TF: 08

288 36 21
                                    

Happy reading~

Krist saat ini sedang di kantin menunggu kehadiran Gun dan New lebih tepatnya New karena dia ingin menagih janji, ya walaupun janji New kepada Gun tapi tak apa sebab ia juga kecipratan rezeki juga karena itu.

'Selagi gratis kenapa ditolak bener nggak?' batin Krist.

Saat sedang menunggu ada yang menyentuh bahunya membuat Krist tiba tiba menepis tangan yang ada di bahunya lalu berbalik untuk melihat siapa yang berani menyentuh bahunya.

"Au.. P'Sing, maaf na.. Kit menepis tangan Phi" ujar Krist dengan menunduk.

"Nggak papa Krist, Phi yang salah langsung nyentuh kamu tadi" ujar Singto.

'Sumpah nggak nyaman banget pakai aku-kamu kayak gini' batin Singto. Sedangkan Krist yang melihat dari raut wajah Singto yang tak nyaman langsung mengerti jika Singto sedang tak nyaman.

"Kalo Phi nggak nyaman pakai aku-kamu nggak papa kok pakai lo-gue aja" ujar Krist bagai bisa membaca pikiran Singto.

"Bener nih nggak papa?"

"Bener Phi nggak papa, P'New aja sering pakai lo-gue sama Kit"

"Ya udah, gue boleh gabung kan Krist?" Tanya Singto (tapi nyerempet basa basi kali ya)

"Boleh Phi" jawab Krist. Lalu Singto dengan cepat duduk di sebelah Krist mana mepet banget.

"Loh kok pindah Krist?" Tanya Singto karena Krist tiba tiba pindah duduk dihadapannya.

'Ya jelas gue pindah Lo mepet banget' batin Krist tentunya.

"Kata P'Gun nggak boleh deket deket sama orang yang baru dikenal Phi" jawab Krist sambil tersenyum manis.

'Gun anjing, kenapa ngajarin yang nggak bener sih?' batin Singto.

"Oh gitu ya" ujar Singto dan dijawab anggukan oleh Krist.

"Phi kok nggak bareng P'Tay sama P'Off?"

"Off sama Tay lagi ada urusan sebentar, nanti juga ke sini" jawab Singto. "Terus kok Lo sendirian di sini Krist?" Lanjut Singto.

"P'Gun sama P'New masih dikelas mungkin Phi"

"Krist boleh nggak gue minta nomor Lo?" Tanya Singto. Sedangkan Krist hanya diam menatap Singto mungkin lebih tepat ke orang yang sedang berdiri dibelakang Singto.

"Nggak!" Tolak Gun dari belakang Singto. Membuat Singto terkejut.

"Kenapa?" Tanya Singto sambil menatap Gun yang berjalan menuju kursi di sebelah Krist.

"Karena memang nggak boleh" jawab Gun.

"Kok gitu?" Tanya Singto.

"Karena nomor Krist nggak gratis" jawab New asal.

"Jadi harus bayar gitu?" Tanya Tay setelah mendengar nomor Krist tidak gratis. Sambil duduk dihadapan New.

"Iya" jawab New sepontan, membuat Gun dan Krist menatap dirinya.

"Tapi P'New-"

"Suuttt.. Ini urusan orang gede anak kecil diem aja" ujar New sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir Krist.

'Ayo buat ATM berjalan' batin New sambil tertawa jahat.

"Oke, biar gue yang bayar. Berapa memangnya harga nomor Krist sekalian Nomor Lo sama Gun?" Tanya Off.

"Kok gue juga?!" Tanya Gun.

"Karena nggak lengkap kalo cuman nomor Krist doang, kan kalian bertiga satu paket" jawab Off kelewat santai.

"Bayarin kita bertiga makan siang 1 bulan penuh" jawab New.

"Apa?!" Ujar Krist dan Gun sedikit berteriak.

"New tarik lagi omongan Lo tadi" ujar Gun.

"Lah kok gitu?"

