berada di parkiran, Satria kemudian mengajak Retno untuk masuk ke mobilnya.

"Mas aku mau bakso, beli bakso dulu dong mass." Rengek Retno, dan dihadiahi cubitan di pipinya Retno. "Kamu baru makan loh dek tadi, nanti melar kamu baru tau." Retno kesal dong dikatain begitu sama abangnya.

"Oh ya No, kok Nono bisa tau, kak Rio pacar Abang?" Tanya Satria.

"Owh insting aja sih mas, soalnya aku juga udah ada pacar kok." Satria kaget dong, yah gimana adeknya udah official aja sama orang, Retno tuh orangnya belum pernah pacaran, katanya belum sreg sama dihatinya.

"Ohh udah ada pacar toh pantes aja, cantik gak pacarnya?"

"Gak mas, pacarku ganteng." Sekali lagi Satria kaget karena penuturan Retno.

"Pacar kamu cowok No?" Tanya Satria, dan diangguki oleh Retno. "Pantas aja kamu bisa nebak, toh kamu juga sama kayak mas." Setelah sampai di tempat bakso langganan keluarganya, Retno dan Satria pun turun.

Saras tidak sengaja sedang jalan santai di dekat warung bakso tadi, dia melihat Retno dan cowok tadi pagi. Senyumnya Saras mengembang lagi, dia kemudian memfoto kegiatan yang dilakukan oleh Retno dan cowok tersebut. "Wahh, si Retno sama cowok yang tadi pagi, makin banyak gue bukti untuk jatuhin elu No, belum lagi skenario yang gue buat. Ucap sampai jumpa deh sama Putra." Saras pun melanjutkan kegiatan berjalannya tadi.

Retno dan Satria sampai rumahnya dengan selamat, bundanya menyambut mereka dengan hangat. "Wah bakso, makasih loh, ibu pengen bakso tadi, eh kesampaian juga." Ucap ibu Retno.

"Anggap aja ini hadiah buat bunda, bentar lagi mas Satria gak perjaka tua." Setelah itu Retno pun berlari, dia gak mau dipukul sama abangnya.

"Tolong jelasin ke bunda, maksud Retno bang?" Satria hanya menghela nafas kemudian menceritakan semuanya. Ibunya Retno hanya tersenyum. "Duh mas, kamu toh udah gede masa gak berani sih mau jujur sama bunda, gpp kok, tuh liat adik kamu si Retno dia aja baru pacaran udah berani bilang sama ibu, ngomong-ngomong pacar kamu mana? Ibu mau ketemu dong." Senyum Satria mengembang, kemudian dia memeluk ibunya tersebut. Dia bersyukur ada orang tua yang masih sayang dan peduli sama anaknya, walaupun dia berbeda, bukan berbeda karena fisik, tapi berbeda karena tidak bisa mencintai seseorang pada umumnya

T
B
C

Terimakasih sudah mau mampir, beberapa chap lagi akan masuk dimana kehancuran seseorang siapakah itu?

Yuk selalu jaga kesehatannya.

Ketua BEM Is My Boyfriend {END}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang