TF: 15

104 12 1
                                    

Happy reading

-Waktu lo cuman 8 bulan Krist-

Singto tak paham mengapa Krist menjadi murung beberapa hari ini. Pemuda manis itu masih tertawa dan tersenyum seperti biasanya, tapi ketika mereka hanya berdua Krist menjadi sangat murung bagai memikirkan sesuatu yang buruk. Seperti saat ini...

"Ada apa Kit?" Tanya Singto sambil menggenggam tangan Krist yang berada diatas meja.

"Nggak ada apa-apa Phi" Jawab Krist yang sudah tertebak oleh Singto.

"Kit yakin?" Tanya Singto kembali dengan menatap mata Krist.

"Misal nih ya Phi misal, Kit harus minta putus Phi mau nggak?" Tanya Krist membuat detak jantung Singto berhenti sebentar.

"Nggak, nggak akan pernah" Jawab Singto dengan cepat. "Emang ada apa hm? Kit mau pergi?" Tanya Singto mulai merasa sesak di dadanya.

"Nggak" Jawaban singkat Krist dengan wajah murung membuat Singto takut akan sesuatu.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Singto lagi karena perasaannya mengatakan jawaban pertanyaannya adalah sebaliknya dari apa yang pemuda manis itu katakan.

"Em Kit diundang Mama ke rumah barunya Phi" Jawab Krist. "Mama udah nikah lagi beberapa bulan lalu jadi Kit diminta Mama untuk datang ke rumah barunya" Lanjutnya berhasil membuat Singto sedikit lebih tenang.

"Sendirian?" Tanya Singto lagi.

"Iya, Nammon sana Toptap lagi nggak ada di Thailand jadi Kit sendirian" Jawab Krist.

Singto menghela napasnya ketika mendengar 2 nama yang sudah lama tak ia dengar, entah kenapa ia merasa tak suka mendengar nama-nama itu bagai mereka berdua akan membawa Krist pergi jauh darinya.

"Apa Kit mau pergi sama Phi?" Tanya Singto walaupun ia sudah tau jawabannya.

"Untuk sekarang nggak bisa Phi, tapi Kit janji Kit pasti akan bawa Phi ketemu sama Mama" Jawab Krist sambil memberikan senyum yang menenangkan.

"Kapan Kit pergi hum?" Tanya Singto sambil merapikan rambut Krist.

"Nanti malam Phi" Lirih Krist.

"Nanti malam?" Tanya Singto lagi untuk memastikan.

"Iya" Jawab Krist dengan menunduk. "Maaf P'Sing kita nggak bisa ngerayain aniversary kita yang ke 4 bulan gara-gara Kit" Lanjut Krist dengan wajah sedih.

"Nggak papa sayang, Phi paham hum. Kit pasti udah lama nggak ketemu Mama kan?" Tanya Singto walau ada rasa aneh yang merayap didadanya.

"Iya" Jawab Krist masih dengan wajah sedih.

"Gimana kalau kita ngerayainnya sekarang aja hm?" Tanya Singto untuk mengurangi rasa sedih dihatinya. Setelah mendapat jawaban dari Krist Singto langsung membawa pacarnya meninggalkan kampus.

Mereka berdua menikmati waktu yang hanya tersisa beberapa jam. Waktu itu sangat dipergunakan oleh Singto untuk melakukan berbagai hal dengan Krist. Walaupun waktu yang bisa ia gunakan tak sebanyak biasanya tapi ia tetap menikmati apa saja yang mereka lakukan.

Malampun mulai tiba, sudah waktunya Singto mengantar Krist ke taman tempat biasanya ia menjemput atau mengantar kekasih manisnya. Ya ia memang belum pernah ke rumah Krist, karena ada beberapa alasan yang tak bisa Krist katakan itu lah yang Krist jawab ketika ia bertanya.

"Hati-hati di jalan hm" Ujar Singto sambil mengusap kepala Krist walaupun ada sedikit rasa tak rela.

"Phi juga hati-hati pulangnya" Balas Krist sambil mengusap pipi Singto. Kemudian dikecupnya pipi Singto dengan cepat lalu keluar dari mobil meninggalkan Singto yang mematung menerima hal itu.

"Kit" Gumam Singto sambil memegang pipinya yang dikecup oleh Krist dan senyum lebar yang terbit dibibirnya.

