19

11 14 0
                                    

"Ashley, ayo turun, nak. Keluarganya Barra udah datang." Ayah muncul di ambang pintu kamar Ashley yang terbuka. Sedangkan sang empunya sibuk menyisir rambut setelah selesai mengeringkannya dengan hair dryer.

Ashley mengangguk, "Ayah duluan aja." Ucapnya. Ayah menggeleng. "Nanti kamu malah kabur. Ayo, udah rapi kok."

Terpaksa Ashley mengikuti ayah dari belakang setelah selesai menyisir rambut. Tak perlu waktu lama, keduanya akhirnya sampai di ruang tamu.

Sebenarnya Ashley nggak paham, kenapa dia harus ikut ngumpul disini. Padahal niatnya mau streaming netflox sampai tengah malam. Tapi tiba-tiba bundanya bilang bahwa ia harus ikut ngumpul. Terpaksa Ashley harus merapikan diri karena yang datang nggak hanya Barra, tapi juga kedua orangtuanya.

"Baiklah, bisa langsung di mulai, Barra." Tukas Papa Barra. Barra mengangguk. "Jadi, hadirnya saya dan keluarga saya adalah untuk melamar Ashley."

"Hah?"

🍒🦉

Ashley dan Barra saling diam. Saat ini mereka tengah duduk di bangku taman, seperti kejadian Ashley mengajak Barra untuk putus. Sejak perjalanan dari rumah, keduanya tak saling berbicara. Bahkan Ashley tak ada sedikitpun menoleh pada Barra.

Barra mau sakit hati, tapi pasti Ashley lebih sakit hati. Gadis itu terlihat marah setelah ia  menerima lamaran Barra diwakili oleh ayahnya. Tapi Barra nggak yakin pasti apa yang membuat gadis itu marah.

"Jadi. Atas dasar apa lo ngelamar gue?" Ashley membuka pembicaraan. Barra menoleh dan melihat Ashley mendongakkan kepala sedikit. Ia ikut menatap apa yang Ashley lihat. Ah, rupanya bintang kecil satu-satunya yang menghias malam. Barra membatin, Kayak waktu dia mutusin gue.

"Karena... Gue cinta sama elo." Tutur Barra. Ashley tertawa pelan, "Gue kira lo bakal dapet dare nikah sama gue 10 hari terus cerai."

"Segitu bencinya elo sama gue?" Balas Barra dengan suara pelan. Jujur, hatinya kembali tercubit mendengar penuturan sang mantan.

Ashley menggeleng. "Nggak. Gue nggak benci lo. Bahkan setelah kita putus." Ungkapan Ashley mampu membuat Barra terkejut. Tapi ia memilih diam, menunggu Ashley selesai berbicara.

"Gue kira, gue masih benci setelah kita putus. Tapi ternyata gue salah. Perasaan baru muncul dan mendiami hati gue bahkan sampai saat ini." Tutur Ashley yang perlahan suara memelan. "Makanya tadi gue nanya. Gue takut perasaan yang udah gue jaga bakal rusak karena mendapat kepalsuan."

Barra tersenyum. Ia menangkup kedua pipi Ashley. Menatap manik tajam Ashley yang pernah menjadi miliknya selama 10 hari ketika SMA dulu. Ashley tersenyum kecil.

"Ayo saling mencintai, sampai maut memisahkan."




Omake

"Katanya Arya, lo mau nikah. Sama sapa?" Ashley bertanya. Saat ini kedua pasangan itu dalam perjalanan pulang kembali ke rumah. Barra mengeryit heran mendengar pertanyaan Ashley.

"Sama lo. Makanya gue ngelamar elo." Tutur Barra. Ashley terdiam, kemudian mencubit pipinya. "Gue mimpi apa semalem kok jadi goblok gini sih?"

Barra tertawa pelan, kemudian ikut mencubit pipi Ashley. "Lo makin tembem aja. Ati-ati gendut."

"Lo lupa? Gue susah gendut. Harusnya lo ngomong gitu ke Fikka. Kasian dia, ngeluh pengin diet terus."

"HAHAHAHA."



- fin -

a/n: akhirnya tamat juga cerita ini. maaf ya kalo tijel, soalnya saya juga lagi bikin project. doain projectnya cepet selesai. udah ya, terimakasih yang sudah berminat membaca cerita ini.

maaf kalo ada kesalahan kata atau alur cerita yang nggak jelas dan terkesan memaksa.

saya selaku author cerita ini, pamit undur dulu. babai👋

[✓] 𝐁𝐄 𝐇𝐎𝐍𝐄𝐒𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang