TF: 21

138 12 2
                                    

ℍ𝔸ℙℙ𝕐 ℝ𝔼𝔸𝔻𝕀ℕ𝔾

Krist terbangun karena merasa takut akan sesuatu, ketika merasa ada yang memeluk tubuhnya dari belakang dengan kaku Krist melihat siapa yang ada dibelakang. Dan ya bener, itu Singto. Entah mengapa sekarang Krist sangat merasa takut dengan pemuda dibelakangnya. Dengan perlahan Krist meraih ponselnya yang ada diatas meja sebelah ranjang. Setelah dering kedua terdengar suara seseorang yang masih setengah tertidur.

"P'Top tolong" Ujar Krist dengan suara sekecil mungkin. Ketika merasa orang dibelakangnya makin mengeratkan pelukannya Krist langsung mematikan telponnya.

"Tidurlah lagi sayang, ini masih terlalu pagi" Ujar Singto lalu kembali tidur. Sedangkan Krist merasa jantungnya akan melompat keluar kalau sekali lagi Singto bicara. Tapi Krist setuju dengan Singto ini masih terlalu pagi untuk dirinya bangun setelah apa yang terjadi kemarin.

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆

Tok! Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan dengan brutal berhasil membangunkan Singto. Pertama kali membuka mata Singto langsung melihat punggung Krist yang terdapat bekas cambukan dirinya semalam. "Maaf Kit" Gumam Singto lalu mengecup punggung dengan bekas berwarna merah.

"Ah dasar pengganggu" Ujar Singto lalu beranjak mengambil celana pendeknya dari lemari lalu berjalan menuju pintu yang masih diketuk brutal. Baru membuka pintu, tubuh Singto sudah terdorong kebelakang akibat 3 orang yang memaksa masuk ke apartemennya.

"Tahan dia Joss, dan kau Lee ikuti aku" Perintah Toptap kepada Lee dan Joss.

"Baik ketua" Jawab Joss dan Lee. Dengan cepat Joss menahan Singto dan Lee mengikuti Toptap dari belakang.

"Heh Sialan, mau ngapain lo di tempat gue Hah!!" Teriak Singto sambil mencoba berontak. Usaha Singto makin menjadi ketika melihat 2 orang itu ingin memasuki kamarnya.

Saat memasuki kamar, mereka berdua langsung disambut oleh bau yang mereka kenal. Mereka juga melihat orang yang mereka cari sedang berbaring diatas ranjang dengan tertutup selimut.

"Pilih semua barang Tuan Muda, kemudian keluar dari kamar ini" Ujar Toptap sambil meremas selimut yang ada ditangannya sambil melihat pakaian Krist yang berceceran diatas lantai. Dan ya, sesuai perintah Toptap Lee langsung memilih barang-barang milik tuannya kemudian pergi meninggalkan Toptap.

"Krist" Lirih Toptap sambil mengusap wajah Krist yang terdapat jejak air mata. Ketika Toptap membuka selimut yang menutupi Tuannya, betapa terkejutnya ia melihat banyaknya tanda yang ada ditubuh Krist. "Maaf Krist maaf" Ujar Toptap dengan wajah sedih.

Toptap membalut tubuh Krist dengan selimut yang sengaja ia bawa takut-takut hal seperti ini terjadi. Dengan mudahnya Toptap menggendong tubuh Krist yang masih terlelap dan membawanya keluar kamar.

"Nggak kalian nggak boleh bawa Krist!" Teriak Singto sambil berlutut dihadapan Lee. Sedangkan rambutnya dijambak oleh Joss dari belakang.

Wajah lebam Singto, itulah yang menyambut Toptap ketika berdiri dihadapan pemuda itu. Ia menatap Singto dengan dingin, ia tak peduli pemuda itu hidup atau mati. Tapi berbeda dengan Krist, Toptap sangat yakin nanti Krist akan menanyakan keadaan pemuda ini lebih dulu.

"Nggak lo nggak boleh bawa Krist" Ujar Singto sambil memegang ujung celana Toptap.

"Lo nggak bisa ngatur gue, lo itu cuman mantan Tuan Muda. Sedangkan gue, Pengawal Pribadi sekaligus Orang Kepercayaan Tuan Muda" Apa yang dikatakan oleh Toptap tentu menampar Singto. Ia baru mengetahui kalau pemuda didepannya ini adalah pengawal pribadi Krist. "Lumpuhkan dia kemudian hubungi salah satu temannya" Ujar Toptap lalu keluar dari apartemen Singto. Setelah apa yang Toptap katakan, Singto langsung dibuat pingsan oleh Joss sedangkan Lee langsung menghubungi salah satu teman Singto. Setelah tugas mereka terlaksana, mereka bedua meninggalkan Singto terkapar di tempat yang sama tanpa memindahkannya.