$
  $
    $
      $
        $
          $
            $
              $
            $
          $
        $
      $
    $
  $
$

Entah hanya perasaan Singto saja tau emang ada sesuatu yang terlah terjadi. Krist mulai aneh, pemuda manis itu lebih sering fokus dengan ponselnya dibandingkan percakapan yang sering mereka lakukan. Ini terjadi setelah Krist pergi bertemu dengan Mamanya. Perubahan sikap Krist tentu menarik perhatian orang-orang yang tau tentang perjuangan Singto, karena tak jarang Krist mengabaikan mereka dan tersenyum tak jelas sambil menatap ponsel pintarnya.

"Krist" Panggil Singto dengan lembut. Kris hanya membalas dengan sekenanya dan matanya masih fokus ke layar benda persegi panjang. "Tatap orang yang lagi manggil kamu Krist" Ujar Singto setelah menarik paksa ponsel Krist.

"Kenapa Phi?" Tanya Krist setelah menghela napas.

"Kamu yang kenapa Krist?" Tanya Singto. Ia sudah tak tahan dengan sikap Krist yang seperti ini, entah kemana perginya sikap manis Krist.

"Kit nggak kenapa-napa kok Phi" Jawab Krist dengan nada polos.

"Kamu sadar nggak sih kalau kamu itu berubah Kit" Ujar Singto sembari mengusap pipi yang sangat kontras dengan tangannya.

"Benarkah?" Tanya Krist sambil menggenggam tangan Singto yang berada di pipinya.

"Ya mungkin cuman perasaan Phi aja" Gumam Singto sambil membalas genggaman Krist.

"Phi Kit harus pergi sekarang" Ujar Krist membuat Singto menjadi bingung.

"Kemana?" Tanya Singto pasalnya mereka baru saja mulai berbicara tapi sekarang Krist sudah mau pergi.

"Jemput temen Krist yang baru sampai, sebentar lagi dia sampai di bandara Suvarnabhumi" Jawab Krist sembari berdiri dari duduknya.

"Phi antar" Ujar Singto tanpa memperdulikan jawaban yang akan diberikan oleh Krist Singto langsung berjalan dengan tangan yang menggenggam tangan Krist.

Selama memgemudi Singto selalu mendapati Krist yang tersenyum sambil menatap kearah luar jendela. Singto dapat merasakan kalau Krist sangatlah menantikan kedatangan temannya ini.

Ketika sampai di bandara Krist langsung saja keluar dari mobil tanpa memperdulikan Singto yang masih ada disana. Dapat Singto lihat Krist berlalu kearah seorang pemuda yang sedang berkutat dengan ponselnya, kemudian memeluknya dari belakang. Singto yang melihat itu, langsung merasakan ada api yang membakar kepalanya. Tentu ia tak menerima hal itu terjadi karena Krist adalah pacarnya walaupun pemuda yang disana itu adalah teman Krist sekalipun.

"Krist" Panggil Singto ketika berada di dekat 2 orang yang sedang berpelukan dengan mesra. Dan dengan segera Krist langsung melepaskan pelukannya.

"P'Sing kenalin ini Toptap, dan Top kenalin ini P'Singto pacar aku" Ujar Krist mengawali perkenalan dia pemuda.

"Makasih udah jaga Krist selama ini, dan setelah ini cepatlah putus karena udah ada gue yang bisa jaga Krist" Ujar Toptap berhasil membuat Singto menatapnya tak senang.

"Gue nggak akan pernah mutusin Krist" Balas Singto sambil menatap Toptap dengan sengit. Sedangkan Toptap hanya memberikan sebuah senyuman yang merendahkan.

"Gue duluan ke rumah Krist, jangan pulang terlalu larut atau lo nggak akan bisa keluar dari rumah seenak lo" Ujar Toptap lalu menyetop sebuah taksi.

"Maaf untuk apa yang Toptap omongin ya Phi" Singto sempat tak terima saat Krist meminta maaf untuk orang seperti Toptap.

"Udahlah jangan terlalu dipikirin Krist Phi juga nggak masalah" Bohong, sebenarnya sekarang kepala Singtk sedang memikirkan bagaimana orang seperti Toptap menjauhi Krist. "Nah sekarang ayo kita lanjutin kencan yang sempat berhenti" Ujar Singto sambil menarik lembut tangan Krist menuju mobilnya.

Two Faces (END) Where stories live. Discover now