13

27 18 0
                                    

"Masuk aja, pintunya nggak di kunci kok." Barra mengangguk singkat sembari tersenyum tipis ke arah Bunda si kembar. Pagi-pagi sekali, Barra di bangunkan dengan sebuah panggilan dari Ashley. Tapi waktu dia angkat dengan nyawa yang sudah terkumpul sepenuhnya, Ashley justru mengakhiri panggilan.

Barra marah, tapi nggak jadi waktu Mamanya bilang Ashley lagi sakit. Selepas tidur setengah jam, mandi dan sarapan, Barra segera meluncur ke rumah Ashley sambil membawa titipan Mama buat Bunda si kembar.

"Woy." Barra berjalan mendekat ke ranjang Ashley. Si empu kayaknya nggak sadar karena masih terus memejamkan mata sembari memeluk gulingnya erat.

Barra seketika heran sama tingkahnya. Ngapain gue repot-repot jenguk ini bocah, ya? Pikirnya.

Apa gue beneran suka sama dia?

"Oh, Barra, ngapain ke sini?" Suara Ashley terdengar, memecahkan kegiatan membatin Barra. Barra mendekat, "Mau ngelabrak orang yang berani ganggu tidur gue."

Mendengar itu, Ashley tertawa kecil. Wajahnya memerah di bagian hidung karena pilek yang cukup parah. Sebuah bai bai fifer terpasang di jidat Ashley yang tak tertutup rambut. Gadis itu tertidur di balut selimut tebal.

"Hehe, sorry, tadi tuh gue mau nelpon Arya, cuman nyawa gue masih setengah, jadi kena panggil elo." Tuturnya sembari mengubah posisi tidurnya. Awalnya menghadap ke kanan beralih menatap ke langit-langit kamar.

"Halah, alasan. Bilang aja kangen gue. Sejak kapan sakit?" Balas Barra sedikit mencibir di awal, kemudian beralih bertanya ketika Ashley menatapnya sengit. "Eum... Nggak tau sih. Kayaknya sejak kemarin pulang dari rumah lo."

Barra mengangguk-angguk sambil mengelus surai pirang sang pacar. Ashley sendiri mulai memejamkan matanya dan menikmati elusan di kepalanya itu.

Srek!

"Hng?" Ashley menggumam pelan di tengah pejamannya ketika tak lagi merasakan elusan di kepala. Namun ia enggan membuka mata hingga merasakan sesuatu memeluknya erat.

Ashley membuka matanya. Mendapati Barra merebahkan diri di sampingnya sembari memeluk Ashley dari samping.

"Eh?" Ashley terkejut. Ia pun menggeser agar Barra mendapatkan lebih banyak ruangan.

"Ngapain peluk-peluk? Ntar ketularan." Ashley bertanya sembari mengelus surai pirang Barra. Ia baru sadar, Barra mengecat warnanya persis seperti miliknya. Di tambah surai Barra sedikit panjang.

Bukannya menjawab, Barra justru menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Ashley. Membuat gadis itu menggeliat geli sebentar.

"Lo kenapa sih? Minggir deh, ntar lo ketularan." Ujar Ashley sembari menjauhkan kepala Barra dari dirinya. Namun karena sakit dan belum sarapan, tenaganya tak cukup kuat untuk melakukan itu. Karena setelah berhasil menjauhkan kepala Barra, Barra meletakkan dagunya di bahu sempit sang pacar.

"Yaudah, biar gue ketularan, terus lo sembuh. Selesai." Ucap Barra sedikit terendam. Ashley memukul kepala belakang Barra pelan. "Ngawur."

"Udah ish, diem aja, gue elusin rambut lo. Terus lo tidur." Titah Barra. Ashley mengangguk pelan kemudian mulai memejamkan kembali matanya ketika di rasa tangan besar Barra mengelus surainya secara lembut.

Tepat ketika Ashley jatuh ke mimpinya, Barra menggumam pelan. "Jangan sakit lagi, ya, cantik. Cepet sembuh."

[✓] 𝐁𝐄 𝐇𝐎𝐍𝐄𝐒𝐓Where stories live. Discover now