(T^T)(T^T)(T^T)(T^T)(T^T)(T^T)(T^T)

"Nggak ke kunci" Ujar Tay ketika membuka pintu. Ketika Tay dan Off melangkah masuk, mereka langsung disambut dengan tubuh Singto yang tergeletak tak sadarkan diri.

"Apa yang terjadi? Apa rumah Singto habis kemalingan?" Tanya Tay sambil memapah Singto menuju sofa ruang tamu.

"Mana ada maling yang mau ngehubungin temen korban" Jawab Off yang tak habis pikir dengan pikiran Tay.

Mereka makin dikejutkan dengan wajah lebam Singto. "Apa yang terjadi sama nih anak sebenernya" Gumam Off saat melihat wajah Singto. "Dan kenapa pula nih anak cuman pakai celana pendek" Ujar Off tak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Dari pada lo cuman berdiri nggak jelas, enak lo ngobatin muka Singto" Ujar Tay kemudian Off mengambil kotak pertolongan pertama dan mengobati wajah Singto dengan hati-hati.

Selesai Off mengobati wajah Singto, ia langsung menuju kamar Singto dengan tujuan mengambil baju untuk temannya itu. "Dasar Orang Gila!!!" Teriak Off dari arah kamar Singto. Kemudian keluar dengan baju yang asal dia ambil ditangannya.

"Kenapa lo teriak?" Tanya Tay ketika Off berdiri dihadapannya.

"Kayaknya Singto habis ngelakuin 'itu' tadi malam" Jawab Off yang tentu dimengerti oleh Tay.

"Tapi dengan siapa? Kalau dengan selingkuhannya pasti tuh cewek masih ada disini sekarang. Jangan-jangan dengan Krist" Ujar Tay membuat Off terkejut.

"Apa mungkin?" Tanya Off balik.

"Eughh" Lenguh Singto ketika kesadaran menghampiri. Off dan Tay yang mendengar itu langsung menatap Singto yang sedang mengerjapkan mata.

"Krist" Gumam Singto lalu berlari menuju kamarnya. Hal itu tentunya mengejutkan Off dan Tay.

"Nggak Krist nggak boleh pergi dari gue" Ujar Singto yang terdengar oleh Tay dan Off yang berdiri di depan kamar Singto. "Nggak! Nggak!! Nggak!!!" Teriakan Singto makin lama makit tinggi.

"Hey Sing tenang" Ujar Tay mencoba menenangkan Singto sedangkan Off hanya melihat.

"Tay bilang kalau ini semua cuman mimpi, Bilang ini Semua Cuman Mimpi Tay!!!" Teriak Singto yang mulai berurai air mata.

"Apa maksud lo Sing, gue nggak paham" Balas Tay panik karena melihat Singto menangis.

"Tay, Krist minta putus terus gue...gue... Aarggh!!" Teriak Singto sambil menjambaki rambutnya sendiri.

"Tenang Sing, biar gue coba hubungin Krist dulu ya" Ujar Tay membuat Singto sedikit tenang. Percobaan pertama gagal, karena Krist tak mengangkat penggilannya. Percobaan kedua berhasil tepat pada dering ketiga panggilan itu diangkat tapi bukan Krist yang berada disana.

"Jangan hubungi Krist lagi" Ujar orang disebrang sana dengan dingin.

"Tunggu siapa lo?" Tanya Tay karena itu bukan suara Krist.

"Nammon Krist udah sadar!!" Teriak orang lain kemudian panggilan itu berakhir.

"Tay, gue mau ketemu Krist Tay. Gue mau minta maaf. Terus...terus..." Ujar Singto dengan panik.

"Terus apa Hah? Ngajak dia jadi pacar lo lagi?" Tanya Off meremehkan. "Nggak mungkin mau dia sama lo lagi Sing" Jawab Off untuk pertanyaannya sendiri.

"Apa maksud lo Hah!! Pasti Krist mau!! Nggak mungkin dia nolak gue!!" Teriak Singto tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Off.

"Hahaha, lo kira dia mau sama orang tukang selingkuh kayak lo" Ujar Off setelah tertawa meremehkan.

"Gue nggak selingkuh!! Gue mau mutusin cewek itu hari ini!!" Teriak Singto tak terima dengan kata-kata Off.

"Telat Sing, Krist nggak akan peduli lagi sama lo walaupun lo udah putus sama tuh cewek" Ujar Off. "Ingatlah gue udah pernah ngasih pilihan ke lo" Lanjut Off kemudian pergi dari apartemen Singto.

"Nggak bener kan Tay? Apa yang diomongin Off nggak benerkan?" Tanya Singto dengan histeris dan lagi lagi air mata itu mengalir.

"Tenanglah, besok kita ketemu Krist. Kalau dia nggak kuliah kita minta tolong sama Gun" Ujar Tay mencoba menenangkan Singto. "Yang jelas, akhiri hubungan lo sama cewek itu kalau memang lo mau gue bantu" Lanjut Tay sambil memegang bahu Singto.

Two Faces (END) Where stories live. Discover now