"Karena gue masih mampu banget bayar makan siang gue sendiri"

"Iya P'New, Kit juga masih mampu bayarnya kok"

"Nggak, kalian harus ikutin omongan gue" ujar New sedikit memaksa.

'Kapan lagi kan makan gratis sebulan penuh' batin New.

"Tapi New-"

"Oke, gue bayarin 1 bulan penuh" jawab Off menyanggupi permintaan New.

"Heh! Lo bego banget sih, dia itu cuman manfaatin Lo bangsat!" Maki Gun.

"Gue tau kok dia manfaatin gue..." Jeda Off. "Tapi nggak papa mungkin ini cara Tuhan untuk ngabisin duit gue yang nggak abis abis" lanjutnya membuat Gun dan Krist melongo mendengar jawaban dari Off.

'Kok gue ngerasa jadi kaum dhuafa ya' batin New.

"Serius P'Off nggak usah" ujar Krist.

"Nggak papa Krist ini juga demi kebaikan temen gue" ujar Off sambil menepuk bahu Singto.

"Maksudnya?" Tanya Krist.

"Emm... Kan Singto pengen temenan sama Lo Krist" jawab Off sedikit gelagapan.

"Oh"

'Gue yakin dia bohong' batin New sambil menatap Off penuh curiga.

"Kalian mau mesen apanih? Biar kita bertiga yang pesenin" tanya Tay.

"Gue nasi sama ayam bakar minumnya jus mangga" jawab New membuat Gun menatap tajam ke New. Sedangkan Gun dan Krist hanya diam.

"Kalian berdua mau pesen apa?" Tanya Off.

"Gue nasi sama telor dadar minumnya jus jeruk" jawab Gun.

"Kit nasi sama telur mata sapi minumnya air putih aja" jawab Krist.

"Loh Kit nggak minum-"

"Nggak Phi, Kit lagi nggak pengen itu" jawab Krist sebelum Gun menyelesaikan pertanyaannya.

"Oke tunggu sini ya" ujar Singto mewakili yang lain lalu pergi meninggalkan meja itu.

Plak

"Auch Gun!" Ujar New sambil mengusap tengkuknya yang ditampar oleh Gun.

"Itu hukuman untuk Lo" ujar Gun sambil menatap tajam New.

"Mereka aja nggak marah kenapa jadi Lo yang marah?"

"Karena mereka nggak marah yang buat gue marah. Lagian seharusnya Lo yang traktir gue sama Kit bukan mereka"

"Selagi ada yang bisa kita manfaatkan harus dimanfaatkan Gun" ujar New dengan menggebu-gebu.

"Serah, serah Lo deh New gue capek ngomong sama Lo"

"Lo nggak masalah kan Kit, kita dibayarin kayak gini?"

"Masalah sih Phi, kalo Phi nggak mau traktir Kit sama P'Gun nggak papa kok. Kit bisa traktir kalian berdua" usul Krist.

"Nggak itu lebih nggak boleh, jangan berani-beraninya Kit bayarin makanan Kita berdua" tolak Gun.

"Oke P'Gun" ujar Krist menurut dari pada Gun tambah marah.

"Ini pesanan kalian" ujar Tay sambil memberikan pesan New. Singto memberikan pesanan Krist dengan tambahan tumis daging babi pedas manis di nasinya. Dan Off memberikan pesanan Gun dengan ayam kecap di nasinya.

"Makasih" ujar New dengan ceria.

"Ini nggak Lo kasih racun kan?" Tanya Gun.

"Gue nggak sejahat itu kali Gun"

"Apa ini?" Tanya Gun sambil menunjuk ayam kecap dengan garpunya.

"Itu hadiah dari gue untuk Lo" jawab Off sambil melahap makanannya.

"P'Sing ini apa?" Tanya Krist sambil memperlihatkan isi sendoknya ke Singto.

"Itu tumis daging babi pedas manis Krist"jawab Singto.

"Ohh" gumam Krist lalu menyuapkan isi sendoknya ke mulutnya.

Tidak ada suara selain dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring dimeja mereka. Hingga sebuah adegan terjadi didepan mata semua penghuni kantin.

Two Faces (END) Where stories live. Discover now